Bab 10 [revisi]

3.3K 254 45
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Selamat pagi Yang Mulia."

Hendrick mengangguk dan menyuruh Felix untuk duduk.

"Jadi, kau membawa semua yang kubutuhkan?"

Felix dengan sigap mengeluarkan beberapa lembar kertas dan memberikannya pada Hendrick dengan sopan.

"Semua berjalan sesuai dengan kemauan anda"

Hendrick membaca dengan teliti seluruh dokumen yang diberikan oleh Felix. "Kau memang selalu bisa diandalkan," puji Hendrick. 

"Tapi Yang Mulia, Lady Isabelle mengundang anda untuk minum teh di kediamannya siang nanti." Tangan Hendrick yang sedang membuka dokumen mendadak berhenti saat mendengar nya.

Hendrick berdecak, "Aku tidak bisa." Jawab nya singkat. Menutup dokumen dan menaruhnya di atas meja.

Felix hanya mengangguk seakan sudah memprediksi hal tersebut.

"Kirimkan surat untuk Ellyana, suruh dia datang ke istana. Aku ada urusan dengannya," titah Hendrick.

"Suruh dia menemuiku sore nanti." Bangkit dari tempat nya menuju sebuah lemari, ia mengambil sesuatu dari laci lemari itu.

"Maksud anda, lady Ellyana putri Duke Shavonne itu?" tanya Felix.

"Menurutmu Ellyana siapa lagi yang ku kenal kalau bukan dia?" Ujar Hendrick tanpa melihat ke belakang.

Felix meringis dalam hati, sepertinya suasana Tuan nya itu sedang tidak bagus. "Baik, akan saya laksanakan Yang Mulia."

***

Realyn menyesap tehnya dengan santai, matanya masih fokus dengan buku di tangannya tanpa menghiraukan sepasang mata yang menatapnya heran.

"Sejak kapan kau suka membaca buku?" ucap pria di depannya.

"Akhir-akhir ini," jawab Realyn seadanya.

"Jam berapa kau pulang?" tanya Realyn, menutup buku dan menaruh di pahanya.

"Sebelum matahari terbit tadi."

Realyn hanya menganggukkan kepalanya, "Ada perlu apa kakak menemuiku pagi-pagi begini?"

Pangeran Edgar menyesap teh nya sedikit, "Aku ingin mengajakmu pergi keluar siang nanti, apa kau sibuk?"

Tok tok tok

Realyn mengurungkan niatnya untuk berbicara ketika mendengar suara ketukan pintu.

Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang