Jatuhnya pesawat kertas dari atas pintu membuka penampakan lantai rumah yang sudah dipenuhi dengan pesawat kertas lainnya. Di dekat gorden seorang anak perempuan memungut pesawat kertas yang dilempar Abas sedangkan anak satunya lagi tengah fokus menggambar tanda robot di sayap pesawat kertas miliknya menggunakan pensil.
Berlari menuju Abas, Agnes mengembalikan pesawat kertas yang dipungut nya. "Ini."
"Age dong coba terbangin."
"Enggak mau, Om Abas aja yang nerbangin."
Menerima pesawat kertas dari Agnes, Abas tersenyum lebar. Kemudian melemparkan pesawat kertasnya ke udara, membuat benda itu kembali terbang dan mendarat di tempat yang berbeda.
Agnes kembali melakukan hal yang sama hanya saja kali ini matanya tertuju pada Allen yang masih asik menggambar sesuatu. "Ale ngegambar apa si? Serius banget."
"Harus lah... Biar bagus harus serius gambarnya." Balas Allen bersungguh-sungguh dengan wajah serius.
"Age juga mau dong." Agnes meminta pensil kepada Allen yang langsung Allen berikan saat itu juga. "Pesawatnya!"
"Ini mah punya Ale!" Allen keluar dari meja ruang tamu dan beralih menatap fokus udara untuk menerbangkan pesawat kertasnya.
"Ih." Agnes mengambil asal pesawat kertas disekitarnya dan mulai menggambarnya. "Mau gambar apa yah."
Melihat Agnes menjadikan pesawat bekas sebagai alas gambar membuat Rara mendekat dan membuat pesawat kertas yang baru. "Gambar disini aja Age."
"Sini." Agnes mengambil alih pesawat kertas dari tangan Rara dan kembali menggambarnya.
Pesawat kertas yang diterbangkan Allen memutar ruangan yang membuat anak kecil itu terkagum-kagum.
"Wih! Hebat!" Puji Abas yang membuat Allen berkacak pinggang sambil mengusap hidung mancungnya. "Iya dong! Ale gitu loh."
"Age gambar apaan?"
"Ada deh."
"Ini bentuk apa Age?"
"Orang, tante."
"Keren."
"Hihi." Mendapatkan pujian dari Rara membuat Agnes semakin gencar menyalurkan imajinasinya. "Age mau gambar bunga ah." Dalam perasaannya, anak itu merasa seperti seorang pelukis begitu menorehkan granit pensil pada pesawat kertas didepannya itu padahal hanya coretan biasa yang bahkan tidak memiliki bentuk rupa.
Mengetahui Agnes sibuk sendiri membuat Allen mendekati saudaranya itu dan melihat gambarannya. "Hahahaha! Itu apaan Age? Itumah bukan gambar, jelek banget!"
"Apaan si Ale! Sana main sendiri jangan ganggu Age!" Bentak Agnes yang mengejutkan Abas sedangkan Rara sudah terbiasa dengan Allen yang terkadang memang memancing emosi Agnes.
"Sana Ale sama Om Abas aja."
"Om bisa buat kapal laut."
"Beneran?" Allen beralih melihat Abas dan mengamati orang itu. "Caranya gimana?"
"Kayak gini." Dengan kemahirannya, Abas membuat lipatan-lipatan pada kertas bekas pesawat sebelumnya.
"Ayo tebak-tebakan." Agnes melihat Rara.
"Tebak-tebakan apa?"
"Tebak gambar Age."
"Mana?"
"Nanti, Age bikin dulu." Agnes kembali menggambar sesuatu yang merumitkan namun Rara tahu jika itu bukanlah hal penting. "Tebak ini, ayo."
Menyipitkan mata, Rara mendekati kertas yang dicoret-coret Agnes. Usaha Rara ditertawakan Agnes.
"Nyerah."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN (ANTON RIIZE #01)
FanfictionMenceritakan tentang keluarga kecil Donzello Anton seorang duda beranak 2 kembar laki-laki dan perempuan yang mengharapkan sosok ibu untuk melengkapi keluarga mereka agar terlihat seperti keluarga pada umumnya. ____________ PROJECT NASI no. 1 OT7