"Nak...Jadi anak laki-laki itu tidak harus gagah, tetapi kamu harus tau, kamu adalah ujung tombak keluarga setelah Ayah, kamu lah yang akan menjaga Bundamu kelak saat Ayah sudah tak berada di samping kalian. Nak...Jadi anak laki-laki itu harus kuat, seberapa banyak masalahmu tetaplah kuat jangan berpikir untuk menyerah, jadilah manusia yang berpegang teguh dalam ketaatan. Jika kamu terjatuh bangunlah, kamu harus tetap semangat, jika ingin menjadi Prajurit Tentara maka harus hebat! Ayah percaya sama kamu, Ayah selalu bangga sama kamu, bungsunya Ayah, Jagoannya Ayah!!"
~Alamsyah Arsawijaya~
Sesampainya di Rumah Sakit, Ajudan Albar langsung memanggil suster, Gara pun di rebahkan di atas brankar dan di dorong oleh beberapa suster, Arzan dan Albar juga ikut mendorong dengan air mata yang masih menetes.
"Maaf keluarga pasien harus menunggu di luar" Ucap seorang suster dengan menahan Arzan yang hendak ikut masuk ke dalam ruangan.
"Mohon izin komandan, saya izin pamit pulang untuk mengambil pakaian komandan dan anak komandan" Ucap Ajudan yang diangguki oleh Albar, lantas Ajudan pun pergi dari hadapan Albar dan Arzan
"Zan..."
Penampilannya yang sudah berantakan, keadaan yang jauh baik-baik saja, Arzan pun yang merasa dipanggil langsung duduk di samping Ayahnya.
Usapan di kepalanya membuat Arzan semakin terisak, ia menundukan kepala dengan tangan yang mengepal.
Berkali-kali ia meninju dinding untuk melampiaskan rasa sesak di hatinya.Albar melihat anaknya yang keadaannya sudah kacau, ia tak sadar air matanya mulai menetes.
"Hiks Gara kenapa Yah, Hiks seharusnya tadi Arzan ngga usah ikut rapat OSIS ginikan jadinya, Arzan takut Yah, Arzan takut gimana kalau Gar-
"Arzan!!!"
"Jangan pernah punya pikiran aneh-aneh Arzan, Gara itu anak yang kuat, dia pasti baik-baik aja" Ucap Albar sembari memeluk putra bungsunya
"Arzan takut Yah... Arzan takut, Arzan ngga mau kehilangan Gara, Gara adek Arzan Yah" Tangis Arzan di pelukan sang Ayah
"Doakan saja buat Gara, kamu jangan cengeng begini kalau Gara tau gimana, Apa ngga malu?" Tanya Albar sembari melepaskan pelukannya, Arzan tak sengaja melihat wajah Ayahnya yang ternyata ia juga menangis.
"Ayah juga nangis, gimana kalau anak buah Ayah liat, malu banget pasti hiks" Ucap Arzan, yang mendapatkan tatapan tajam dari Ayahnya.
"Sebentar, Ayah telfon Pak Alam dulu" Ucap Albar yang dibalas anggukan oleh Arzan
Kring...kring...kring...
(Panggilan tersambung)"Halo pak" Sapa Ayah
"Halo, Kamu ke Jakarta sekarang juga!" Ucap Om Ali dengan nada yang sedikit ditinggikan
"Ada apa ya? Kok mendadak banget" Tanya heran Alam
"Anakmu masuk Rumah Sakit" Jawab Albar, Alam pun terkejut
"Apahhhh!!!" Teriak Alam membuat Albar menjauhkan handphone nya dari telinga, mendengar teriakan sahabatnya itu membuat gendang telinganya seakan pecah.
"Berisik!!! Cepat ke Jakarta, saya tunggu di rumah sakit Gatot Subroto" Ucap Albar
"Siap" Jawab Alam, lalu Albar pun menutup telfonnya, ia kembali duduk di depan ruangan Gara. Dengan Arzan yang sudah terlelap, mungkin ia lelah karena sudah banyak menangis.
•••
Orang tua mana yang tidak sakit saat mendengar anak yang begitu sayangi masuk Rumah Sakit. Ia menyesal dan menyalahi diri karena membiarkan sang anak hidup sendirian tanpa ada bimbingan dari orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen Fiction"Aku hanya ingin tenang tanpa merasakan sakit, apa itu salah?" ~Zhen Daviandra Sagara~ Zhen Daviandra Sagara, Remaja yang sering di bully oleh teman di sekolah hanya karena orang tua nya tidak pernah datang ketika ada undangan ke sekolah, ia di bull...