Sejak kunjungan Andin tempo hari ke Kabar Kopi, keenam karyawan café semakin sadar pada perangai Arion setiap kelebatan gadis itu muncul di hadapan. Mereka pun tak berhenti menggoda sang atasan tanpa sungkan. Mereka paham betul bila bosnya menyimpan perasaan pada gadis itu. Bahkan mereka akan semakin menggila, saat Andin memunculkan dirinya dan membuat Arion tersipu tak berdaya. Rasanya seperti kembali ke masa ABG, digoda oleh teman sekelas saat mereka tahu, bahwa salah satu dari anggotanya naksir cewek dari kelas lain dan si target berlalu di hadapan teras kelas mereka.
Berbagai ide pendekatan mulai dari yang kekanakan hingga seperti adegan-adegan di film pun, mereka utarakan pada atasannya itu.
"Ajak dinner romantis, Pak." usul Erik.
"Bawain bekal dan piknik ala-ala di bawah pohon." Lanjut Awan.
"Antar jemput ke rumahnya juga boleh banget tuh, Pak." Kata Candra.
"Langsung tembak aja, gimana Pak?" jawaban Kamil yang jomlo akut langsung disoraki oleh lainnya.
"HUUUU!"
"Terus deketin saja, Pak. Kasih dia perhatian, lambat laun akan luluh tanpa Pak Arion harus mengucapkannya." Saran Bu Maudy mulai memberi Arion pencerahan. "Pakai love language, act of service."
"Benar kata Bu Maudy. Rata-rata perempuan suka diperlakukan begitu dan kalau sudah mulai luluh, langsung saja... Sentuh hatinya dengan setulus cinta, dia kan jadi milikmu selamanya." Pak Handoko ikut berbicara. "Seperti lirik lagu Ari Lasso, Pak." Pria berumur empat puluh tahun itu menyeringai.
Benar. Benar. Benar. Arion mengangguk setuju.
"Ini Pak!" Erik kini menyodorkan tiga minuman take away dan satu kotak cake matcha. "Bujuk karyawannya dengan makanan lezat supaya mereka juga berpihak ke Pak Arion."
Arion meneliti bungkusan di hadapannya kemudian mendongak, menatap Erik. Dia mengolah hal itu sejenak lalu menyeringai dan mengangguk mantap. "Terima kasih semua!" tubuh tingginya bangkit membawa makanan juga minuman itu kemudian keluar café.
Keenam karyawannya menatap kepergian Arion penuh dukungan.
Tak butuh waktu lama, Brug! Tiga gelas minuman take away berwarna warni itu sudah terhidang di atas meja kasir toko ATK. Lengkap dengan satu kotak cake matcha ukuran sedang.
Andin yang sedang konsentrasi menulis sesuatu di buku besar, mendongak seketika. Siang itu tidak ada pelanggan yang datang, tetapi masing-masing karyawan masih sibuk dengan pesanan penjilidan. Dipandanginya pemuda tetangga depan yang akhir-akhir ini semakin sering berinteraksi dengan Andin. Barang bawaannya membuat senyuman kedua karyawan toko ATK, mengembang lebar. Mereka sudah mendengar secara rinci kasak-kusuk dari karyawan café tentang kabar kalau calon bos besar itu naksir pada bos mereka. Tanpa disogok pun, dukungan penuh pasti mereka berikan pada Arion untuk menembus dinding hati Andin yang tak tertebak itu.
Andin memandangi makanan yang terhidang di mejanya. Dia perhatikan lagi wajah Arion yang kini menyeret kursi untuk duduk menghadap Andin dengan jarak meja kasir.
"Mas..." ekspresi keberatan langsung Andin lontarkan. Mata bulatnya, menatap lurus pada Arion. Apalagi sekarang? Pemberiannya yang kemarin-kemarin sudah terlalu banyak.
"Camilan." Sahut Arion tanpa melepas pandangan. Dia menyeringai lalu melipat kedua tangannya di atas meja.
Andin menggeleng sambil mengulum senyum. "Iya, siapa yang bilang ini tanaman? Maksud saya, buat apa Mas Arion bawain makanan? Emang lagi ada acara di café?"
"Acara buat ngedapetin hati kamu, Andin." Ucapnya dalam hati.
"Jangan sering-sering begini, Mas. Nanti rugi." lanjut gadis itu lugu.
![](https://img.wattpad.com/cover/217684302-288-k479572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A-KU & A-MU
RomansaArion (28) tahun. Pemuda santai yang harus resign dari pekerjaannya demi menuruti keinginan sang papa menjadi penerus bisnis kuliner keluarga. Kegiatan saat ini: mengurus cafe di sebuah gang lingkungan kampus. Andin (25) tahun. Gadis berhijab, lema...