"Kenapa ga masuk sih?" Kesal Rosè yang cemberut saat memberikan helmnya pada Jisoo untuk di pakaikan.
"Maaf ya. Saya lagi males buka sepatu soalnya." Tentu itu adalah kebohongan, Jisoo sebenarnya hanya ingin menghindari Tante Sarah, ibunda Rosè.
"Oh jadi ga ikhlas nih anter aku ke Kampus?" Selidik Rosè.
Jisoo terkekeh gemas, setelah ia memasangkan helm berwarna kuning itu pada kepala Rosè, akhirnya Jisoo menatap wajah cantik Rosè yang ditekuk; kesal.
Jisoo yang gemas pun tak dapat menahan tangannya untuk tak mencubit pipi merona Rosè yang mengembung karena cemberut.
"Sudah mau jam sembilan, kamu mau telat, hm? Yuk naik."
Rosè melihat kearah jam tangan yang dipakai Jisoo, maka ia segera naik ke jok belakang motor scoopy Jisoo walau masih kesal.
Namun anehnya Jisoo tak kunjung menjalankan motornya itu, "kok masih diem?" Tanya Rosè sambil melihat Jisoo pada kaca spion.
"Belum dipeluk soalnya."
Rosè mendengus, ia akhirnya memeluk pinggang Jisoo dengan pura-pura memasang wajah kesal karena tau kalau Jisoo memperhatikannya lewat kaca spion, padahal pas Jisoo udah ngejalanin motornya dan mulai fokus ke jalanan Rosè tersenyum lebar bahkan sampe gigit bibirnya.
Gadis pirang itu ga nyangka kalau akhirnya dia nerima Jisoo yang dulu paling dihindarin nya sebagai pacarnya kini.
"Semalam tidur jam berapa?" Tanya Jisoo membuka obrolan karena jenuh menunggu lampu merah berganti warna.
"Malem? Kita aja pulang jam 4 pagi." Jawab Rosè.
"Ah, iya ya. Tapi kamu cukup emang tidur cuman 4 jam?" Tanya Jisoo khawatir.
Rosè tak langsung menjawab, ia menyandarkan kepalanya di bahu Jisoo dengan nyaman karena kesal juga lampu jalan tak kunjung berganti warna, "cukup aja sih." Jawab Rosè sedikit berbohong padahal dirinya kini sedikit lelah karena tidurnya tak cukup.
Bahkan ketika pulang setelah berjalan malam bersama Jisoo, ia tak bisa langsung tidur. Satu jam setelahnya barulah Rosè dapat tertidur sepenuhnya.
Jisoo yang memperhatikan lewat spion dapat melihat guratab lelah yang terpancar dari wajah Rosè. Kantung mata gadisnya masih dapat ia lihat walaupun Rosè menyamarkannya dengan make up.
"Nanti pulang langsung telfon aku ya? Aku jemput."
Rosè hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian tak lama lampu merah kini berganti menjadi kuning kemudian hijau. Dengan segera, Jisoo kembali melajukan motornya membelah jalanan kota jakarta yang cukup padat itu.
•••
"Anterin sampai depan gedung dong, Jisoo." Pinta Rosè saat Jisoo mulai memelankan motornya di depan gerbang kampusnya.
"Oke kalau gitu tuan putri." Jisoo dengan senang hati mengantar Rosè sampai di parkiran gedung fakultasnya.
Jisoo mematikan mesin motornya dan Rosè segera turun begitu Jisoo sudah menurunkan standar motornya itu.
"Belajar yang rajin ya." Ucap Jisoo yang masih duduk diatas motor warna biru tua nya.
Rosè cemberut karena merasa di perlakukan seperti bocah SD yang diantar kakaknya ke sekolah. Rosè yang mempout-kan bibirnya dan masih dengan memakai helm kuning nya itu membuat Jisoo terkekeh gemas lalu ia menyuruhnya mendekat, "sini saya bukain helm nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 𝐊𝐄𝐏𝐀𝐃𝐀 𝐑𝐎𝐒𝐄 ] •chaesoo•
Fanfiction𝑫𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊-𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂𝒌𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓.