23

101 3 0
                                    


"Mungkin musibah yang tidak kamu sukai, membawamu pada takdir yang indah yang tak pernah kamu impikan."

~Arzan Kinza Rafindra~

Tidak terasa, kini Gara sudah menyandang pangkat terakhir, yaitu Sermatutar (Sersan Mayor Satu Taruna), di pangkat ini taruna taruni akan di sibukkan oleh ujian, latsitardanus, wisuda, dan praspa.

Gara masih menjabat sebagai Danmenkorpstar, walaupun penyakitnya sering kambuh tapi Gara tetap bertahan menjadi Danmenkorpstar dan semakin disegani oleh taruna taruni bahkan pejabat AAL pun sangat kagum kepada Gara.

Saat ini Gara sedang duduk disebuah taman bersama Arzan untuk melepas penat karena ia baru saja mengambil nilai jasmani, seperti lari, push up, sit up, pull up, dan renang. Nilai Gara sangat memuaskan walaupun tubuhnya sedang tidak baik-baik saja.

"Udah akhir Gar, apa yang kamu takutkan setelah ini?"

"Takut kehilangan diri sendiri, takut kalau Gara ngga sekuat apa yang orang-orang kira" jawab Gara

"Gar? Jangan lelah dulu ya sebelum semesta menunjukkan keindahannya, ayo berjuang lagi, hidup lebih lama" Arzan tersenyum tipis

"Tapi kali ini Gara bener-bener lelah bang, penyakit kemarin aja sembuhinnya susah, sekarang dateng lagi penyakit yang mematikan" jelas Gara

Arzan menghirup napasnya dalam lalu membuangnya secara perlahan. Cowok itu menatap mata Gara.
"Maka dari itu, kamu harus semangat, kita susun rumah kita bareng-bareng, melangkah bareng, dan bahagia bareng. Penyakit itu akan sembuh kalau kamu semangat"

Gara berpikir sebentar lalu mengangguk, "bang kalau Gara nyerah gimana? Gara ngga sekuat itu bang, Gara pengin istirahat tanpa harus merasakan berisiknya isi kepala, kalau Gara pengin istirahat selama-lamanya, ikhlasin Gara ya bang?" gumam Gara sambil tersenyum menutupi lukannya

"Jaga omongan kamu yang membuat Abang takut Gara!" bantah Arzan

"Gara udah terlanjur lelah. Gara ngga sempurna, jantung Gara rusak, ditambah masalah keluarga yang entah kapan selesainya" pertahanan Gara runtuh, air mata Gara mengalir membasahi pipinya

Arzan yang mendengar itupun hatinya ikut sakit. Memang benar, hidup jauh dari orangtua itu tidak akan baik-baik saja, sangat sulit dan melelahkan.

"Gar! Kamu ngga akan ngerti gimana rasanya memiliki khawatir yang tinggi. Setelah kamu ngomong lelah, ngga kuat, ngga sempurna, Abang takut! Takut kamu pergi!"

Hati Gara sakit ketika mendengar apa yang Arzan ucapkan.

"Abang adalah salah satu orang yang menjadi alasan kenapa Gara masih bertahan sampai sekarang" Gara menelan ludahnya susah payah. Ia meneteskan air matanya, membiarkan untuk membasahi pipinya.

"Abang yakin kamu bisa sembuh, ngga ada yang mustahil, kalau Allah saja berfirman 'kun fayakun'. Ingat! Kamu bisa merasakan bahagia setelah merasakan penderitaan entah itu di dunia maupun di akhirat"

Gara menganggukan kepalanya, "Gara akan berusaha sembuh, demi Abang, Papa, Mama, Ayah, Bunda, dan orang-orang yang ada disekitar Gara" ujar Gara berusaha mengendalikan keadaan

"Makasih dek. Udah mulai gelap, ayo masuk siap-siap sholat maghrib" Gara menganggukan kepalanya

"Ouh ya hari ini Gara jadi imam" ujar Gara sembari tersenyum

Arzan merangkul pundak adeknya itu dengan perasaan yang campur aduk. Dengan kehadiran Gara dihidupnya membuat ia sadar, bahwa Allah memberikan ujian kepada manusia untuk membuat kita lebih kuat dan lebih mendekatkan diri kepadaNya.

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang