43. Dibenci

22 5 3
                                        


Siang hari yang terik, Maya merasa tegang, tetapi dia tahu bahwa sudah tiba waktunya untuk berbicara dengan pacarnya tentang perasaannya. Di tempat lain, Mira berdiri jauh, tetapi penuh perhatian, memberikan dukungan pada Maya dan memastikan bahwa semuanya berjalan dengan aman.

Maya memutuskan untuk mengundang pacarnya, ke tempat yang tenang dan pribadi di taman. Mereka berdua duduk di bangku, dan setelah sejenak keheningan, Maya mulai berbicara dengan penuh keberanian.

"Beby ada yang mau kukatakan. Seharusnya ini udah kulakukan jauh-jauh hari,"

Pacarnya memperhatikan Maya dengan serius. "Apa yang kau bicarakan!"

"Kau tau, kau pernah membuliku dan memaksaku untuk memberimu uang,"

"LAGI-LAGI DIUNGKIT!" Pekik Pacarnya dengan wajah amarah. Mendadak, sang pacar berdiri dan mencengkeram tangan Maya dengan erat. "Dengar ,ya! Kalau orang tua-ku gak punya hutang budi, mungkin hidupku bakal tenang!"

Mendengar itu, Maya merasa terluka dan sangat kecewa. "Aku tau, kok. Kau cuma mau balas dendam 'kan? Karena gak nerima perjodohan ini?"

"YA!"

Sang pacar makin erat mencengkeram tangan Maya, sampai Maya menjerit kesakitan. Mira langsung menghampiri, berusaha menghentikan aksi kejam yang pacar Maya lakukan.

"Hei! Cukup!" Bentak Mira dengan menepuk tangan sang pacar sebagai peringatan.

Sang pacar melihat ke arah Mira, tampak marah. "Jangan ikut campur! Ini bukan urusanmu!"

"Apa menyakiti wanita adalah hal baik?" Sindir Mira, membuat sang pacar makin marah.

"Kau gak tau apa-apa! Gadis aneh!"

Pacar Maya mendekati Mira, menarik kerah bajunya ke atas. Walau dalam posisi bahaya, Mira tetap tenang dan berusaha mengakhiri ini dengan secepat mungkin. Maya juga merengek, agar sang pacar melepaskan Mira yang tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan mereka.

"Sudah! Lepaskan!" Rengek Maya.

Pacarnya menepis tangan Maya dengan kasar dan berkata. "DIAM!" Dia lanjut menatap Mira. "Sekali lagi, kau gak tau apa-apa!"

"Memang," Jawab Mira santai.

Melihat kesantaian Mira, membuat sang pacar marah besar. Dia makin tinggi mengangkat kerah baju Mira, sampai Mira terjinjit dan mulai tercekik. Maya tentu histeris saat itu, tapi taman dan lapangan olahraga dengan sepi, jadi tidak ada orang yang bisa membantu.

"Hei! Aku gak bermaksud mencampuri uruanmu!" Beber Mira.

"Lalu! Kenapa kau di sini!"

Mira melirik Maya dengan wajah melas. "Itu karena Maya memintaku!"

Sang pacar kaget dan tak percaya begitu saja. "GAK MUNGKIN! JANGAN MEMBUAL!"

"Terserah! Pokoknya dia mau putus darimu!" Beber Mira penuh keyakinan.

Mendengar kata-kata itu dari Mira, pacar Maya kaget dan melepaskan kerah baju Mira yang sudah agak molor. Dengan perasaan cemas dan khawatir, sang pacar menatap Maya dengan mata melotot.

"Apa itu benar?" Tanyanya bimbang.

Maya mengangguk kecil dan berkata. "Iya! Aku rasa udah cukup! Aku butuh kebahagiaan!"

"Hah!" Pacarnya tersenyum sinis sembari meledeknya. "Ok! Kita putus! Lagian aku udah jadi orang bodoh, dekat-dekat sama gadis nerd kaya kau!"

"Kejam!" Gumam Mira. Dia pun langsung merespon ejekan yang dilontarkan pacar Maya. "Sebaiknya pergi! Sebelum aku panggil guru!"

Forbidden Book [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang