BAB V Sepenggal Cerita

7 2 0
                                    

Terfa mengira bahwa terjebak di ruang pribadi Raja Izzel adalah hal yang akan sangat menakutkan. Terlebih dirinya was- was jika Raja Izzel tahu bahwa semalam dirinya tak sengaja tertidur di samping raja akibat mengigau. Jika hal itu sampai ketahuan, Terfa khawatir tubuhnya tak akan selamat dari cambukan.

Beruntungnya sejauh ini raja dingin itu tak seburuk yang Terfa bayangkan. Raja hanya meminta Terfa untuk mengerjakan beberapa berkas perihal tugas kerajaan. Terfa yang sebelumnya menjadi putri di istana petal pusat Pijakan Filo tentu cukup terbiasa dengan tugas- tugas semacam itu.

Mereka berdua juga sempat berdiskusi tentang beberapa permasalahan di Pijakan Rizo. Terfa yang diminta pendapatnya tentu sebisa mungkin memberikan solusi terbaiknya pada Raja Izzel.

Mereka berdua larut dalam pekerjaan dan hanya istirahat di waktu tertentu saja. Sampai akhirnya waktu yang Terfa tunggu tiba, saat ini waktu di Petal Rizo sudah memasuki tengah malam. Itu berarti sudah saatnya untuk Terfa kembali ke kamarnya.

"Saya permisi untuk kembali ke kamar saya, yang mulia" pamit Terfa pada Raja Izzel.

Pemimpin Pijakan Rizo itu masih berkutat dengan tumpukan berkasnya. Malam seolah tak menghalanginya untuk lanjut mengerjakan tumpukan tugas.

"Hm" Sang raja hanya menjawab dengan gumaman. Beruntungnya Terfa paham bahwa raja memberi izin untuk dia pergi sekarang juga.

Tanpa menunggu lebih lama, akhirnya Terfa pun keluar dari kamar raja dan berjalan mengendap- ngendap untuk memasuki kamarnya.

"Fyuh! Akhirnya aku kembali ke kamarku dengan selamat." Ujar Terfa penuh rasa lega.

Dia kemudian melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Seharian ini punggungnya terasa sangat pegal karena terus- terusan duduk mengerjakan tugas dari Raja Izzel. Meski lelah namun Terfa cukup bersyukur karena dirinya masih hidup dan dapat meninggalkan ruangan Raja Izzel dengan selamat sentosa. Raja dari Kerajaan Rizo itu ternyata tak semenyeramkan yang dia bayangkan.

Tak lama kemudian mata Terfa terasa semakin memberat. Hanya memerlukan beberapa menit untuk akhirnya dia langsung terlelap.

***
"Terfa, cepat tata alat makan ini dengan baik di ruang makan." Titah Amit masih dengan nada sewotnya, meski begitu sikapnya tak seburuk saat awal. Sepertinya perlawanan Terfa berhasil membuat Amit tak lagi berani semena- mena pada Terfa.

Terfa mengangguk dan segera melaksanakan tugas yang diperintahkan Amit. Meskipun Terfa sempat bersikap berani melawan Amit, namun dia tak berniat untuk terus mencari gara- gara. Bagi Terfa cukup tunjukan taringmu agar mereka tak semena- mena, dia tak berniat untuk terus mencabik mereka.

Beruntungnya beberapa pelayan juga turut membantu Terfa. Setelah selesai menata semuanya, giliran Terfa yang kembali membantu yang lain untuk membawa makanan. Hanya perlu beberapa saat untuk semuanya tertata dengan baik.

Nyonya Tik kemudian memerintahkan mereka berbaris rapih karena Raja dan kedua adiknya akan segera tiba. Terfa dan yang lain tentu saja segera menempati posisinya.

Semua berjalan lancar dalam situasi hening kecuali bunyi kecil dari pergerakan penghuni istana yang masih makan. Sampai akhirnya suara Putri At terdengar setelah mereka menyelesaikan acara sarapannya.

"Aku butuh bicara denganmu Terfa." ujar Putri At yang nampaknya agak membuat beberapa orang terkejut.

Terfa megangguk, "Baik putri. Saya akan menemui anda setelah selesai membereskan alat makan ini" Jawab Terfa.

"Kau ikut saja langsung denganku setelah ini. Tak perlu membereskan alat makan terlebih dahulu. Tak masalah bukan Bibi Tik?" aujar Putri At yang kemudian meminta persetujuan Bibi Tik selaku kepala pelayan.

RizoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang