36

61 12 1
                                    

Keluar dari pintu rumah, sosok kecilnya berlari melewati wanita dewasa yang sedang memasangkan pakaian di hangar.

Mengetahui cara cepat dari sekedar mencari belaka, Agnes memutuskan berhenti di sana menghadapi punggung wanita tersebut dan mulai bertanya, "Mama lihat Ale enggak?"

"Hah?" Gumam Aesa tidak jelas karena terlanjur fokus memeras pakaian di tangan.

"Lihat Ale enggak?" Agnes mengulangi.

"Enggak, emang kenapa?" Sembari menjawab, Aesa tetap setia fokus pada pekerjaannya yang sebentar lagi akan selesai.

Tidak mendapatkan titik terang sedikitpun membuat Agnes kembali berjalan ke halaman. "Sembunyi dimana si ih! Susah banget nyari, Ale." Kesalnya mengeluh, kakinya berjalan menuju teratai yang dijadikan sebagai pembatas antara halaman rumah dengan jalanan desa.

"Di tempat sampah itu kali yak?-Masa disana si." Monolognya meragukan diri sendiri sambil menyipitkan mata mengamati tempat sampah milik tetangga sebelah yang ukurannya cukup besar untuk anak seumurannya.

Sementara itu di belakang, Aesa menyipitkan mata sembari menginjak pelataran batu sambil membawa ember berisi air hasil perahan pakaian. Sinar matahari menjelang tengah hari begitu terik hingga membuat kaki yang lembap terasa panas. Dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin.

Bertepatan dengan itu sosok Agnes kembali ke halaman karena tidak yakin dengan firasatnya sendiri. Kaki kecilnya melangkah naik ke teras rumah, rencananya akan mengulangi pencarian di dalam. Saat kembali ia berpapasan dengan ibunya yang terlihat mendekati semak-semak dan membuang air disana.

Aesa dengan cepat membalikkan diri dan buru-buru berlari ke teras namun belum sempat sampai tiba-tiba sosok anak kecil memekik di belakang saat Agnes berada di ambang pintu.

"Hujan ya ini?! Hujan yah? Hujan!" Pekik Allen Balorima panik saat muncul dari semak-semak dengan tubuh basah kuyup.

Namun dengan cepat berubah bingung ketika mendapati terik matahari di atas kepala. "Kok panas? Kalo bukan hujan terus ini air apaan dong?" Gumamnya bertanya-tanya sambil mengusap rambut kepala, mendongak ke atas.

Tanpa disadari tingkah anak laki-laki itu mengundang perhatian 2 orang di depan sana. Agnes terlihat semringah melihat orang yang dicarinya muncul sedangkan Aesa langsung turun dari teras saat menyadari perbuatannya.

"Ale ketahuan!" Pekik Agnes tertawa kencang seraya berlari memasuki rumah, mengalihkan perhatian Allen yang tengah terheran-heran dengan kondisinya sendiri.

Pandangannya dengan cepat tertuju pada sosok Aesa yang sudah sampai di depannya. Lengan kecilnya disentuh oleh sebuah tangan lembab.

"Ale kenapa?"

"... Basah..." Allen beberapa kali mengikuti perginya tangan Aesa menelusuri tubuh. Rasanya ingin marah karena tidak nyaman. "Ketumpahan air."

"Aduh... Maaf yah." Aesa dengan tak enak hati membersihkan busa tipis di kulit anaknya sambil mengingat kembali kegiatannya beberapa saat lalu. "Kirain mama enggak ada orang disitu."

"Ini mama yang nyiram?"

"Di semak-semak kan?" Tanya Aesa memastikan yang langsung di jawab dengan anggukan kepala. "Iya itu mama yang buang air kesitu... Mama enggak tahu kalo Ale disitu, kiarin mama Ale bukan disitu."

Perasaan marahnya seketika hilang saat mengetahui siapa pelaku penyiraman, dia tidak bisa marah lebih lanjut kepada ibunya sendiri. "Enggak papa kok."

"Aduh... Mana ini sampe telinga lagi airnya." Aesa memasang tampang khawatir sambil mengeringkan telinga Allen dan meniupnya sejenak. "Sakit enggak?"

HARAPAN (ANTON RIIZE #01) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang