02

587 35 1
                                    

"Tuhan, boleh istirahat sebentar? Aku capek sama orang-orang, aku capek sama keadaan, bahkan aku capek sama diriku sendiri. Aku tidak menyerah, aku hanya lelah dan rasanya aku butuh waktu yang tenang. Aku tidak akan lari, aku hanya butuh waktu untuk diriku sendiri tanpa harus memikirkan ini itu yang selama ini cukup menguras energi"

~Zhen Daviandra Sagara~

Kala itu di Tahun 2021

"Yah, Ayah mau kemana? Gara ikut, Yah!" Kata Gara

Anak berusia 11 tahun itu terus bertanya kepada ayahnya. Melihat ayahnya mengemas pakaian ke dalam koper membuat Gara merasa penasaran.

Ayahnya masih sibuk memasukkan pakaian ke dalam koper, membuat Gara semakin sedih karena pertanyaannya belum dijawab.

Alamsyah Arsawijaya, lelaki berusia 53 tahun, tampak menghela napas berat, menatap Gara dengan mata sayu, lalu duduk di hadapan anaknya.

"Gara tau kan, pekerjaan ayah itu apa?" tanya Alam, sembari mengelus rambut Gara

"Gara tau Ayah seorang tentara. Terus, kenapa, Yah?" tanya Gara

"Karena ayah seorang tentara, Nak, tugas ayah jauh dan berat sayang. Kali ini, Ayah ditugaskan di Surabaya. Gara ngga apa- apa kan harus tinggal di Jakarta? Nanti kalau Ayah ngga sibuk, insyaAllah ayah bakal sering ke Jakarta menemeni Gara, Bunda sama Kakak ikut Ayah ke Surabaya. Gara harus kuat ya nak, Gara harus jadi anak yang hebat. Maaf, maafin Ayah harus ninggalin Gara sendirian, jaga diri baik-baik ya nak" Ucap Alam, membuat Gara ingin menangis, ia tidak suka kondisi seperti ini, dimana ia harus jauh dari orang tua, harus menahan rindu, dan harus kesepian. Inilah resiko menjadi Anak seorang Tentara, harus selalu siap ditinggal tugas.

Pikiran tentang gugurnya para prajurit TNI membuat ia semakin takut akan jauh dari Ayahnya, ia takut jika Ayahnya kembali dalam keadaan tidak bernyawa.

"Ayah, Gara takut" ucapnya lirih

Gara membuka kedua matanya saat masa lalu itu kembali mengelabuhi jalan pikirannya. Masa lalu pahit yang membuat Gara berpisah dengan Orang tuanya.

Ia terbangun tepat saat adzan subuh berkumandang. Ia bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. Setelah mandi, Gara langsung memakai baju koko dan sarung, tak lupa memakai peci, lalu menggelar sajadah untuk melaksanakan sholat subuh.
Setelah sholat subuh, Gara menggambil tasbih lalu berdzikir hingga pukul 06.00 pagi.

Ia bersiap memakai seragam putih abu-abu nya, lalu bergegas turun ke bawah. Sebelum berangkat ke sekolah, Gara menyempatkan untuk sarapan. Pagi ini, Bi Siti memasak sayur sop. Gara selalu berterima kasih kepada Bi Siti yang tak pernah lupa menyiapkan sarapan, makan siang, bahkan makan malam, apalagi yang Bi Siti masak ini makanan kesukaannya.

Ya...Bi Siti tahu makanan kesukaan Gara itu dari Bundanya Gara yang selalu ikut membantu Bi Siti menyiapkan Sarapan, Makan Siang untuk keluarga Arsawijaya, tentunya makanan ia siapkan adalah makanan-makanan sederhana, namun yang membuat istimewa nya keluarga Arsawijaya itu selalu membuatnya tersenyum karena melihat kehangatan keluarga Arsawijaya.

"Terima kasih untuk semuanya ya Bi" Ucap Gara, lalu mencium tangan Bi Siti, setelah itu, Gara langsung bergegas pergi ke Sekolah

Sedangkan Bi Siti hanya menatap Gara dengan tatapan yang sulit diartikan, jujur saja ia sedikit kasihan melihat anak bungsu dari keluarga Arsawijaya tersebut, dan Bi Siti lah yang menjadi saksi kapan awal mula Gara ditinggal oleh keluarganya. Ingatlah Bi Siti bukan mengenal Gara sehari atau dua hari saja, melainkan sudah bertahun-tahun ia mengenal Gara.

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang