[Menurut Rosè, definisi dan makna dari lagu Sempurna seharusnya didedikasikan untuk seorang Jisoo Chandara Adiwarna.]
☆"Om he he he..." Jisoo terkekeh canggung sembari menyalimi tangan ayah Rosè itu.
Beliau masih memakai sarung dan kaos putih polosnya, ia menatap Jisoo tajam, "jagain Rosè yang bener kamu! Inget foto KTP kamu masih di saya, nanti kalo Rosè lecet sedikit aja saya pake KTP kamu buat pinjol 500juta!" Ujar om Dharma galak.
Jisoo menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, walaupun ia beberapa kali kerap ngopi dan main catur bersama, tak dipungkiri Jisoo masih sangat takut pada ayah Rosè itu.
"Siap om!" Seru Jisoo dengan yakin, kali ini Jisoo bisa mengontrol rasa takut dan gugupnya.
Kemudian tak ada lagi pembicaraan diantara keduanya, om Dharma yang sibuk membaca koran dan Jisoo yang memainkan jari-jari tangannya sendiri. Niatnya sih mau main hp buat ngatasin rasa mencekam ini, tapi Jisoo takut ga sopan. Jadinya dia nunggu Rosè aja dengan sabar.
"Jisoo!" Teriak Rosè sambil menuruni tangga dengan tas di punggung dan kedua tangannya.
Jisoo langsung saja bangkit dan mengambil alih kedua tas di tangan Rosè, "makasih," ujar Rosè saat Jisoo membawakan kedua tas yang berat itu untuknya. Jisoo hanya tersenyum manis menanggapinya.
Jisoo sedikit meringis melirik kearah dua tas Rosè yang kini berada di genggamannya, padahal mereka nanti berada di Lembang cuman 3 hari, tapi gadis itu membawa barang seolah-olah mereka akan pindah untuk waktu yang lama.
"Udah siap semuanya kak?" Tiba-tiba bunda Rosè datang dari dapur, lengakap masih menggunakan celemeknya.
"Udah bunda!" Seru Rosè.
Jisoo terkekeh pelan, Rosè sepertinya sangat bersemangat. Padahal gadis itu sempat mengadu kalau ia hanya tidur 2 jam saja karena susah tidur saking exicted-nya. Tapi sepertinya kini energi si gadis pirang terisi penuh.
"Kalau gitu sini sarapan dulu, bunda juga nyiapin buat bekal kalian di perjalanan nanti,"
"Ayah diajak sarapan juga gak bun?" Gurau om Dharma.
Bunda Rosè tergelak, "ayah, Rosè sama Jisoo sini semuanya sarapan dulu," ajak ibunda Rosè, tante sarah kemudian membali memasuki area dapur.
Om Dharma merangkul Rosè untul diajaknya ke ruang makan, sementara Jisoo mengekor dibelakang.
Gadis berbibir hati itu tersenyum konyol, "simulasi udah jadi menantu keluarga Rosè nanti, kkkkk..." Jisoo terkekeh tertahan, ia tak sadar kalau om Dharma meliriknya tajam.
"Temen kamu itu aneh deh kak," bisiknya pada Rosè.
Rosè ikut menoleh kebelakang dimana Jisoo masih terkekeh konyol, ia pun ikut merengut heran seperti ayahnya.
"Jis?" Panggil Rosè.
"Iya say—" Menyadari kekonyolannya, Jisoo buru-buru menutup rapat mulutnya yang hendak memanggil Rosè dengan sebutan sayang.
"Meja sama kursinya disini, kamu ngapain mau kedapur?" Ujar Rosè keheranan karena Jisoo berjalan melewati meja makan.
Jisoo mengerjapkan matanya saat ia kembali sadar dari khayalannya, ia memutar tubuhnya perlahan kemudian menemukan Rosè dan om Dharma yang menatapnya heran, sedangkan tante sarah terkekeh sambil memberikan nasi dan lauknya ke piring ayah Rosè.
"Eee— itu... anu, mau cuci tangan dulu ehe, iya itu..." ujar Jisoo canggung kemudian segera melesat ke wastafel yang ada di dapur.
■□■
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 𝐊𝐄𝐏𝐀𝐃𝐀 𝐑𝐎𝐒𝐄 ] •chaesoo•
Fanfiction𝑫𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊-𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂𝒌𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓.