19

116 2 0
                                    

"Tidak semua diam itu tenang, dan tidak semua tawa itu bahagia."

~Zhen Daviandra Sagara~

"Ayah" teriak Gara, saat melihat Ayahnya sedang duduk di ruang tamu

"Ayah Gara rindu" ucap Gara memeluk Ayahnya

"Padahal deket lho Gar, kampus kamu sama kantor Ayah" jawab Alam

"Kan ngga boleh keluar kalau belum dapat pesiar, Ayah udah tau deket kenapa ngga ke kampus Gara"

"Ngga boleh dek, kecuali kalau Ayah ada kuker ke kampus kamu itupun belum tentu bisa ketemu sama kamu" ujar Alam

"Malam ini ada kegiatan apa Gar?" Tanya Alam

"Ada makrab Yah" jawab Gara

"Wah harus bawa rekanita itu Gar" sambung Aza

"Ngga wajib" jawab Gara dengan wajah datar

"Tapi...ah sudahlah, tambah panjang kalau ngomong sama kamu Gar" ucap Aza pasrah

"Ya" jawab Gara sembari jalan menuju kamarnya

"Gara tuh mirip siapa sih dingin nya, Ayah sama Bunda aja adem ngga dingin, heran tuh anak" ucap Aza

"Gara itu mirip sama Ayah waktu muda, cuek nya minta ampun tapi perhatian" jawab Ayu

"Coba aja kalau lagi manja, mirip banget mereka itu, apalagi kalau lagi sakit, ngga bisa jauh-jauh dari Bunda, tapi Gara itu sekarang anaknya jauh lebih mandiri" sambung Ayu

"Mungkin sikap Gara lebih dingin karena jarang sama kita ya Bund jadi kaya canggung gitu, Aza liat-liat kalau sama Arzan itu Gara ceria banget, bahkan Aza sendiri cemburu kalau Gara lebih bahagia sama orang lain, kayak Aza itu belum bisa jadi Kakak yang baik buat Gara dan Gara lebih nyaman sama orang lain" ucap Aza membuat Ayah dan Bunda terdiam

"Maafin Ayah kak, ini karena kesalahan Ayah, seharusnya Ayah ngga biarin kalian pisah, Ayah juga ngga mau kita jadi asing, ngga saling diem-diem an, Ayah juga mau keluarga itu kita hangat, tapi Ayah terlalu cepat mengambil keputusan, Ayah pikir dengan Ayah ninggalin Gara sendirian, Gara bakal jadi anak yang mandiri, anak yang lebih dewasa, ceria, tapi Ayah salah, Ayah tau Gara itu memendam luka yang banyak, Gara dibully juga gara-gara Ayah, coba aja kalau Gara tinggal bersama kita, pasti Gara ngga akan dibully" ucap Alam menyesali perbuatannya

Tak sadar, Gara juga mendengar semua obrolan mereka dibalik pintu kamarnya.

"Ayah bener, Gara itu ngga pernah baik-baik aja, luka yang Gara pendam cukup banyak, damai dengan keadaan itu membutuhkan waktu yang cukup lama, maaf hiks" isak Gara

"Arghhh, gw capek hiks, kapan gw bisa bahagia tanpa ngerasain sakit hiks, gw pengin bisa kaya anak-anak lain, yang orang tuanya kaya, keluarga harmonis dan ngga punya luka dan trauma" ucap Gara sembari membanting tubuhnya di ranjang

Gara teringat yang diucapkan Kakaknya tadi, Gara pun membuka handphone nya dan menelpon seseorang.

"Assalamualaikum, Ze"

"Waalaikumussalam, Iya Gar, kenapa?"

"Kamu mau ikut saya ke kampus? Ada acara malam akrab"

"Boleh, jam berapa?"

"Ba'da isya saya kesitu"

"oke Gar"

"Terimakasih Ze"

"Iya Gar, sama-sama"

"Ouh ya, ngga perlu cantik-cantik"

"Lho kenapa Gar?"

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang