4

89 6 0
                                    

Ponsel dengan casing biru tua itu terlihat kebesaran di tangan seorang gadis cilik yang dikerubungi beberapa teman di taman bermain.

"Anak kecil bukannya enggak boleh main HP yah , Rumi?"

"Boleh kok... Ini aku main HP."

Age mengingat baik-baik larangan sang ayah selama ini. 'Tapi kata papa enggak boleh.'

"Mending Age duduk sini, liat HP Rumi bareng-bareng." Mereka sekarang sedang berkumpul di taman bermain.

Layar ponsel diarahkan menuju tontonan lagu hits yang membuat beberapa anak berjoget senang sedangkan Agnes hanya bisa berdiam diri memasang tampang kebingungan.

"Coba nyari cocomelon," Sarannya tiba-tiba.

"Age kayak anak kecil, nontonin nya cocomelon."

"Kan emang masih kecil."

Anak-anak itu tertawa, Caca merangkul bahu Agnes dan menjelaskan. "Kita udah sekolah, Age, jadi udah bukan anak kecil lagi."

"Aku mau nyari hadiah aja lah buat hari ibu nanti." Rumi menggantinya ke toko online dan melihat-lihat barang cantik disana.

Melihat layar ponsel dapat menunjukkan barang-barang cantik membuat mata Agnes berbinar. Dia tidak percaya jika benda sekecil itu bisa menampakkan banyak gambar cantik. Selama ini dia mengira benda pipih tersebut hanya bisa dipergunakan untuk menghubungi seseorang dari kejauhan, sisanya cocomelon.

"Daster nya kayak yang dipake mama aku!" Seru seorang anak sambil menyentuh layar ponsel Rumi.

"Mama aku juga punya kayak gini."

"Mama aku juga."

Agnes membayangkan sang ayah memakai daster seperti di ponsel.

"Kamu jadinya mau beli apa Rumi? Buat mama kamu?"

"Bingung." Rumi cengengesan. "Coba lihat ini, jepitan--eh ada pakean kayak princess! Bagus banget!"

"Mana! Mana! Coba lihat."

"Ini."

Agnes ikut melihat layar ponsel Rumi dengan mata yang kembali berbinar namun dengan pikiran mengingat sang ayah.

"Aku mau beli ini ah ... dimasukin ke keranjang dulu, udah."

Tersenyum lebar, Agnes menyahuti, "Aku juga mau beli itu ah."

"Age beli buat siapa? Kan enggak punya mama."

"Beli buat papa."

Semuanya menertawakan Agnes.

"Age, papa kamu kan cowok masa dibeliin pakean princess, harusnya kemeja kalo buat papa mah."

"Iya Age ... Kalo ini mah buat cewek."

Seketika sosok Rara terlintas di benaknya.

"Kalo kamu mah enggak punya mama jadi enggak bisa beli kayak gini."

"Age punya mama kok." Mata Agnes sudah berkaca-kaca. Selama ini dia tidak pernah kekurangan apapun, mainan, pakaian, sepatu, makanan enak. Dia selalu memiliki apapun begitupun dengan ibu, dia pasti memilikinya dan ibu itu ayahnya. "Mama Age dirumah."

"Kamu jangan bohong, Age, nanti enggak ada yang mau main sama kamu." Sebagai teman satu komplek yang mengetahui kondisi Agnes karena sudah sempat bertanya kepada ibunya, Caca diberi pesan oleh ibunya untuk berteman baik dengan Agnes.

"Age enggak bohong Caca! Age punya mama!" Menangis kencang, air mata Agnes mengalir deras, mengundang perhatian banyak orang termasuknya Allen. "Mama Age dirumah. "

HARAPAN (ANTON RIIZE #01) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang