BAB II Perlawanan

10 1 0
                                    

Hari ini Terfa telah mulai bekerja di Istana Rizo. Sejak pagi buta, seorang pelayan datang ke kamarnya membawakan seragam pelayanan dan menjelaskan apa saja yang harus Terfa lakukan. Gadis itu ditempatkan di dapur untuk membantu menyediakan dan menyajikan masakan.

"Terfa! Cepatlah sedikit! Hanya mengupas buah saja kau begitu lelet!" Teriak Amit, seorang pelayan senior yang sejak kedatangannya entah mengapa terlihat begitu membencinya.

"Baik" Jawab Terfa yang kemudian mempercepat tangannya dalam mengupas buah.

Baru beberapa jam bekerja, namun Terfa sudah merasakan begitu banyak ketidaknyamanan. Dirinya yang sebelumnya biasa bangun siang kini harus bangun lebih pagi. Dirinya yang biasa dilayani juga berbalik harus melayani penghuni kerajaan Rizo. Satu titik dalam hatinya begitu ingin lari dan menghindar, namun tentu dia tak diizinkan untuk memilih itu. Dirinya yang lari hanya akan menambah keruh hubungan dua petal.

"Terfa! Cepat kumpulkan!" Kali ini Enu yang berteriak membentaknya.

Dengan segera Terfa mengumpulkan bahan masakan yang telah dia kupas. Setelah semuanya selesai, Amit kembali memerintahkannya untuk mencuci gorden-gorden istana.

"Amit, setahuku tugasku hanya membantu memasak hingga menyajikannya" Terfa mencoba membela diri

'plak'

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Terfa.

Suasana di dapur menegang seketika.

"Kau berani melawanku?" Bentak Amit

"Kau hanya pelayan baru! Kau harus sadar diri bahwa kau bukan lagi seorang putri, Terfa! Kau hanya pelayan rendahan yang menjadi tebusan atas kekacauan yang ayahmu buat!" Cerocos Amit. Pelayan senior itu menatap terfa dengan begitu sengit.

Berita tentang status Terfa memang telah tersebar luas. Hal itu membuat banyak pelayan memandang rendah sang mantan putri yang kini berstatus menjadi pelayan.

'Plak'

Sebuah tamparan kembali melayang. Kali ini bukan Amit yang melakukannya, justru Terfa yang berbalik menyerang Amit. Hal itu tentu saja membuat banyak mata yang menonton mereka nampak tercengang.

"Hahaha, kau begitu besar kepala Amit!" Ucap Terfa

"Kau pikir hanya karena aku mantan putri yang kini menjadi pelayan maka kau bisa menghinaku seperti itu? Kau terlalu percaya diri" Ujar Terfa diakhiri senyum miring yang tersungging di bibirnya

"Meskipun aku pelayan, aku tetap memiliki jaminan bahwa aku memiliki hak keamanan dan kenyamanan selama bekerja. Aku bisa saja mengadukan ini pada raja dan membuatmu mendekam dipenjara." Terfa masih mendominasi dialog

Gadis itu menyingsingkan lengan bajunya hingga menampakan tanda daun yang dia punya. Tanda itu memang dimiliki semua keturunan istana Pijakan Filo. Itu juga yang menjadi sumber dan kontrol kekuatan bagi mereka.

Terfa kemudian membuat tanda itu bersinar hingga memunculkan sulur tanaman miliknya.

"Kau lihat Amit? Gadis yang kau sebut pelayan rendahan ini adalah keturunan bangsawan yang bisa membunuhmu dengan mudah" Sambung Terfa.

Terfa kemudian mengarahkan sulurnya untuk melilit Amit hingga pelayan itu melayang beberapa meter diatas lantai dapur.

"Sialan! Lepaskan aku!" Teraik Amit

Pelayan lain yang berada disana bergidik ngeri melihat pemandangan di depan mereka. Enu dan pelayan lain yang sebelumnya menghinakan Terfa dan berniat menindasnya kini mengurungkan niat mereka.

'Brak' Terfa membanting Amit dengan cukup keras.

Pelayan itu memekik dan memandang Terfa dengan penuh amarah.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Bukankah kau sendiri yang memintaku melepaskannya" Ujar Terfa berlagak so polos.

"Aku sadar diri bahwa aku pelayan disini. Aku akan melakukan apa yang menjadi tugasku dan membantu kalian yang memang meminta bantuan dengan sopan. Jangan harap aku akan diam saja saat kalian menindasku." Ujar Terfa

"Aku juga berharap semoga tak ada lagi perundungan antar pelayan." Pungkas Terfa.

Gadis itu kemudian meninggalkan dapur kotor dan berjalan menuju ke ruang makan. Bagaimapun Terfa telah bertekad bahwa dia hanya akan melakukan apa yang menjadi tugasya.

Disisi lain dua orang pria begitu asik menyaksikan pertunjukan yang baru saja terjadi

"Apakah aku perlu menindak pelayan baru itu yang mulia?" Tanya seorang jendral

"Tak perlu! Kau pergilah!" Jawab sang raja

Jendral kemudian pergi membiarkan sang aja yang masih asik memandangi Terfa melakukan pekerjaannya.

"Kau masih seperti dulu" Lirih sang raja

***

Terfa masih berdiri tegak dengan kepala yang menunduk. Gadis itu untuk pertama kalinya bertemu dengan pihak Istana Rizo. Sialnya, sang raja ternyata adalah orang yang Terfa panggil sebagai jendral saat menjemputnya kemarin.

Pihak utama Istana Rizo tidak terlalu banyak ternyata. Meja maka ini hanya diisi sang raja dan adik kembarnya yang merupakan seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Sepanjang makan berlangsung semua terjadi dalam hening. Mereka baru berbincang seputar kegiatannya setelah sarapan dilakukan.

"Hei, kamu pelayan baru itu?" Tanya adik dari raja yang Terfa belum tahu siapa namanya

"Betul tuan putri" Terfa menganggukan kepalanya dan tersenyum kecil

"Apa tugasmu setelah ini?" Tanya adik raja yang tentu saja membuat beberapa peayan tercegang.

Bukan rahasia umum lagi jika adik perempuan raja itu jarang berinteraksi dengan orang lain, jadi para pelayan penasaran hal sadis apa yang akan putri lakukan

"Saya ditugskan untuk mencuci piring" jawab Terfa

Sebuah kekehan seperti mengejek terdengar dari bibir manis sang putri sebelum dia menyambung kalimatnya

"Aku tak yakin mantan putri sepertimu bisa malakukan pekerjaan seperti itu. Apa kau yakin tidak akan memecahkan koleksi peralatan mahal kerajaan kami?" Cibirian sang putri pada Terfa

Beberapa pelayan menahan senyumannya. Mereka sangat senang karena putri akhirnya memperlakukan Terfa dengan tidak baik. Entah mengapa para pelayan merasa iri tanpa alasan pada Terfa.

Adapun Terfa tersenyum santai menanggapinya.

"Anda tak perlu khawatir tuan putri. Meskipun saya seorang mantan putri, namun saya terampil melakukan pekerjaan rumah karena saya sempat ikut bergabung berbulan-bulan dengan para prajurit yang berlatih" Jelas Terfa yang membuat putri merasa tersentil.

Sang putri akhirnya hanya mengangguk. Dalam hatinya dia merutuki sang kakak yang karena ide gila sang kakak akhirnya dia harus mendengar jawaban seperti itu dari Terfa.

'Sedari awal aku tak berniat mencari masalah dengan Terfa! Aku melihatnya bukan orang yang ikut campur urusan orang lain. Entah kenapa raja sialan yang lebih sialannya dia kakakku itu sangat ingin aku menguji Terfa dengan kata kata menohok tadi!' Monolog At

Sang putri melemparkan pandangan sebal pada raja yang hanya dibalas acuh tak acuh, sedangkan pangeran ef malah terkekeh. Ini pertama kalinya At bertemu dengan seorang putri yag bisa membalas ucapan pedas gadis itu.

Tak lama kemudian sang raja berdiri dari kursi makannya, sepertinya dia hendak beranjak pergi.

"Aku pergi" Ucapa sang raja

Kepergian raja diikuti oleh kedua adiknya. Acara makan pagi itupun akhirnya resmi berakhir. Setelah anggota kerajaan pergi, Terfa dan pelayan lain bergegas untuk membereskan alat makan.

"Terfa, kali ini kau akan membantuku untuk mencuci piring. Begitu jadwal seharusnya pelayan baru" Ujar seorang pelayan yang Terfa ingat bernama Yoa.

Terfa hanya mengangguk dan mengikuti langkah Yoa.

***
Selamat membaca dan semoga suka dengan rangkaian cerita Rizo ini.

RizoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang