Sovia kemana?

44 6 1
                                    

Johan menatap ketiga gadis yang datang mendekat ke arahnya, berjalan melewatinya tanpa merasa terganggu dengan tatapan cowok itu. Johan yang semula berdiri bersandar pada salah satu pilar di koridor sekolah itu pun kini berdiri tegak. Berdeham kecil sebelum memanggil ketiga gadis itu.

"Jadi kalian, yang suruh Sovia buat hindarin gue?"

Ketiga gadis itu adalah Juju, Sindi dan Yumi. Kompak menoleh saat nama Sovia disebut oleh Johan. Mereka saling pandang, juga satu pikiran.

"Lo ada hubungan apa sama Sovia?" selidik Juju mengernyitkan dahi.

"Kalian nggak perlu tau. Kalian kan, yang larang Sovia angkat telepon dari gue?" tanya Johan masih menuduh.

"Maksud lo apa sih, larang apaan?" Juju masih tak paham.

"Buktinya Sovia nggak bisa gue hubungin dari pagi."

Yumi yang melihat Juju dan Johan sedang bersitegang, berbisik pada Sindi. "Sovia tuh sama Johan apa Victor sih, Ndi?"

"Kagak tau gue, mah. Ini cowok kali yang demen duluan," balas Sindi ikut berbisik.

"Gue nggak suka sama Johan, gue lebih setuju sama Victor."

"Sama," angguk Sindi.

Merasa digunjing, Johan lalu mendekat ke arah Yumi dan Sindi. "Ngomongin gue ya, lo pada?"

"Dih, pede banget," balas Sindi sewot.

Johan menghela napas, seperti tak ada gunanya dia bertanya pada mereka. "Buang-buang waktu tau gak?" katanya sebelum berlalu. Membuat Sindi, Juju dan Yumi saling menebak apa yang sebenarnya terjadi.

•••


Entah ada apa dengan Sovia hari ini, mendadak ia tidak masuk sekolah tanpa ada alasan. Hal itu membuat Johan bertanya-tanya, akan keseriusan gadis itu untuk datang ke acaranya. Masalahnya, acara itu besok lusa, dan ia belum bicara lagi untuk kelanjutannya dengan Sovia.

Menghadang teman-teman Sovia seperti tadi pagi bukanlah suatu hal yang menguntungkan. Padahal ia yakin betul, jika mereka menyuruh Sovia untuk mengabaikan pesan dan telepon darinya. Satu-satunya cara yang sangat membantu adalah menanyakan kabar Sovia lewat Bonita, teman sebangku gadis itu.

Kini Bonita tengah menghapus papan tulis sendiri, keadaan kelas yang lumayan sepi membuat cowok itu berani bertanya langsung pada doi dari Joseph tersebut.

"Eh, abon!" panggil Johan dari bangkunya.

Bonita menoleh, menggerakkan dagu. "Apaan?"

"Nama lo emang abon?" tanya Johan menggoda.

Gadis itu berdesis, bersiap melempar penghapus papan ke arah Johan. Namun cowok itu terlihat melambaikan tangan agar ia mendekat, Bonita yang penasaran pun datang menghampiri.

"Apa?" Bonita tiba-tiba duduk di sebelah Johan, tepat di bangku ayangnya. "Gini ya, rasanya duduk di bangku Joseph. Pantesan dia sering liatin gue, gue hadap gini." Bonita duduk miring ke kanan. "Langsung view-nya ke gue."

Johan rasanya benar-benar ingin muntah mendengar, kebucinan gadis itu.

Johan berdeham. "Gue panggil lo ke sini bukan buat bucin, gue mau nanya ke elo."

Bonita menoleh. "Nanya apa?"

"Temen lo, kenapa nggak masuk?"

"Temen gue? Eemm...." Bonita masih loading. "Sovia maksud lo?"

Johan mengangguk.

"Gak tau. Gue chat nggak dibalas."

Apa dia nggak ada kuota? batin Johan bertanya-tanya.

1004 Days With JohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang