BAGIAN 25 - Yang Terjadi Tiga Tahun Lalu

40 5 0
                                    

Tere hanya bisa menutup mulut ketika menyadari kalau semua sketsa di dalam berisi gambar dirinya seorang. Seiring dengan lembaran semakin banyak terbuka, matanya pun bergetar. Tepat pada gambar sebuah cincin dengan tanggal yang begitu dia kenal, air mata Tere pun luruh. Dadanya merasakan gemuruh luar biasa. Selama ini dia menahan serta berusaha mengalihkan perasaannya, tetapi melihat bukti nyata ada di genggaman, Tere tak bisa menepis hal itu lagi.

Pintu di belakangnya pun terbuka. Di sana terlihat Kenan masih sibuk mengobrol dengan arsitek lain sebelum menyadari kalau ada seseorang di kantornya.

"Tere? Sejak kapan kamu di si..." belum sempat Kenan melanjutkan kalimatnya, bahu Tere sudah bergetar hebat.

"Tere..." Kenan buru-buru mendekat setelah menutup rapat pintu di belakangnya. Dia terlihat panik melihat Tere bersikap seperti itu. Lalu dia terkesiap saat sadar apa yang terjadi. Buku sketsanya belum sempat dia simpan dan kali ini sudah ada di tangan Tere! Halaman buku yang Tere buka memperlihatkan tulisan tangan Kenan tentang perasaan hatinya, tepat di tanggal tiga tahun lalu.

Sebagai orang yang mencoba mengerti kamu, rasanya aku memang belum paham sepenuhnya. 

Aku tidak tahu jika kamu memiliki mimpi sebesar itu.

Kamu akan bahagia di saat seperti apa.

Kamu akan tenang di waktu bagaimana.

Aku adalah orang pertama yang menjadi relung untuk kamu bergelung.

Aku ingin menjadi orang terakhir yang membuat kantung matamu cekung.

Mungkin memang belum tepat waktu yang sengaja kuatur demi meminangmu menjadi pasanganku.

Bagaimanapun jalan yang kamu pilih, aku akan selalu mendampingi.

Di sisi.

Sampai nanti.

Sehidup semati.

Hingga hayat tak lagi di diri.

Dari berdua menjadi bertiga, berempat atau bertujuh.

Sampai kita menua. Bersama. Bersanding hingga surga-Nya.

Kenan yang berdiri di belakang Tere hanya bisa meneguk ludah. Dia tak memiliki kekuatan untuk merebut buku itu. Bahu gadis berambut panjang itu masih bergetar dan menyisakan isak pendek. Wajahnya yang semula begitu lelah, tak bisa lagi dijelaskan bagaimana keadaannya.

"Tere... itu..." Kenan melangkah lagi dan berdiri tepat di sisi Tere.

Tere terus menatap buku. Dia berusaha mengatur perasaannya. Lirih, isakannya mulai menghilang dan berubah menjadi helaan napas panjang.

Beberapa saat, tak ada yang bicara. Kenan sendiri memilih memandang puncak kepala Tere yang masih menunduk menatap halaman tulisan Kenan. Ini bukan cara yang dia inginkan untuk menyampaikan perasaannya serta menyelesaikan hal yang belum tuntas antara mereka. Tetapi bila memang harus begini kejadiannya, Kenan tak bisa lagi berbuat apa-apa. Dia pun tampak menerawang. Ingatannya beralih pada kejadian tiga tahun lalu.

Kenan duduk di dalam ruangan VIP sebuah restoran yang sudah dipesan. Dia tidak menggunakan salah satu restoran orang tuanya kali ini. Karena jika tidak, hal tersebut akan bocor dan bila sampai ke telinga sang mama, tak akan menjadi kejutan lagi. Dia sudah menyiapkan segala sesuatu jauh-jauh hari. Rapi, terorganisir, dan terjadwal. Seorang pemain piano, sebuket bunga mawar merah, cake red velvet kesukaan Tere, serta cincin bertahtakan berlian yang dia pesan khusus.

Gadis itu tidak tahu kalau Kenan berniat memberinya kejutan ulang tahun. Dia juga akan melamarnya tepat di usia Tere yang kedua puluh tujuh. Bukan tanpa sebab dia melakukan hal tersebut. Dia hanya ingin mengubah rasa trauma Tere di setiap hari ulang tahunnya, menjadi hari yang kembali membuat Tere bahagia.

A-KU & A-MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang