04

432 21 0
                                    

"Aku sangat lelah Tuhan, kapan rasa sakit ini berakhir, aku ingin hidup bahagia tanpa harus merasakan sakit, Aku lelah, Aku ingin tenang, aku ingin hidup tanpa dihantui oleh rasa trauma dan rasa takut, peluk Aku sebentar Tuhan."

~Zhen Daviandra Sagara~

"Shhh" Rintih Gara, sembari membuka perlahan matanya, tiba-tiba rasa sakit menjalar diarea perutnya, seperti ada sesuatu yang memaksa ingin keluar dengan gerak perlahan, Gara berlari ke arah kamar mandi, muntahan yang ia keluarkan bukan isi perutnya tetapi hanya cairan bening yang cukup banyak.

Dan tiba-tiba ada yang mengalir di hidung Gara, waktu ia usap dan melihat tanganya sudah ada cairan pekat dan kental berwarna merah dan mengalir cukup deras.

Terkejut? Tentu, Gara sangat terkejut, pertama kalinya ia mimisan darahnya sebanyak ini, ditambah rasa mual pada perutnya, rasanya seperti ada yang mengobrak-abrik isi perut Gara.

Gara segera mengguyur seluruh darah yang ada di wastafel, dan mengelap sisa darah yang ada di hidungnya. Selanjutnya, Gara kembali ke ranjang tidurnya dan ia terduduk lemah sembari menangis dengan pelan.
Saat sedang menangis tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok tok

"Masuk" Ucap Gara, pintu kamarnya pun terbuka dan menampilkan Bi Siti yang sudah membawa nampan berisi bubur, air hangat, serta obat-obatan.

"Eh mas Gara udah siuman, makan dulu mas biar cepet sembuh" Ucap Bi Siti sembari meletakkan nampan itu di atas nakas

"Mau di suapin apa makan sendiri mas? Tanya Bi Siti

"Gara ngga pengin makan Bi" Jawab Gara dengan lemah

"Ngga boleh gitu mas, mas harus makan biar cepet sembuh, Bapak sama Ibu pasti sedih kalau liat mas Gara yang semakin kurus karena ngga mau makan" Ucap Bi Siti, membuat Gara meneteskan air matanya, ia sangat merindukan orang tua nya bahkan disaat ia sakit pun orang tua nya tidak datang untuk merawatnya.

"Bibi suapin ya, bismillahirrahmanirrahim" Ucap Bi Siti sembari menyuapkan bubur ke dalam mulut Gara dan Gara pun menerima yang membuat Bi Siti tersenyum. Tapi saat suapan ke enam Gara menolak alasannya sudah kenyang dan mual, akhirnya Bi Siti pun menaruh mangkuk berisi bubur di atas nampan dan mengambil obat, setelah itu Gara meminum obat.

"Makasih ya Bi udah rawat Gara, kalau ngga ada Bi Siti Gara ngga tau Gara bakal kayak gimana, Gara pengin tidur Bi boleh?

Bi Siti mengangguk mengiyakan pertanyaan yang Gara berikan

"Mas Gara istirahat ya...nanti Bibi bangunin kalau udah jamnya minum obat...Bibi bantuin selimutin ya"

Gara tersenyum tipis, lalu membaringkan tubuhnya, dan Bi Siti menyelimuti tubuhnya sebatas dada.

"Bibi tinggal ya mas, kalau ada apa-apa telpon aja, Bibi nginep disini sampai mas Gara sembuh" Ucap Bi Siti yang dibalas anggukan dan senyuman dari Gara, lalu Bi Siti membawa kembali nampannya, sebelum keluar dari kamar Gara, Bi Siti menatap wajah Gara dengan tatapan sendu

"Cepet sembuh mas Gara, biar Bibi liat senyuman manis mas Gara lagi..." Batin Bi Siti disertai air mata yang mulai mengalir dari sudut matanya, lalu ia perlahan menutup pintu kamar Gara dan kembali ke dapur.

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang