Renovasi istana akhirnya bisa selesai hanya dalam jangka waktu tiga hari. Terfa sungguh memuji kecepatan orang- orang di Istana Rizo dalam mengerjakan tugasnya.
Hari ini Terfa dan beberapa pelayan sedang mengantar Putri At ke pasar. Berdasarkan berita yang beredar, Putri At akan membeli beberapa gaun untuknya dan pakaian untuk kedua saudara laki- lakinya.
Terfa yang selama di Pijakan Rizo hanya menghabiskan waktu di istana tentu merasa senang saat mendapat kesempatan mengantar Putri At. Dirinya sangat antusias untuk melihat dunia di luar istana Pijakan Rizo.
Sayangnya, Nik dan Lesa tak bisa ikut. Kedua teman baik Terfa itu ditugaskan untuk tetap di istana. Pelayan yang ikut memang hanya sekitar lima orang pelayan saja.
“Terfa, saat di pasar nanti kau akan ikut denganku memesan beberapa bahan makanan.” Ujar Nyonya Tik yang juga ikut dalam perjalanan ini.
Lima pelayan yang ikut dengan Putri At terdri dari Terfa, Nyonya Tik, dan tiga orang pelayan yang memang telah sangat dekat dengan sang putri. Terfa merasa bahwa sejauh ini dirinya menjadi pelayan yang paling muda disini.Terfa mengangguk patuh saat mendengar perintah Nyonya Tik, ”Tentu nyonya.” Jawab Terfa patuh.
Saat ini Terfa dan Nyonya Tik duduk bersisian dalam sebuah kereta kuda. Kereta ini hanya diisi mereka berdua dan beberapa barang Putri At. Adapun sang putri dan para pelayan pribadinya berada di kereta depan.
Pijakan Rizo sebenarnya telah memiliki inovasi baru dalam bidang teknologi. Menurut beberapa orang kendaraan itu lebih cepat, namun memang belum banyak diproduksi. Sejauh ini teknologi tersebut baru digunakan dalam hal darurat. Oleh karena itu, meskipun Putri At seorang putri, namun dirinya masih akan tetap menggunakan kereta konvensional saat melaksanakan tugas ataupun berjalan- jalan seperti sekarang.
“Ini pertama kalinya kau keluar istana bukan?” Tanya Nyonya Tik yang sepertinya hendak memulai perbincangan.
Terfa tentu akan menyambutnya dengan sangat baik, “Benar Nyonya. Saat perjalan menuju istana yang saya lalui hanya hutan dan itupun berjalan kaki. Jadi saya cukup merasa takjub dengan perjalanan sekarang.” Jawab Terfa cukup panjang.
“Bagaimana menurutmu tentang lingkungan di luar istana kerajaan Rizo?” Tanya Nyonya Tik lagi.
“Em aku sedikit kaget. Saat di tempatku dulu, aku terbiasa melihat banyak tanaman hijau, namun selama disini aku cukup jarang melihatnya.” Terfa terus terang.
Kondisi Pijakan Rizo ini menurut Terfa bisa dikatakan nampak sedikit lebih tertinggal dibanding Pijakan Filo. Selain dari segi teknologi, segi pengelolaan lingkungan pun masih sangat kurang. Tatanan perumahan warga juga nampak lebih berantakan dibanding di pijakannya dulu.
“Aku jadi penasaran dengan tempat asalmu, sepertinya itu sangat indah.” Ucap Nyonya Tik.
Terfa mengangguk antusias, “Disana memang indah nyonya.” Terfa berujar riang.
“Meski begitu bukan berrati disini tak indah. Jika Petal Rizo mau maka belum terlambat untuk memperbaiki tatanan kerajaan ini, mungkin bisa dimulai dari lingkungan sekitar istana. Kurasa pihak istana sudah mulai melakukannya.” Sambung Terfa untuk mencegah kesalah pahaman Nyonya Tik.
“Kau benar. Aku sangat senang saat istana direnovasi. Rasanya telah lama mataku tak melihat tanaman segar.” Ujar Nyonya Tik dengan pandangan mengawang.
“Petal ini sebenarnya memiliki daerah- daerah hijau, namun belum merata. Daerah kota seperti di sekitar istana justru masih banyak kekacauan, dibalik beberapa bangunan yang terlihat cukup megah.” Nyonya Tik kembali menjelaskan.
Mereka lanjut bertukar cerita, lebih tepatnya Nyonya Tik menjelaskan tentang kondisi Petal Rizo yang masih belum stabil. Menurut penuturan Nyonya Tik, Pijakan Rizo terbagi menjadi 5 daerah bagian, daerah barat, timur, utara, selatan, dan pusat.
