Masih pada nungguin aku update gak sih???
Okee... Ini dia
•••
Aovia mematikan kompor, tepat setelah ia mencicipi sup buatannya yang tampak tidak terlalu buruk untuk dinikmati dengan sepiring nasi. Gadis itu beralih ke rak piring, mengambil kotak bekal dan menuang sup tersebut ke dalamnya. Hal itu membuat Mbak Chika yang tadinya duduk di meja makan, mendekat karena penasaran.
"Widih... udah mateng nih?" sapanya basa-basi.
"Buat temen, mbak."
"Emang temen lo itu sakit apaan sih, Sov?" tanya Mbak Chika menatap isi panci yang diaduk Sovia. Berharap agar sang empunya menawari untuk sekadar menyicip.
"Cuma demam biasa kok."
Mbak Chika hanya mengangguk saja. "Buat cowok yang sering kemari itu nggak?"
"Yang mana, emang lo tau?"
"Itu... yang dulu nyariin lo pas lo ke Semarang."
Sovia sudah mempunyai jawaban, cowok itu adalah Johan.
"Bukan, ih," bohongnya.
"Eh salah ya?" Mbak Chika berpikir lagi. "Cowok yang pakai motor trail, bukan?"
Sovia menghentikan kegiatan, menatap Mbak Chika lalu menggeleng. "Dia temen sekelas gue. Sampai di sini paham?"
"Lo itu terlalu effort cuma buat jenguk temen sekelas doang. Sampai hampir bikin dapur kosan kebakaran. Buktinya, Laura demam aja, cuma lo beliin bakso. Apalagi gue yang cuma sakit gigi."
Sovia terkekeh. "Kan repot kalo masak bakso, mah."
"Ah elo. Tinggal bilang, 'buat cowok gue mbak' gitu doang. Lagian gue nggak bakal tuh, minta pajak jadian," kata Mbak Chika kembali ke meja makan, mencemili kerupuk di toples.
Sovia tak lagi menanggapi. Ia rampungkan semua pekerjaannya sebelumn pergi. "Udah ah, gue mau siap-siap. Supnya masih ada, kalo mau ambil aja. Tapi ingat yang lain."
Mbak Chika menatap Sovia yang berjalan ke arah kamar. "G—gue boleh cicipin sup lo? Seriusan?" tanya wanita itu kegirangan.
"BOLEH, TAPI JANGAN DIHABISIN!"" balas Sovia setengah berteriak dari dalam kamar.
•••
Sovia beberapa kali memencet bel, mengucap salam hingga berteriak memanggil nama Johan namun satupun tidak ada yang menyahut. Gadis itu sudah hampir lima belas menit berdiri di depan pagar rumah Johan yang tertutup rapat. Memang tidak ada pertanda ada orang di dalam sana.
Sovia membuang napas lelah, ia memandang rantang stainless steel yang digantungnya di motor. Apakah akhir dari 'drama' sup buatannya berakhir seperti ini? Sovia juga merutuki diri, karena dengan ceroboh, lagi-lagi ponselnya tertinggal di kost. Disaat seperti ini, tidak ada pilihan lagi selain menunggu hingga pintu pagar terbuka.
"Apa gue pulang aja kali, ya? Tapi gimana sama supnya? Anak-anak di kost juga udah pada nyicip."
Sovia memukul keningnya sendiri, merasa sial.
"Ah, mungkin si Verin mau kali," katanya sudah mendapatkan solusi.
Sovia segera memakai helm, bersamaan dengan itu, sebuah mobil hitam berhenti di dekatnya. Membuat gadis tinggi itu menoleh. "Loh?"
"Kak Sovia kenapa nggak langsung masuk aja, sih?" tanya Jihan, hanya memunculkan kepala dari dalam mobil.
"Emang ada orang di dalam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1004 Days With Johan
Hayran KurguBerawal dari tragedi kecil di bar malam itu, yang mana bisa saja akan membuat image Sovia hancur jika seseorang buka mulut. Ia tidak pernah menyangka akan menghabiskan masa putih abu-abunya bersama cowok ngeselin dan mageran seperti Johan. Apalagi c...