Rosè POV.
12 januari 2023, Hari itu adalah hari paling menyebalkan bagiku, Hari pertama menstruasi, dan tugas-tugasku banyak yang direvisi. Belum lagi omongan manis Irene yang bilang akan memberikanku tumpangan padahal nyatanya ia pulang bersama pacarnya, Seulgi.
Hari itu rasanya aku ingin mengacak-acak bumi namun rasa kesal itu menguap tiba-tiba ketika aku bertemu dengannya untuk pertama kali, aku yakin kalian sudah tau bagaimana kami bertemu.
Awalnya ia sama menyebalkannya, namun entah kenapa raut wajah kebingungannya, suaranya yang lembut dan logat daerah asalnya yang masih sangat kentara saat itu membuat rasa kesalku perlahan ikut tenggelam bersamaan dengan matahari yang tenggelam di ufuk barat.
"saya bayarin mbak jajan juga! Asal jangan cari gojek lain mbak, sama saya aja, ya?"
Aku juga heran, bagaimana aku setuju begitu saja dengan ajakannya seperti anak kecil yang tanpa pikir panjang menerima permen dari seorang penculik. Tapi untunglah Jisoo benar-benar baik.
Jisoo benar-benar menuruti apa yang aku inginkan. Dia membayar semua jajananku, bahkan ketika aku memintanya memutari bundaran HI sebanyak 100 kali pun ia sanggupi, walau mungkin lebih kurang dari itu.
Padahal waktu itu kami sama-sama dua orang asing yang tak saling kenal. Tapi Jisoo dengan cepat mampu membuatku nyaman bersamanya.
Aku akui Jisoo adalah gadis paling lembut dan manis. Dia selalu melontarkan jokes receh demi membuatku tertawa. Ia juga sangat aktif berbicara, menceritakan benyak hal dan aku suka walau aku hanya bisa merespon dengan tawa kecil.
Kini tiba-tiba aku teringat malam di balkon rumah Jisoo di Lembang saat kami liburan bersama.
"Rosè, jakarta bakalan sepi kalau ngga ada saya. Saya jamin deh." Kata Jisoo dengan percaya diri seperti biasanya.
"Yang bener aja! Penduduk jakarta aja lebih dari sepuluh ribu jiwa. Kehilangan satu orang kayak lo ga bikin jakarta sepi!" Aku tentu saja tak terima atas pernyataan konyolnya.
Namun Jisoo tetaplah Jisoo, ia sangat percaya diri dan yakin atas apa yang ia ucapkan. Kini Jisoo malah memasang wajah tengilnya yang membuatku kesal dan serasa ingin mengacak-acak wajahnya yang seberapa itu.
"Suatu hari nanti saya ngga lagi di jakarta dan kamu bakalan ngerasa kalau jakarta itu sepi tanpa saya." Ujarnya dengan wajah yang masih sama tengilnya.
Aku kesal, langsung saja aku memegang wajahnya dengan kedua tanganku. Dengan gemas aku menekan kedua pipinya hingga kini bibir hatinya yang lucu itu maju beberapa centi akibat himpitan tanganku pada kedua sisi wajahnya.
Ekspresi bingungnya saat itu lucu sekali dan aku rasa aku akan mengabadikannya dalam ingatanku.
"Pede amat lo! Ututututu, hahahaha!"
"Rwosè jwangwan ututuin swaya kaywa bwayiiiiii."
...
"Sayang, sarapan dulu yuk."
Seketika aku kembali ke kenyataan, melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukan pukul 7 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 𝐊𝐄𝐏𝐀𝐃𝐀 𝐑𝐎𝐒𝐄 ] •chaesoo•
Fanfiction𝑫𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊-𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂𝒌𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓.