21✧ Di Akhir Perang

20 15 30
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

"Jika aku menerimamu, apa kau akan meminta hal itu lagi?"
~Arvaz
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
-

-

-

Pria itu begitu dalam menatap mata istrinya. Entah tatapan apakah ini, namun tiap kali Arvaz menatap istrinya. Selalu saja bayang-bayang akan masa lalu mereka muncul dalam pikirannya. Arvaz berkata, "Kau selalu ingin menetap di Adurant, kan?"

Bukannya menjawab, Irish justru menatapnya bingung. Dirinya masih tidak paham dengan apa yang dikatakan suaminya itu. "Lakukan apa yang kau mau. Tapi Ailee akan kubawa," jelas Arvaz.

Sontak Irish terdiam. Merasa terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya itu. Emosinya seketika bercampur aduk selepas mendengar hal itu. Mengingat jika selama dirinya bersama suaminya, selalu ia minta untuk kembali ke Adurant. Entahlah, dahulu begitu sulit bagi Irish untuk melepaskan Adurant, apalagi dirinya sangat menyayangi ayah gilanya itu.

Kini, Irish menatap mata suaminya. Berharap agar suaminya tidak memutuskan hal yang ia tidak mau. Irish sudah berpikir tentang Arvaz yang akan meminta mereka untuk berpisah. Dirinya benar-benar takut akan hal itu. Dengan mata sayupnya Irish berkata, "Maaf, aku dahulu memang selalu meminta untuk menetap di sini. Tapi Arvaz, bisakah kita seperti dahulu lagi? Maafkan aku."

Mendengar penjelasan itu, sontak Arvaz menghembuskan napasnya. Merasa bingung dengan kondisi mereka sekarang. Arvaz sendiri merasa jika dirinya belum bisa menerima segalanya. Merasa jika, ini semua juga tidak terlepas dari kesalahan istrinya itu.

"Irish," ucap Arvaz sembari menatap dalam-dalam wajah istrinya. "Kau tahu, tidak mudah mengurus Ailee seorang diri. Aku membawa kalian ke Bumi Manusia agar kalian selamat. Tapi butuh berapa tahun agar kamu memahaminya? Jujur saja, Irish. Aku masih memikirkan segala hal itu," lanjutnya.

"Maafkan aku, maaf," balas Irish. Perlahan beberapa tetesan air turun tepat dari matanya. Merasa jika semua itu adalah beban bagi pernikahan mereka. Irish mampu merasakan betapa sedihnya suaminya itu. Perlahan ia mengusap beberapa air matanya. Kembali ia berkata, "Maafkan aku."

Melihat apa yang terjadi dengan istrinya itu. Sontak Arvaz menggeleng perlahan. "Jangan menangis," ucapnya. Perlahan dia memikirkan sesuatu. Berpikir jika tidak ada gunanya mengungkit hal itu lagi. Setelah semua ini terjadi, bukankah ini adalah anugrah agar mereka memperbaiki keadaan pernikahannya? Mendapati pemikiran seperti itu. Arvaz melanjutkan, "Irish, jika kita kembali bersama. Apa kau tetap akan meminta hal yang sama?"

Mendengar hal itu, dengan cepat Irish menggeleng. Ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak meminta segala hal itu lagi. Dengan cepat Irish berkata, "Tidak akan. Aku ingin kita memperbaiki segalanya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COME TO ME, AILEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang