Sovia berdiri saat Johan datang. Dari raut wajah cowok itu seperti menyiratkan kekhawatiran. Membuat Sovia mendekat, menempelkan telapak tangannya ke pipi kiri Johan.
"Lo nggak lagi kesambet kan?"
Johan hanya mengernyitkan dahi, lalu menggeleng. Membuat Sovia menurunkan tangannya.
"Tiba-tiba care sama gue, gue takut lo lagi rencanain sesuatu," ucap Sovia lantas duduk di belakang Johan. "Langsung pulang ya, Han."
"Pulang ke rumah gue, ya?" tawar Johan
"Pulang ke kost gue lah, ngapain ke rumah lo?"
"Gue belum makan siang, Sov. Gue mau pulang dulu sebelum antarin lo."
Sovia gemas, mendorong kepala Johan yang terhalang helm. "Dasar bego. Tau gitu kenapa lo ke sini, bukannya pulang?"
"Yee... dibaikin malah nggak tau terima kasih," cibir Johan sensi.
"Gue nggak nyuruh, inisiatif lo sendiri kan ini?"
Johan menghela napas. "Oke, kita cari makan dulu. Baru gue antarin lo pulang." Seolah tau apa yang akan dikatakan Sovia, Johan terlebih dulu mengatakannya. "Gue bayarin, ikhlas dan tulus tanpa dihitung utang, gimana?"
"Kalo itu kemauan lo sih, gue jadi nggak enak nolaknya, Han," balas Sovia yang nampaknya setuju.
Johan tersenyum penuh merayakan kemenangan. Dia akan buat Sovia seharian dengannya, tanpa ada celah Victor menemui gadis itu.
•••
Johan membelokkan motornya ke restoran barbeque ala Korea yang baru buka beberapa hari lalu. Restoran yang menjadi topik pembicaraan oleh kalangan muda saat ini. Tak terkecuali Sovia. Seharian gadis itu dengan Bonita dan anak kelas lainnya membicarakan ingin pergi ke sini. Nyatanya, Sovia beneran ke sini. Tapi dengan Johan.
"Lo serius ngajak makan di sini, Han?" tanya Sovia yang kini turun dari motor.
"Kenapa emang? Bukannya seharian lo berisik banget mau ke sini sama temen-temen lo?"
"Iya, tapi kan—"
"Udah deh, Sov. Nggak penting lo mau ke sini bareng siapa. Lagian, lo bareng mereka juga pasti bakal patungan, kan? Kalo sama gue aman," kata Johan yang membuat Sovia yakin.
"Aman apanya?"
"Udah deh, kekhawatiran lo soal uang itu kalo sama gue bakal aman." Johan melihat gadis itu mulai percaya. "Karena gue bakal bikin lo berada di tempat aman hari ini," lanjutnya membatin.
Keduanya masuk ke dalam restoran, tak menunggu lama setelah duduk dan memesan, pelayan mengantarkan daging dan peralatan lainnya. Sovia belum mengerti tentang tata cara masak daging pun hanya duduk terdiam memandangi Johan yang mulai memanggang.
"Diam bae lo? Bantuin kek," tegur Johan yang sedang meletakkan daging di atas panggangan.
"Gimana caranya?" bisik Sovia.
"Liatin aja samping kiri-kanan lo."
Sovia mengangguk saja. Lalu meraih sumpit ikut membolak-balik daging seperti Johan. Ini pengalaman baru baginya, makan di restoran seperti ini. Dan untungnya Johan adalah orang pertama yang membawanya ke sini. Jika dia datang bersama Bonita atau yang lain, belum tentu juga kan, mereka ngerti?
"Ini kayaknya udah deh, Han?" kata Sovia mengangkat daging menggunakan sumpit.
"Cobain aja."
"Pakai saus yang mana?"
"Mana aja, semua enak. Kalo suka pedes pakai spicy bulgogi," saran Johan menyodorkan mangkuk kecil pada Sovia.
Sovia mulai memakannya, dari cara dia mengunyah terlihat jika ia sangat menyukainya. Hingga tak sadar rambut panjangnya yang terurai mulai terjatuh, saat gadis itu bergerak ingin mengambil selada yang agak jauh darinya. Melihat itu Johan langsung mengambilnya untuk Sovia.
KAMU SEDANG MEMBACA
1004 Days With Johan
FanfictionBerawal dari tragedi kecil di bar malam itu, yang mana bisa saja akan membuat image Sovia hancur jika seseorang buka mulut. Ia tidak pernah menyangka akan menghabiskan masa putih abu-abunya bersama cowok ngeselin dan mageran seperti Johan. Apalagi c...