Daerah pusat merupakan tempat berdirinya istana utama sekaligus pusat roda pemerintahan. Meskipun terdapat beberapa bangunan mewah, namun daerah ini belum dapat dikatakan baik, terlebih dengan masih adanya kesenjangan.Daerah timur merupakan daerah yang didominasi oleh pantai- pantai sekaligus sumber hewan laut terbesar. Daerah selatan merupakan daerah pegunungan yang menjadi pusat pertanian.
Kondisi daerah barat sebagai besar wilayahnya adalah pantai, namun terdapat beberapa lahan pertanian juga disana. Adapun di wilayah utara adalah wilayah yang cukup unik karena setengah bagiannya merupakan hutan dan setengah lagi adalah padang pasir.
“Konon katanya wilayah utara itu disebut juga dengan wilayah buangan” Ujar Nyonya Tik
Kening Terfa mengernyit, “Kenapa disebut wilayah buangan?” Tanya Terfa penasaran.
“Daerah itu merupakan daerah yang banyak terhubung dengan portal dimensi, termasuk dimensi menuju tempat asalmu. Pada masa dulu, wilayah itu sering dijadikan tempat pembuangan para iblis ataupun kriminal dari pijakan lain. Itulah sebabnya dinamai wilayah buangan.” Jelas Nyonya Tik.
“Oh...” Respon Terfa.
“Pada wilayah padang pasir di daerah distrik utara itu terdapat pagar khusus yang menjadikan para iblis ataupun buronan mustahil melarikan diri dengan selamat dari sana. Para penjahat yang masuk akan diberikan segel khusus oleh raja. Adapun mereka yang mencoba keluar maka bersiaplah untuk terbakar dengan api hitam.” Sambung Nyonya Tik.
Terfa hendak kembali membuka suara, namun urung karena kereta kuda mereka tiba- tiba berhenti. Di luar sana terdengar keributan dan suara pedang yang beradu.
“Astaga, sepertinya para perampok menghadang jalan kita.” Ujar Nyonya Tik dengan raut gelisah.
Dentingan pedang yang beradu semakin terdengar nyaring. Tubuh Nyonya Tik dan Terfa menegang ketika mendengar teriakan Putri At.
“Tolong!” Suara Putri At.
Terfa yang mendengar itu langsung membuka kunci kereta kudanya,
"Nyonya kunci kembali kereta ini. Saya akan baik- baik saja.” Ujar Terfa yang kemudian langsung turun tanpa medengar respon dari Nyonya Tik.
Di depan sana nampak Putri At sedang ditawan oleh beberapa orang bertopeng dengan seragam jubah warna coklat tua. Tiga orang pelayan pribadi putri juga nampak sedang diikat. Bahkan, beberapa prajurit nampak terkapar meskipun yang lainnya masih terus bertarung.
“Wah-wah-wah, siapakah nona muda ini? Apa kau akan melemparkan tubuhmu pada kami?” Olokan sang perampok saat melihat Terfa berjalan ke arahnya.
“Ahahaha” Tawa rekannya terdengar menyambut ucapan orang yang bersiap menahan Terfa.
“Dia juga sangat cantik ketua! Sepertinya kita akan mendapat banyak tebusan jika menahan lima wanita sekaligus tuan. Ahahaha” Ujar yang lain dan kembali disambut tawa.
“Jangan kurang ajar kau bedebah! Jaga mulutmu!” Sentak Putri At.
“Sialan!” Murka si perampok.
Perampok itu kemudian membekap mulut Putri At dengan kain yang dibawanya. Sang Putri akhirnya hanya bisa meronta tanpa bersuara.“Lepaskan dia.” Ujar Terfa dengan tenang dalam posisi sekitar 3 meter di depan Putri At.
“Ahahaha” Gema suara para perampok terdengar kembali. Mereka lagi-lagi mengejek Terfa.
Seorang perampok berbadan tambun bahkan telah berani menyentuh tangan kiri Terfa.
“Hei nona, kau akan lebih bahagia jika menjadi bagian dari kami. Cukup diam saja dan tunggu tebusan keluargamu datang, Kau terlalu lembut untuk kami lukai.” Ujarnya dengan masih mengelus lengan Terfa.
‘Brak’
Semua mata membola saat mendapati perampok berbadan tambun itu terhempas jauh. Tentu saja itu ulah Terfa. Tanda daun miliknya juga nampak telah aktif, sulur-sulur daunnya lah yang menghempas tubuh si perampok.
“Apakah kalian masih berpikir aku terlalu lembut?” Tanya Terfa dengan seringai di bibirnya yang seolah mengejek para perampok.
***
Akhirnya bisa update lagi ehehehe
Selamat membaca :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Rizo
FantasiCerita ini merupakan cerita ke tiga dari rangkaian kisah petualangan fantasi yang penulis publish. Dua cerita sebelumnya dipublish di platform sebelah. Tapi tenang aja, cerita ini bisa dibaca tanpa perlu baca cerita sebelumnya. Semoga menikmati 😊 *...