37

90 11 3
                                    

"Yey! Balik ke Jakarta!" Agnes mengangkat dua lengannya keatas dengan antusias, wajahnya semringah. "Ketemu Caca , ketemu—"

"Mama ikut enggak?" Pertanyaan Allen seketika menghentikan aksi saudari kembarnya dan menarik minat semua orang, kecuali Aesa yang memang tidak berminat sedikitpun.

Sesuatu berubah dimata pria itu saat melihat wajah istrinya yang tidak terpengaruh seperti yang lainnya. Seketika Anton berdebar dan menjadi gugup sendiri, bagaimana jika jawabannya kali ini tetap tidak merubah apapun pada wajah istrinya? "Iya, mama ikut."

"Yey! Tinggal di Jakarta sama mama!"

Dan ternyata ketakutannya benar, wajah wanita itu tetap datar seperti biasa. Donzello Anton akhirnya memilih memaksakan senyum menanggapi aksi kegembiraan si kembar.

Orang-orang dewasa memandang hangat Agnes dan Allen yang terus berceloteh membayangkan hal menyenangkan, merencakan sesuatu untuk dilakukan bersama saat sudah tiba disana. Kebahagiaan benar-benar menyelimuti anak-anak semenjak kepala keluarga menyatakan tujuannya yang akan memboyong mereka ke Jakarta.

Namun satu orang tidak menunjukkan hal yang serupa seperti apa yang orang-orang tunjukkan. Wanita di ujung sofa panjang dekat celah yang menghubungkan ruangan di belakang terlihat berbeda sendiri. Rasmi yang juga menyadarinya langsung menjadi bingung terhadap putrinya itu sedangkan Eko sangat antusias menanggapi Allen.

Suasana hangat yang orang-orang rasakan tidak mempengaruhi sedikitpun perasaan Aesa. Perasaannya tidak senang juga tidak marah,  hanya saja, rasanya aneh membayangkan tinggal di atap yang sama dengan pria itu dan memperlakukan masing-masing layaknya pasangan. Dia sudah terlalu nyaman ditinggalkan.

"Nanti kalo udah sampe sana, mama aku kenalin ke Kak Putri." Agnes mengatakannya dengan sangat bersemangat begitu menggapai tangan Aesa yang wajahnya sudah tersenyum lebar menanggapi. "Nanti aku kasih tahu juga rumah Bella sama Emo."

Seketika Anton merasa seperti tidak dianggap. Apa wanita itu benar-benar menganggapnya sebagai orang asing?

Orang asing yang tiba-tiba menerima ajakan pernikahan dan memulai hidup sebagai istri pengganti dari pria duda yang ditinggal mati. Bahkan setelah sadar dengan langkahnya yang telah mengambil masa lajang seorang gadis muda berusia 23 tahun, Anton masih meminta keadilan untuk dirinya sendiri. Sangat egois.

"Oke." Walau begitu Aesa tetap harus antusias kepada si kembar. Semenjak tinggal bersama, baik Allen maupun Agnes, keduanya telah meniru kebiasaannya dan terkadang meniru cara bicaranya. Jadi sebisa mungkin dia tidak akan mengabaikan kedua bocah tersebut.

Walau wajahnya nampak tenang seperti tidak mendengar apa-apa, nyatanya telinga sudah terbuka lebar memasukkan suara apa saja yang terjadi di sekitar. Kemudian di sela-sela percakapan orang-orang, dia teringat dengan hari dimana dia diminta untuk tetap tinggal, setiap kali suaminya membuka suara. Aesa Limarta Ningsih menelan mentah-mentah pikirannya dan kembali pada kejadian saat ini. Bagaimanapun juga semuanya memang akan terasa aneh jika baru dilakukan pertama kali.

"Ini mau berangkat kapan?" Tanya Rasmi.

"Hari ini." Jawaban singkatnya seketika membuat mata istrinya sedikit melebar, Anton berhasil  menangkap basah pemandangan unik itu menggunakan matanya sendiri. Bibirnya berkedut dan melihat kearah Rasmi sambil tersenyum kecil.

"Tiba-tiba banget yah..." Rasmu tertawa aneh.

"Senin kan langsung kerja jadi harus cepet-cepet pulang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HARAPAN (ANTON RIIZE #01) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang