Kalau ingat akan sikap bodohnya tadi siang ketika mengunjungi toko ATK depan café, rasanya Arion tak berani memunculkan dirinya di hadapan pelanggan. Dia khawatir, bila salah satu di antara mereka ada di lokasi saat kejadian dan kembali menertawakan serta membicarakan Arion pada lainnya.
"Stupid Arion!" gerutunya lagi sembari mengempaskan tubuh di atas sofa. Dia memutuskan untuk berdiam diri di ruang kantor Kabar Kopi. Benar-benar tak habis pikir, seorang Arion bertindak tak masuk akal dan banyak orang melihat? Mau diletakkan di mana mukanya nanti saat pulang dan berpapasan dengan gadis jelita berjilbab itu?
Dia menggeleng. Teringat dengan jelas setiap inci wajah Andin di kepalanya. Mata bulat innocent dengan bulu mata lentik yang tak terlalu panjang, alis bulan separuh, hidung mungil, serta bibir pink yang selalu tersenyum. Pipinya pun merona, dihiasi dengan hijab membingkai wajah. Sungguh ciptaan yang sempurna. Sebuah masterpiece. Sengatan listrik statis yang tadi sempat mereda, kini menyerang lagi. Tepat di dada dan menimbulkan debar-debar di luar ritme.
Tiba-tiba saja Arion ingat, di mana dia pernah melihat Andin. Segera dia mengambil ponsel di atas meja lalu menggulir galeri foto. Beberapa saat dia cari dan ketemu. Gadis itu adalah objek yang sempat tak sengaja dia potret saat kunjungan pertamanya ke Kabar Kopi. Arion menggerakkan tangannya untuk memperbesar gambar. Terlihat dengan jelas wajah Andin sedang tersenyum dan ternyata melihat lurus ke depan, tak lain dan tak bukan bangunan café di seberang tokonya. Refleks tangan Arion menyentuh permukaan layar. Dia mencoba mencerna lagi. Apakah dia pernah seperti ini sebelumnya? Dengan gadis-gadis yang pernah dia kencani? Ini benar-benar reaksi baru baginya. Dia sama sekali tak pernah seperti ini. Terpana dalam keterdiaman dan membuat perasaannya begitu tenang. Beberapa detik seperti terhisap oleh pesona orang di layar hingga di saat berikutnya, ponselnya bergetar dan membuat dia tersadar.
"Ah! Ngapain sih lo, Ar?" Arion merutuk dirinya sendiri dan mengacak rambut lurusnya. Dia juga menepuk mulutnya saat teringat kalimat terakhir yang dia lontarkan pada Andin. "Saya ramal, setiap hari kita akan ketemu." Damn! Arion memaki dalam hati. Tolong sadarkan Arion bahwa tadi dia tak senorak itu.
Dia menggeleng lalu melihat pemberitahuan yang baru saja masuk ke ponsel. Dia menggulir layar lagi kemudian terpampang sebuah akun yang sudah lama tidak aktif, kini mengunggah sesuatu di IG story-nya. Arion menutup mulut, membelalak tak percaya. Bola matanya bergerak-gerak, membaca lagi pemberitahuan itu. Rasanya seperti mimpi. Benarkah yang baru dia lihat? Kenapa banyak sekali kejutan di hari itu?
Perlahan, Arion ketuk dan terlihat foto pemandangan dari atas sebuah gedung yang menunjukkan kesibukan kota metropolitan. Tak ada takarir atau emotikon yang mendukung info mengenai gambar itu.
"Two minute ago." Dia membaca keterangan waktu yang tertera. Jarinya menekan layar agar tak bergerak ke story akun berikut. Matanya terus saja menekuri foto tersebut. Lama. Dan kini Arion menimbang-nimbang. Jarinya menuju foto profil akun itu. Dengan harap-harap cemas, menekannya. Matanya melebar lagi saat terlihat bulatan hijau muncul di samping foto profil.
"Online. Dia online?" Arion seperti tak mempercayai penglihatannya. Dari sini Arion tahu, bahwa pemilik akun tersebut memang sudah kembali berada di ibukota.
Arion tampak berpikir. Apakah kakaknya sudah tahu kalau pemilik akun ini telah kembali dari tugas? Mungkin lebih baik Arion mengabari saja hal ini pada sang kakak, mengingat Kenan tak terlalu peduli pada media sosial, kecuali untuk mengawasi gerak-gerik Arion.
Arion : Lagi ngapain lo Bang?
Tak butuh waktu lama, Kenan membalasnya.
Kenan : Di kantor, baru aja meeting. Gimana seharian ini? Lancar? Cocok sama café pilihan gue?
KAMU SEDANG MEMBACA
A-KU & A-MU
RomanceArion (28) tahun. Pemuda santai yang harus resign dari pekerjaannya demi menuruti keinginan sang papa menjadi penerus bisnis kuliner keluarga. Kegiatan saat ini: mengurus cafe di sebuah gang lingkungan kampus. Andin (25) tahun. Gadis berhijab, lema...