12

63 6 1
                                    

Dering ponsel yang menampilkan nama 'papa' mengalihkan perhatian Anton dari aplikasi berita, lalu mengangkatnya. "Assalamu'alaikum."


"Waalaikumsalam. Anton, apa kabar?" Suara serak khas orang paruh baya menyapa telinga Donzello Anton, suara yang tidak asing baginya.

"Kabar baik." Tangan besar itu membawa makanan diatas sendok menuju mulut untuk mengunyah. "Papa sendiri kabarnya gimana?"

"Baik juga... Alhamdulillah."

"Alhamdulillah."

"Allen sama Agnes gimana?"

"Baik juga."

"Udah lama papa enggak ketemu cucu kembar papa. Kangen banget rasanya, mama mu juga kemarin baru saja ngomong pengen ketemu Ale sama Age."

Terhenyak, Anton mengubah posisi duduknya. "Papa di Jawa?"

"Bulan kemarin, kalo sekarang mah papa lagi di Jakarta."

"Terus kapan balik ke kalimantan nya?"

"Kok udah nyuruh balik aja? Kamu emang enggak kangen sama papamu ini?"

"... Anton kan cuman basa-basi pa."

"Tetep saja." Dari sebrang telepon terdengar nada kekesalan. "Papa bela-belain ke Jakarta buat ketemu kamu sama anak kamu, kamunya malah kayak gini, harusnya papa sekarang sudah balik ke kalimantan."

"Iya-iya... Maaf Anton salah."

"Besok kamu kesini ya? Bawa Ale sama Age juga. Papa udah sewa vila."

"Papa mau berapa lama di jakarta?"

"Dua hari."

"Yaampun, Pa... Cuman dua hari doang nyewa vila mending nginep dirumah Anton."

"Oh, tidak bisa... Papa enggak mau kamu terekspos."

"Terserah deh."

"Jadi besok kesini yah?"

"Iya..."

***

Bunga sepatu dipetik dari tangkainya oleh seorang anak laki-laki berseragam TK. Membawa bunga di tangan, Allen Balorima berjalan mendekati anak perempuan yang duduk di bangku ayunan besi untuk ikut bergabung.

"Ini buat, Aura."

Tersenyum simpul, wajah gadis itu tidak bisa berbohong mengenai perasaannya yang begitu senang. "Makasih Ale."

Bunga sepatu itu berpindah tangan. "Ini kamu metik dimana?"

"Disana," Tudingan Allen mengarah ke pohon bunga yang berada diantara teratai kotak.

Aura tersenyum ceria yang langsung membuat Allen salah tingkah saat juga pasalnya gigi gingsul menghiasi  sebuah wajah cantik.

"Bunganya terus mau dikemanain?"

"Emangnya kenapa?"

"Dibuang yah?" Allen tiba-tiba memasang wajah cemberut.

"Enggak kok."

Tiba-tiba Allen teringat dengan salah satu teman sekelasnya yang pernah juga menyelipkan sebuah bunga pada telinga anak perempuan lain. "Aku pakein di telinga Aura boleh enggak?"

HARAPAN (ANTON RIIZE #01) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang