Berbeda dengan Agnes yang memeluk ayahnya dengan erat, Allen Balorima justru menolaknya mentah-mentah.
"Ale kecewa sama papa." Begitu mengatakannya, Allen langsung mengunci diri didalam kamarnya sendiri.
"Ale kecewa kenapa?" Tanya Agnes berdiri didepan pintu kamar Allen.
"Age emang enggak kecewa? Age enggak marah? Padahal Papa pergi gitu aja pas kita nyanyi."
"Enggak tuh, Age enggak marah. Kan Papa kerja."
"Tau ah! Age mah kalo marah enggak jelas! Age tuh harusnya marah kalo digituin! Jangan malah nangisnya kalo enggak diturutin beli mainan doang!"
"Ya mau gimana lagi, Ale! Papa kan harus kerja kalo enggak kerja entar kita enggak bisa makan."
"Aku lebih baik menunggu kehadiran papa daripada memakan pemberiannya."
"Ale ngomong apaan si?" Agnes dan Allen tidak diajari bahasa seperti itu mereka hanya tahu bahasa sehari-hari.
"Ale belajar kata-kata itu darimana?" Anton bertanya sambil mendorong pintu kamar anaknya namun sepertinya anak laki-laki nya itu sudah memasang diri dibalik pintu.
"Papa enggak perlu tahu... Saya cuman mau mie."
"Mie yamin apa mie ayam?"
"Mie ayam!" Girang Agnes.
"Sst."
"Papa mah! Orang Ale lagi marah juga!"
Agnes meringis begitu mendengar Allen kesal sedangkan Anton sudah menahan tawa. Mempunyai keinginan untuk selalu bisa diandalkan membuat Allen mencoba mencari kata-kata formal melalui televisi . Dan Anton mengetahui itu dari Rara.
"Ya udah kalo enggak mau mah, biar Papa sama Age aja yang beli mie ayam." Anton menggandeng tangan Agnes dan membawanya menjauh dari kamar Allen yang langsung membuat pemilik kamar menampakkan diri dengan wajah kesalnya.
"Target kemana ya kira-kira." Mengendap-endap seperti kartun pencuri yang ditontonnya, Allen berguling kedepan, menabrak pintu kamar Agnes yang membuat Agnes tertawa saat itu juga.
"Ale ngapain si?"
"Mau ikut enggak?" Tanya Anton begitu melihat ekpresi wajah Allen yang masih angkuh.
"Ale mau ikut karena pengen nemenin Age doang bukan pengen mie ayam nya."
"Ya, ya, ya." Mereka bertiga berboncengan menuju warung mie ayam dan memakannya bersama-sama disana.
"Ale udah dong." Agnes mendorong bahu Allen yang tengah menyeruput mie didepannya. Mereka diberikan 1 mangkok mie untuk 2 orang. "Age enggak kenyang nanti."
"Baru juga makan satu sendok." Perut mereka berdua kecil jadi Anton pikir 1 mangkok pasti cukup, mungkin lebih? Mengingat Agnes memiliki porsi makan sedikit.
"Ale tuh makan satu sendok kayak makan dua sendok, Age rugi."
"Emang Age tau rugi?" Tanya Anton.
"Tau lah."
"Apa?"
"Mmmm kayak orang jualan tapi enggak bisa makan."
Anton tertawa. "Age-Age..." Matanya kemudian fokus pada Allen. "Katanya enggak mau makan mie ayam."
"Itu tadi kalo sekarang Ale laper."
"Oya libur nanti kita jalan-jalan yuk?"
"Jalan-jalan kemana?"
"Ke jawa yah?" Tanya Allen.
"Jauh amat ke jawa."
"Terus kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN (ANTON RIIZE #01)
FanfictionMenceritakan tentang keluarga kecil Donzello Anton seorang duda beranak 2 kembar laki-laki dan perempuan yang mengharapkan sosok ibu untuk melengkapi keluarga mereka agar terlihat seperti keluarga pada umumnya. ____________ PROJECT NASI no. 1 OT7