14✧Surat

33 22 2
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

"Jika saja aku menjelaskan alasanku, mungkinkah mereka akan menerimanya?"
~ Vulcan
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
-

-

-

Matanya terbuka perlahan. Menyadari bahwa ini masih terlalu pagi untuk melanjutkan misi. Perlahan dia beranjak, dan pergi ke luar tenda untuk meregangkan tubuhnya.

Sebegitu hebat indra pendengarannya, dia mendengar langkah seseorang. Baginya tak asing, tapi langkah itu sudah lama sekali tidak terdengar di telinganya.

Mencoba mencari kepastian akan apa yang dia dengar. Vulcan berjalan menjauh dari tenda untuk mencari sumber suara itu. Hingga dirinya menyadari bahwa dia sudah berada di tengah hutan. Vulcan menghembuskan napasnya. 'Mungkin aku salah dengar,' pikirnya.

Satu langkah dia lakukan untuk kembali ke arah tenda. Tapi betapa terkejutnya di saat mendengar suara yang memanggil namanya.

Awalnya suara itu terdengar tidak jelas, tapi lama-lama semakin dekat. Vulcan menoleh, dan dia langsung melebarkan matanya. "Vulcan," ucap orang itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Vulcan. Dia benar-benar tidak menyangka jika sosok yang dia anggap bahaya berada di sini.

"Kau ingat tugasmu, kan? Jadi, apa sekarang kau ingin agar aku terus menyiksa ayahmu?" tanya Blaze. Vulcan menyadari bahwa itu adalah kakeknya di saat orang itu membuka jubahnya. Menampakkan pria tua dengan wajah garangnya. "Tidak!" tegas Vulcan menjawab kakeknya.

"Lalu? Bukankah kau akan mengkhianatiku? Aku pikir kau adalah cucu yang penurut," tanya Blaze. Semenjak Vulcan terbebas dari Malaprisons, Blaze selalu menguntitnya. Bahkan di saat Vulcan ditangkap dan dikurung di Tidefall, dirinya tetap mengikuti cucunya itu. Dan dari situlah Blaze mengetahui di mana Arvaz berada. Hingga dia juga tahu siapa itu Ailee.

"Aku, aku akan tetap memenuhi tugasku!" ucap Vulcan. Pikirannya dilanda kebingungan sekarang. Haruskah dia memberi tahu misi Ailee sehingga Blaze melepaskan ayahnya? Tapi itu hal sulit baginya.

"Baik, jelaskan apa rencanamu jika begitu," titah Blaze.

Dengan gugup, Vulcan menjawab. "Aku, aku akan membawa Ailee kepadamu," jelasnya. Mendengar itu, Blaze menyeringai. Sengaja dia ingin mendapat penjelasan dari cucunya itu. "Ailee? Siapa dia?" tanyanya walau dirinya sudah tahu tentang Ailee.

"Dia putri Arvaz," lirih Vulcan. Dia benar-benar merasa bingung. Dia tidak tega jika gadis itu harus menerima siksaan dari kakeknya hanya karena ayahnya. Tapi bagaimana lagi? Jika tidak seperti ini pasti Blaze akan selalu mengganggu ayahnya.

Mendengar penjelasan itu, Blaze justru terkekeh. Entahlah apa yang dia pikirkan hingga tertawa seperti ini. "Aku tidak menyangka kau sepintar itu," ucapnya.

COME TO ME, AILEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang