Kepulangan Anton membawakan banyak pesanan si kembar dan Allen menjadi anak yang paling bahagia sedangkan Agnes hanya tersenyum seadanya setelah Putri diminta pulang. Lagi-lagi anak perempuan itu membutuhkan perhatiannya.
"Age enggak suka yah?"
Memandangi kardus di tangan yang menampakkan 1 set rumah boneka barbie didalamnya, Agnes menganggukkan kepala. "Suka kok."
Agnes kemudian memutuskan ke kamar dan menyemburkan raut bahagianya yang telah ditahan-tahan . Mengingat Anton sangat menyepelekan keinginannya membuat Agnes kesal jadi dia berpikir untuk berdiam diri seolah tidak tertarik dengan apa yang diberikan sang ayah. Namun ini tidak bisa dibohongi jika rumah barbie itu sangat cantik dan sangat indah, bagaimana mungkin papa menemukannya?
'Maafin, Age, tapi Age tetep pengen mama, hehe,' batin Agnes mengeluarkan mainan dari kardusnya.
Melongok dari celah pintu, wajah Donzello Anton tidak bisa bohong mengenai perasaannya yang sakit hati karena perlakuan Agnes. Bahkan sekarang anak itu membelakangi pintu seperti sengaja menghindari.
Tanpa Anton sadari Allen Balorima sudah termangu menatap punggungnya yang tinggi. Menelan ludahnya susah, anak laki-laki itu menundukkan kepala dan kembali melihat mobil mainan yang masih dibungkus.
Ia tidak bohong mengenai perasaannya yang puas dengan pemberian sang ayah namun melihat bagaimana Agnes mendapatkan perhatian yang begitu intens membuat Allen merenung. Dia juga menginginkan perhatian seperti itu, tidak bisakan 1 hari saja dia diprioritaskan? Seperti papa yang memprioritaskan Agnes setiap waktu?
Agnes terlalu beruntung sekarang. Semua orang yang Anton tempatkan di sisi mereka hampir memiliki pandangan yang lebih tertuju pada Agnes, seperti Rara dan juga Putri. Apa karena mereka sama-sama perempuan? Namun jika begitu harusnya Anton lebih dekat dengannya bukan? Karena mereka sama-sama laki-laki.
Menarik nafas dan menghembuskannya. Allen tersenyum kecil sambil beranjak memasuki kamar dengan mata yang sengaja tertuju pada mobil mainan. Karena ini bukan pertama kalinya jadi mari bertingkah seperti biasanya saja, lupakan perasaan seperti itu.
Bagaimanapun juga dia akan tumbuh menjadi seorang pria.
***
"Maaf yah nunggu lama, tadi habis dipanggil mama." Natasya Feronika memasuki mobil yang sama dengan Anton. Wanita itu mendudukkan diri dibangku yang berpasangan dengan pengemudi.
"Iya enggak papa." Mobil itu kemudian mulai Anton kemudikan meninggalkan gang tempat Tasya naik. Anton sebenarnya tidak masalah mengunjungi rumah Tasya namun sepertinya Tasya yang bermasalah jika mereka mengunjungi rumahnya.
Hari ini menjadi pertemuan ke-2 mereka semenjak minggu lalu, mereka telah memutuskan untuk berkencan 1 minggu sekali. Jujur saja Anton menikmati pertemuan mereka, anggap saja sebagai penghilang setres karena telah bekerja dan mengurus anak. Namun bagaimana dengan Tasya sendiri? Apa wanita itu tidak masalah melakukan pertemuan 1 kali dalam seminggu seperti ini? Mengingat makhluk hawa itu sangat suka sekali diperhatikan bahkan tidak akan segan-segan menciptakan keributan jika merindukan pasangan.
Sebagai pria yang sudah berpengalaman Anton hapal betul namun disini Tasya sudah sama-sama dewasa. Apa wanita itu sudah mapan?
"Kamu enggak bosen kan?" Tanya Anton mengeluarkan pikirannya.
"Bosen kenapa?"
"Ketemu satu kali seminggu kayak gini."
"... Enggak." Tasya geleng-geleng sambil melihat Anton. "Aturannya kan emang begini kan? Kalo dijodohin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN (ANTON RIIZE #01)
FanfictionMenceritakan tentang keluarga kecil Donzello Anton seorang duda beranak 2 kembar laki-laki dan perempuan yang mengharapkan sosok ibu untuk melengkapi keluarga mereka agar terlihat seperti keluarga pada umumnya. ____________ PROJECT NASI no. 1 OT7