"Mereka tidak pernah tau seberapa besar aku berusaha mempertahankan semangatku, menjaga pikiran dan kondisi mentalku, aku terbiasa namun bukan berarti aku baik-baik saja"
~Zhen Daviandra Sagara~
Arzan yang merasa dipanggil mengangkat kepalanya, kedua matanya mengerjap beberapa kali, Gara sudah sadar? Gara berhasil melewati masa kritisnya?
Arzan langsung memeluk tubuh Gara, ia menangis antara menangis haru dan menangis bahagia, ia bahagia karena Gara sudah berjuang melewati masa kritisnya.
"Abang panggilin Dokter ya dek" Ucap Arzan sembari mengelus surai Gara, Gara pun mengangguk pelan.
Tak lama Dokter pun datang lalu memeriksa Gara, Arzan menunggu di luar ruangan sembari menelpon Albar dan Orang Tua Gara, ia memberi kabar baik pada mereka, bahwa Gara sudah sadar.
Beberapa menit kemudian Orang tua Arzan dan Gara sudah berada di Rumah Sakit, mereka menunggu Dokter selesai memeriksa Gara.
Dokter pun keluar, ia tersenyum. Semua yang sedang menunggu pun heran melihat Dokter tersenyum, terlihat bahagia. Mereka pun menghampiri Dokter
"Bagaimana Dok keadaan anak saya?" Tanya Alam dengan nada khawatir
"Alhamdulillah, anak Bapak sudah melewati masa kritis nya, kondisinya pun mulai membaik, sekarang anak Bapak akan kami pindah ke kamar inap" Ucap Dokter dengan tersenyum ramah
"Alhamdulillah, kamu memang hebat Gara, makasih udah bertahan" Ucap Alam sembari meneteskan air matanya
"Ruang VIP ya Dok" Sambungnya
"Baik pak, silahkan Bapak mengurus administrasinya terlebih dahulu" Ucap Dokter
"Baik Dok" Yang menjawab bukanlah Alam tetapi Albar yang sedari tadi diam saja, setelah itu Albar dan Dokter pun pergi dari depan ruangan ICU
Sedangkan Alam, Ayu, Fera, dan Arzan pun masuk ke dalam ruang ICU mereka ingin melihat Gara yang sudah sadar. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah sosok yang selama ini di nanti untuk segera sadar tengah tersenyum menatap mereka.
"Ayah, Bunda, Tante Fera, Abang?" Panggil Gara
Keempatnya terkekeh, Alam sengaja menundukkan kepalanya, menutupi tangis yang kembali datang. Alam berjalan lebih dulu, menatap wajah pucat Gara yang juga ikut menatapnya dengan tersenyum, Ayu di sisi kanan bersama Fera, sedangkan Arzan berada di sebelah Alam, sedangkan Gara membuka lebar kedua tangannya, mengisyaratkan Ayahnya untuk masuk ke dalam dekapannya.
Alam langsung memeluk anaknya pelan, Gara masih terdiam dan air matanya mulai turun, ia sangat-sangat merindukan pelukan ini, Alam selalu mengatakan "maaf, maafkan Ayah Gara". Gara sudah memaafkan Ayahnya, ia memaklumi Ayahnya yang tidak pernah ke Jakarta, yang selalu sibuk dengan pekerjaan, ia paham kalau menjadi anak dari prajurit Tentara itu memang berat dan harus kuat jika ditinggal jauh, itulah konsekuensinya.
Alam melepaskan pelukan Gara, ia mengelus surai Gara lalu ibu jarinya mengusap air mata milik Gara yang sedari tadi keluar.
"Terimakasih sudah kembali jagoan Ayah" Gara mengangguk
Ayu yang sedari tadi diam saja pun langsung mencium punggung tangan kecil milik Gara, yang ditengahnya masih terdapat selang infus. Air mata yang semula ia tahan akhirnya luruh, kedua netranya menatap wajah pucat Gara, meski pucat tapi masih kelihatan tampan.
"Anak nya Bunda, anak tampannya Bunda, makasih sayang sudah mau bertahan, kita sembuhin sama-sama ya? Maaf Bunda gagal jadi Bunda yang baik buat Gara, Gara harus sembuh, semangat Garanya Bunda" Jelasnya, dadanya terasa sesak, mengingat disaat ia meninggalkan anaknya sendirian padahal masih kecil, masih sangat-sangat membutuhkan sosok Orang Tua disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen Fiction"Aku hanya ingin tenang tanpa merasakan sakit, apa itu salah?" ~Zhen Daviandra Sagara~ Zhen Daviandra Sagara, Remaja yang sering di bully oleh teman di sekolah hanya karena orang tua nya tidak pernah datang ketika ada undangan ke sekolah, ia di bull...