BAGIAN 7 - Kebijakan Baru, Begitupun Isi Hati

76 6 0
                                    

"Goalfood-nya udah datang!" Seru salah satu pelayan cafe dan membawa bungkusan tersebut ke lantai atas.

Ini sudah menjadi pemandangan rutin sejak Arion membuat peraturan baru. Di saat jam makan siang kampus telah usai, dia menutup café selama satu jam agar anak buahnya bisa makan dengan tenang tanpa diburu oleh pesanan pelanggan. Di samping itu juga bertujuan supaya mereka bisa duduk bersama dan saling mengenal satu sama lain. Tidak hanya sebagai rekan kerja, tetapi juga keluarga. Dari cerita-cerita yang Arion ketahui, banyak yang tidak betah berlama-lama di satu tempat kerja karena merasa tak dihargai sebagai karyawan. Dari sana Arion berkeyakinan, bila ingin memiliki karyawan loyal, maka dia harus memperlakukan mereka dengan baik pula. Arion berusaha tak ada jarak membentang antara atasan dan karyawan.

Dia meyakini, suatu bisnis akan berjalan sukses dan tahan lama bila semua tingkatan karyawan dalam bisnis itu bersinergi. Saling bantu, bahu membahu, tak ada yang merasa dirugikan satu sama lain. Termasuk hal penting, namun sering dianggap remeh seperti jam istirahat. Hal ini sudah berjalan seminggu. Walau pada hari-hari pertama para karyawan belum terbiasa, lambat laun mereka menikmati juga.

"Selama satu bulan lebih cafe ini berdiri, kalian udah kenalan dengan para tetangga?" tanya Arion pada ke enam karyawan yang kini duduk di salah satu meja panjang di sudut cafe lantai atas. Mereka asik menyuap menu yang dipesan Arion melalui aplikasi.

Mereka berenam mengangguk.

"Kita sempat mengadakan promo di awal pembukaan, Pak." Terang Chef Handoko.

Ternyata kebiasaan yang selalu dilakukan Parviz Culinary saat soft opening masih terus dilestarikan. Mungkin nanti, Arion akan mengadakannya lagi bila cafe menginjak satu tahun berdiri.

"Beberapa bingkisan juga kita bagikan sebagai tanda perkenalan ke para tetangga." Lanjut Bu Maudy.

"Apa saja itu?"

"Menu-menu dessert kami, Pak." Chef Handoko kembali berujar.

"Termasuk tetangga seberang?" Tanya Arion lagi berusaha agar tak mencurigakan.

"Radius lima puluh meter dari cafe, Pak." Terang Bu Maudy lagi.

Arion mengangguk puas.

"Gara-gara itu juga, si Candra jadi naksir sama salah satu tetangga sini, Pak." Celetuk Erik, si barista bertubuh gempal.

"Oh ya?" Arion menatap penuh tanya pada Candra, karyawan paling junior di Kabar Kopi. Dia yang dulu menyambut Arion ketika pertama datang ke Kabar Kopi.

Si tertuduh melotot sewot pada Erik yang duduk jauh di ujung kirinya. Dia hanya menyeringai, menanggapi pertanyaan Arion.

"Siapa tuh, Can?" tanya Arion penasaran.

"Jihan Pak!" sahut Kamil, rekannya sesama pelayan café.

"Jihan?" Arion ganti menatap Kamil, penasaran.

"Itu, Pak. Karyawan toko ATK seberang jalan."

Mata Arion membulat dan dia melihat reaksi Candra semakin menunduk malu.

"Dasar para abang pengkhianat!" gerutu Candra dan melahap buru-buru nasi bakarnya. Ingin segera mengakhiri makan siang lalu beranjak dari meja segera mungkin.

"Kamu udah kenalan sama dia, Can?" pancing Arion lagi.

"Udah Pak. Tapi ya... gitu, jalan di tempat. Mana berani dia nyapa cewek duluan." Kini ganti Awan, barista rekan Erik.

A-KU & A-MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang