Dua hari lalu hukuman cambuk Terfa telah dilaksanakan di taman depan istana, tepatnya di halaman selatan dekat gerbang masuk. Hukuman itu dilakukan langsung oleh Jenderal Rota dan dihadiri oleh banyak pelayan.
Jenderal Rota mewanti- wanti pelayan yang lain agar tak bersikap kurang ajar pada seseoarang yang jabatannya lebih tinggi dari mereka apalagi melakukan pemberontakan. Hal lain yang tak masuk akal bagi Terfa adalah jenderal itu juga meminta Terfa untuk tak lagi menggunakan kekuatannya selama di Pijakan Rizo.
Mantan putri dari Pijakan Filo itu hanya pasrah menerima 15 cambukan keras di punggungnya. Jenderal mengingkari titah raja yang hanya memintanya memberikan 10 cambukan. Terfa memang bisa saja melawan, namun dia memilih pasrah karena dia merasa membutuhkan cambukan ini.
Terfa sudah membulatkan tekadnya untuk tak lagi berurusan dengan para anggota inti dari Pijakan Rizo demi kesejahteraan hidupnya. Hal itu karena Terfa khawatir orang- orang disini memang banyak yang berpikiran sangat tertutup.
Pasca pencambukan itu, Terfa dilanda demam bahkan masih terjadi sampai sekarang. Meski begitu, dia tetap harus memaksakan diri untuk bekerja. Seperti saat ini, dirinya sedang berdiri seperti biasanya di ruang makan.
Putri At terus memperhatikannya dengan ekspresi khawatir. Dia juga bahkan sempat beberapa kali mengirimkan surat pada Terfa lewat pelayan pribadinya. Meski begitu Terfa belum juga membukanya. Dia tak ingin terlibat apapun lagi bahkan dengan Putri At.
Terfa sudah bertekad bahwa dia akan menghabiskan hidupnya hanya tunduk pada pekerjaan pelayan, bukan yang lain.
"Aku selesai." Ujar Raja Izzel mengakhiri sarapan lebih awal dari biasanya.
Raja itu kemudian beranjak pergi yang kemudian tak lama disusul oleh kepergian Putri At dan Pangeran Ef.
Setelah memastikan raja dan kedua adiknya pergi, para pelayan langsung membereskan ruang makan. Terfa juga hendak melakukan tugasnya, namun Amit melarangnnya.
"Kau tak perlu melakukan itu. Kembalilah ke kamarmu dan istiraht." Ujar Amit yang membuat Terfa keheranan.
Terfa tak bisa menutupi ekspresi herannya pada sikap Amit, hingga pelayan yang sering membuat masalah dengan Terfa itu terdengar kembali membuka suara.
"Kau heran karena aku baik padamu?" Tanya Amit yang membuat Terfa spontan mengangguk.
Amit terkekeh, "Aku tak benar- benar membencimu, aku hanya kesal. Lagi pula jika aku harus memilih maka aku lebih memihakmu dibanding Jenderal Rota" Ujar Amit yang membuat Terfa bingung.
Terfa pun akhirnya hanya bisa mengangguk, “Baiklah jika begitu, terima kasih atas kebaikanmu hari ini.” Tutur Terfa tulus
“Ya. Perlu kau ingat bahwa hanya hari ini.” Ucap Amit yang kembali ke mode ketusnya.
“Kau juga perlu izin terlebih dahulu pada Nyonya Tik!” Sambung Amit yang mengingatkan.
Terfa mengangguk lagi, kemudian pamit pada para pelayan yang sedang sibuk membereskan alat makan. Selanjutnya Terfa berjalan ke arah ruangan Nyonya Tik yang terletak di dekat dapur.
‘Tok tok tok’ Terfa mengetuk pintu dan menunggu respon Nyonya Tik.
‘Clek’ Pintu tersebut kemudian Terbuka.
Terfa agak sedikit terkejut, dia kira Nyonya Tik akan berteriak memerintahkannya masuk. Siapa sangka bahwa kepala pelayan ini justru membukakan pintu untuknya.
“Ada apa Terfa?” Tanya Nyonya Nik yang telah berada di hadapannya
“Mohon maaf mengganggu waktu anda nyonya. Saya bermaksud izin untuk beristirahat sejenak.” Jawab Terfa
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizo
FantasiaCerita ini merupakan cerita ke tiga dari rangkaian kisah petualangan fantasi yang penulis publish. Dua cerita sebelumnya dipublish di platform sebelah. Tapi tenang aja, cerita ini bisa dibaca tanpa perlu baca cerita sebelumnya. Semoga menikmati 😊 *...