Sebuah obat cream pereda rasa nyeri sendi gadis itu ambil dari meja lemari seraya menjatuhkan diri di pinggir ranjang.
Tangan lainnya menekan sedikit bagian pinggang yang sudah encok saat tengah membuka tutup wadah cream, berusaha mengurangi rasa nyeri disana. Seharian ini kegiatannya hanya duduk di pelaminan, menyebabkan tubuhnya kaku sampai ngilu jika digerakkan.
'Untung masih ada cream nya,' batinnya mendesah lega sambil tersenyum puas saat mendapatkan cream yang sudah tinggal sedikit itu. Aesa mulai memoles ke bagian tubuh yang menderita nyeri.
Bagi sebagian orang yang tidak biasa, kegiatannya ini bisa dibilang pemborosan karena bagaimanapun juga umurnya masih terbilang cukup muda untuk menderita penyakit nyeri sendi seperti orang tua. Ia sendiri sudah terbiasa dengan klaim-klaim seperti itu. Remaja jompo , itulah panggilan orang-orang di tempat kerjanya dulu untuk menggambarkan sosoknya. Aesa sudah mendapatkan panggilan seperti itu dari awal mula memasuki dunia kerja sampai sekarang jadi sudah terbiasa. Karena nyatanya tubuh yang mendapatkan perawatan cream seperti ini memang memberikan hasil yang memuaskan, terlebih lagi jika di bawa tidur, bangun-bangun pasti langsung enakan.
Aesa menoleh melihat pintu kamar, di luar sangat berisik karena perkumpulan laki-laki yang masih setia berkumpul seperti teman Anton, kerabat dekat, teman ayah dan ayah mertua. Mengingat halaman rumah Anton berada di atas dan lebih kecil jadi acara pernikahan di lakukan dirumahnya yang memiliki halaman lebih luas dari halaman rumah mertua.
Sepertinya tidak masalah jika tidur lebih awal. Aesa akhirnya menarik bantal dari tengah menuju pinggir, kemudian meletakkan kakinya di atas selimut yang penuh dengan kelopak mawar.
Tunggu.
Kepalanya melongok melihat selimut di ujung kaki yang sudah terdapat beberapa kelolak mawar merah, kemudian matanya berjalan menuju tengah-tengah ranjang , ada kelopak mawar membentuk hati. Ini mengingatkannya dengan tugas malam pertama yang sempat diceritakan Dina dan Pita beberapa hari yang lalu.
"Kamu pas malem pertama langsung adegan dewasa apa skip besoknya?" Dina bertanya kepada Pita saat mereka berkumpul 3 orang di kamar Aesa.
"Skip, kan pas itu di rumah ada mas Estu... Aku enggak enak sama dia, dia kan jomblo pas itu."
Mereka tertawa bersama saat mendengar jawaban Pita namun Aesa terlanjur penasaran karena terhanyut dengan percakapan saudara ipar itu. "Tapi udah pernah berhubungan?"
"Ya lakuin lah, kalo masalah belom punya anak mah itu karena Mas Weda enggak mau , katanya nanti aja kalo udah puas pacarannya kan kita dulu enggak pacaran."
"Tapi kan kalian deket dari SMK mbak, masa enggak paham-paham."
"Enggak tahu aku juga."
"Rasanya sama Mas Weda gimana?" Tanya Dina.
"Kok jadi cerita dewasa si." Pita mendengus kesal yang membuat Dina tertawa sedangkan Aesa cukup mengerti perasaannya namun ketika mereka mulai tenang tiba-tiba sebuah jawaban meluncur. "Badan aku beberapa hari sakit-sakit habis begituan."
Kesadarannya sekarang kembali, Aesa berbicara di dalam pikirannya sendiri. 'Mas Weda yang badannya kecil aja bisa bikin mbak Pita sakit gimana mas Anton?' matanya menatap horor kelopak berbentuk hati tersebut sambil menambahkan, 'Dia kan badannya gede.'
Tubuhnya seketika merinding. 'Bisa mati aku,' tambahnya semakin ketakutan dan menjadi pucat pasi. 'Enggak lucu banget mati di hari pertama nikah.'
Karena ketakutannya itu ia memutuskan beranjak tidur dengan meringkuk memeluk tubuh di pinggir ranjang. Berharap malam pertama yang mematikan bisa dihindari. Namun sayangnya niat tidurnya itu tidak berjalan dengan baik karena begitu 5 menit berlalu tubuhnya tak kunjung tidur juga yang membuatnya memilih membuka ponsel dan menyalakan lagu pop korea kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN (ANTON RIIZE #01)
FanfictionMenceritakan tentang keluarga kecil Donzello Anton seorang duda beranak 2 kembar laki-laki dan perempuan yang mengharapkan sosok ibu untuk melengkapi keluarga mereka agar terlihat seperti keluarga pada umumnya. ____________ PROJECT NASI no. 1 OT7