Prolog

410 124 156
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

"Apa salahnya jika aku ingin
seperti anak lain?"
~Ailee

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

-
-
-

"Jangan, jangan pergi..., tolong!"

Deru tangisnya membuat air bercucuran di paras cantiknya. Ia berteriak, membuat ayahnya berjalan menujunya. Arvaz benar-benar panik, apa yang terjadi dengan putrinya ini? Apakah ini hanya mimpi buruk semata?

Perlahan ia membangunkan Ailee. "Putriku... Bangunlah, hey," ucap pria berkumis itu. Ia mulai mengguncang tubuh Ailee dengan kuat, hingga putrinya terbangun. Ailee duduk, ia menatap ke ayahnya. Langsung saja Arvaz memeluknya. "Ada apa, nak? Kenapa kamu menangis? Ceritakan kepada ayah,nak. Beri tahu ayah."

"Ayah...," Ailee memeluk erat tubuh ayahnya. Ia melanjutkan, "Aku ingin ibu di sini."

Arvaz terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Bagaimana dia menjelaskan kepada putri semata wayangnya itu?

Dia mengusap pipi penuh tangisan itu untuk menenangkan putrinya. Ia berkata, "Apa kau mau minum, anakku? Ayah baru saja membuat coklat panas, apa kamu mau?"

"Tidak, aku hanya ingin ibu!"

Arvaz benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan. Berkali-kali bahkan berpuluh-puluh kali Ailee berkata ibu, ibu, dan ibu. Bagaimana caranya untuk menjelaskan kepadanya? Ini semua benar-benar membuatnya pusing. "Nak, jadilah anak yang baik. Menurut saja kepada ayah, okey? Jangan pernah tanyakan ibumu lagi. Bisakah kamu melakukannya, Ailee?"

"Tidak! Aku ingin ibu. Tujuh belas tahun usiaku sekarang, dan aku masih hidup tanpa ibu di sini? Apa ayah tahu betapa aku merindukannya? Apa ayah tidak merindukan ibu juga?"

"Ailee...,"

"Ayah, tolong buat ibu kembali! Aku ingin ibu," ucap Ailee dengan tangisan di matanya. Bahkan, kali ini tangisannya jauh lebih deras dari sebelumnya. Ia melanjutkan, "Apa ayah tidak tahu betapa irinya aku dengan anak lain? Jangan egois, ayah. Tolong buat ibu kembali."

"Kamu yang egois, Ailee. Kamu tidak tahu apa-apa dan selalu menyalahkan ayah."

Arvaz menatap Ailee dengan sayup matanya. Ia benar-benar lelah. Ia tidak ingin disalahkan, tapi ini semua adalah kegagalan terbesar baginya untuk Ailee.

"Aku egois? Bagaimana dengan ayah yang tidak pernah menjawab pertanyaanku? Ayah, aku ingin ibu. Tolong."

"Berhenti, Ailee. Sudahlah," balas Ayah Ailee. Arvaz berdiri, ia berjalan menuju dapur dan membuat sebuah coklat panas. Ailee berjalan mengikuti arah Arvaz. Saat ia akan menyusul ayahnya, ia melihat sebuah cahaya dari bilik kamar Arvaz. Dia masuk perlahan ke kamar itu. Betapa terkejutnya cahaya itu berasal dari sebuah kaca yang sangat cantik!

COME TO ME, AILEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang