28

309 4 0
                                    


"Berjuang bukan hanya perihal berjalan menuju ke arah tujuan, tetapi juga mencari alasan untuk bertahan ditengah banyaknya kesulitan"

~Alamsyah Arsawijaya~

S

iang harinya, Arzan menghabiskan waktu untuk bermain game didepan ruang IGD, tanpa sadar ada Ayahnya yang sedang melihat Arzan yang masih teriak-teriak seperti orang kerasukan.

"Arzan" panggil Albar, membuat Arzan yang sedaritadi menatap handphone nya pun mendongakan kepala

"Eh Ayah, daritadi ya?" Tanya Arzan kepada Ayahnya

Albar pun duduk disamping Arzan, "Iya liat kamu yang kaya lagi kerasukan, kamu ini ngga dirumah ngga dirumah sakit main ML terus, jangan teriak-teriak kalo main game"

"Hehehe lagian mau ngapain lagi Yah"

"Sana ke kantor, tadi Pak Herru chat Ayah, beliau nyari kamu" ucap Albar

"Terus Gara gimana Yah?" Tanya Arzan menatap Albar

"Kan ada Ayah, udah sana hus hus"

"emang Arzan kucing apa, ya udah Arzan pamit pulang dulu ya Yah, kalau ada apa-apa telpon Arzan" ucap Arzan sembari mencium tangan Albar

"Iya, yang fokus kerjanya jangan mikir yang macam-macam"

"Siap ndan" Arzan pun pergi meninggalkan Albar sendirian

•••

Kini Albar berada di ruangan IGD, setelah kepergian Arzan, ia memilih untuk menemani Gara didalam.

"Nak...disana Gara bahagia hm? Sampai ngga bangun-bangun. Nak...pulang ya, jangan lama-lama mainnya, ayo main sama Papa aja, ouh ya Papa juga punya mainan banyak, Papa belikan khusus buat Gara. Gara juga suka laut kan? Nanti Papa ajak Gara jalan-jalan pakai kapal, nanti nyelam juga sayang, kamu hobi nyelam kan? seorang Marinir itu harus kuat nak dan harus bertahan, Papa selalu menunggu Gara bangun" ucap Albar sembari mengelus surai lembut Gara, kemudian ia mengelus tangan Gara dengan air mata yang terus mengalir

Tanpa Albar sadari, kedua kelopak mata itu bergerak perlahan, hingga pada akhirnya terbuka, meski dengan tatapan sayu, menatap ke sekeliling ruangan sebelum akhirnya menatap Albar. Dibalik masker oksigen-nya ia tersenyum.

"P-pa..."panggil Gara lirih. Suara Gara mampu membuat Albar sadar dari lamunanya

"Sayang...kamu sudah bangun nak, ada yang sakit? Bilang sama Papa" ucap Albar membuat Gara menangis

"S-sakit...ngga k-kuat" ringis Gara

Albar mengusap surai Gara dengan lembut, berusaha untuk menenangkannya.

"Tahan ya nak" bisik Albar, "kamu itu kuat, kamu luar biasa, ayo kalahin penyakitnya sayang. Kamu harus yakin kalau kamu bisa sembuh, jangan takut ada Papa disini"

Gara mengangguk pelan. Air matanya mengalir, kini rasa sakitnya kembali datang membuat Gara semakin lemah, tapi kalimat yang Albar ucapkan mampu membuat Gara tenang. Setelah itu Albar menyalakan murottal Syekh Misyhari Rasyid, salah satu Syekh kesukaan Gara.

•••

Kini Gara sudah dipindah ke ruang inap VIP, Albar yang masih setia disamping Gara yang sesekali meringis kesakitan.

"Sabar ya...Dokter lagi cari pendonor jantung buat kamu, ayo semangat sebentar lagi kamu akan sembuh nak" ucap Albar menyemangati Gara

"Apa setelah itu Gara bahagia Pa?" tanya Gara sembari menatap wajah Albar

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang