03

516 26 0
                                    

"Rumahku berantakan, hidupku berantakan, jalanku berantakan, semua tentang hidupku seakan-akan menyuruhku lebih baik pulang daripada harus bertahan tanpa tau apa alasanku bertahan. Aku sudah tau bagaimana indahnya langit di sore hari, aku sudah menikmati mie hangat dikala hujan, aku juga sudah pernah mengunjungi tempat terindah semasa hidup. Dulu aku menikmati semuanya, sekarang sekalipun itu membahagiakan, aku sudah tidak bisa lagi merasakannya. Tawaku hanya sebentar, sedihku berjalan tanpa henti. Aku sakit, entah ia akan pulih.

~Zhen Daviandra Sagara ~

"Gar, lo bertahan hiks jangan tutup mata dulu" isak Arzan, lalu ia menggendong Gara, sesampainya di mobil ia meletakkan Gara disampingnya, ia akan membawa Gara ke rumahnya, yang tidak jauh dari Mabes TNI Angkatan Laut

Laksamana TNI Albara Ali Rafindra selaku kepala rumah tangga sekaligus Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) dan istri yang selalu setia mendampinginya, Ny. Fera Albara Ali Rafindra. Mereka dikaruniai dua orang anak, anak pertama seorang putri yang cantik bernama Kanaya Ashifa Rafindra biasa dipanggil Shifa, sekarang ia sedang melanjutkan perguruan tinggi di Amerika dan anak kedua laki-laki bernama Arzan Kinza Rafindra.

Keluarga Arzan lengkap, keluarga terpandang namun kebersamaannya jarang kesorot media, keluarga yang sangat sederhana dan keluarga yang hangat membuat banyak orang cemburu akan keharmonisan keluarga tersebut.

Sesampainya di rumah, Arzan teriak memanggil satpam untuk membantu membawa Gara ke dalam rumah, saat masuk ke dalam rumah ternyata Mama dan Papanya sudah berdiri di ruang tamu, Arzan yang melihat Mamanya pun langsung memeluk dan menangis.

"Hiks Arzan gagal Ma, Arzan gagal jagain adek Arzan" Isak Arzan, membuat Mamanya pun ikut menangis, ia tak tega melihat putranya seperti ini.

"Kamu ngga gagal sayang, kamu sudah hebat melindungi Adek kamu, Mama sangat bangga sama kamu, jangan seperti ini kalau adek kamu tau bagaimana?" Ucap Mama, Arzan sudah menceritakan semuanya saat ia baru pertama kali bertemu dengan Gara sampai ia menganggap Gara itu adeknya, Papa dan Mamanya juga tidak melarangnya, justru mereka mendukung, karena memang sedari dulu Arzan menginginkan Seorang Adek.

Dokter yang memeriksa Gara pun keluar dari kamar, dan Arzan yang sedari tadi melamun kini berdiri.

"Bagaimana kondisi adek saya dok?" Tanya Arzan

"Kondisinya cukup memprihatinkan, luka yang melepuh di lengannya sudah saya obati, luka-luka di seluruh tubuhnya juga sudah saya obati, ia hanya membutuhkan istirahat yang cukup, agar kondisi nya tidak semakin parah, obatnya bisa di tebus di klinik terdekat ya" Jelas Dokter

"Terimakasih Dok" Ucap Arzan, lalu Dokter itu pun pamit kembali ke Rumah Sakit

Saat ini Arzan dan Papa nya sedang berada di kamar yang ditempati Gara, Arzan memegang erat tangan Gara ia berharap Gara cepat-cepat sadar dari pingsannya.

"Gar cepet bangun, Abang kangen sama Gara, maafin Abang ya Gar udah ninggalin Gara sendirian, coba aja kalau Abang ngga pergi pasti Gara baik-baik aja sekarang" Ucap Arzan sembari meneteskan air mata, Albar pun menghela nafasnya saat putranya terus menyalahi dirinya

"Yah? Ayah!"

Gara bangun dengan keringat yang bercucuran, nafasnya pun tersengal-sengal, air matanya mulai menetes tak terkendali.

Gara menangis sekencang-kencangnya, membuat Arzan dan Papanya bingung sekaligus terkejut.

"Nak? hei, kamu kenapa?"

Dengan tangis yang terus bercucuran, Gara mendongakkan kepalanya menatap Albar yang kini duduk di hadapannya dan Albar langsung membawa Gara kedalam pelukannya.

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang