Bab XIX Gigitan Ignis

4 1 0
                                    

“Apa kita benar- benar akan kembali malam ini?” Tanya Putri At yang setengah merengek pada Raja Izzel dan Pangeran Ef

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa kita benar- benar akan kembali malam ini?” Tanya Putri At yang setengah merengek pada Raja Izzel dan Pangeran Ef.

Pangeran Ef datang menyusul pada pagi tadi, setelah sebelumnya Raja Izzel yang datang di tengah malam. Kedua saudara Putri At itu sengaja menjemput untuk melakukan pengawalan langsung di perjalanan mereka yang harus segera kembali ke Istana Pijakan Rizo.

“Aku bosan menjawab pertanyaan yang sama.” Keluh Pangeran Ef yang setelahnya memilih melanjutkan acara makan malam dibanding menanggapi Putri At.

Putri At memberenggut, “Ayolah kakak, aku masih ingin tinggal disini!” Rengeknya yang masih tak ditanggapi Pangeran Ef maupun Raja Izzel.

“Tetap tidak bisa.” Akhirnya jawab mutlak sang raja terdengar.

Putri At putus asa karena mendengar jawaban kakaknya yang tidak memuaskan sekaligus tak bisa dibantah. Dia akhirnya hanya bisa menggerutu sembari menikmati makanan yang telah Terfa buat untuk acara makan malam ini.

Acara makan malampun tak berlangsung begitu lama. Setelah semua selesai, mereka mulai bersiap untuk kembali ke Istana Rizo.

“Apa semua sudah siap?” Tanya Pangeran Ef memastikan.

Semua mengangguk, kecuali Putri At yang sedari tadi memang masih cemberut. Memiliki kedua kakak laki- laki yang baik padanya sepertinya membuat Putri At beberapa kali terlihat manja dan merajuk saat keinginannya tak terpenuhi.

“Baiklah, kita berangkat.” Ajak Raja Izzel.

Mereka kemudian menaiki kuda masing- masing dan mulai beranjak meninggalkan rumah yang sudah lebih dari seminggu ini Terfa tempati. Pada perjalanan malam ini, Terfa dan Raja Izzel menggunakan kuda masing- masing. Adapun Putri At menggunakan satu kuda yang sama dengan Pangeran Ef. 

Jika mereka mengizinkan Putri At menggunakan kuda sendiri untuk kembali ke istana, maka dapat dipastikan mereka akan sampai lebih dari satu hari perjalanan.

“Bersiaplah kita akan memasuki Hutan Agon.” Ujar Raja memberi peringatan.

Rombongan kemudian turun dari kuda dan menuntun kuda mereka. Raja dan Terfa berjalan bersisian di depan. Sedangkan Putri At dan Pangeran Ef di belakang.

‘Ik ik ik ik’

Suara nyaring ignis kembali terdengar. Kali ini Terfa tak lagi merasa takut, dia justru berharap bisa bertemu makhluk menggemaskan itu lagi,

‘Ikkkkk’
Tiba- tiba kuda Terfa dan Raja Izzel meringkik seolah melihat sesuatu yang mengejutkan.

“Hei tenanglah!” Ucap Terfa sembari mengelus kuda milik Raja Izzel

Pangeran Ef yang mendengar Terfa membuka suara spontan memelototkan matanya. Dia merutuki Terfa yang melanggar pantangan di hutan ini. Adapun Putri At terlihat santai saja karena dia sudah tahu sebelumnya bahwa Ignis bersikap baik pada Terfa.

“Kau berani bicara rupanya.” Tutur Raja Izzel yang masih santai dan seolah tak mempermasalahkan bahwa Terfa melanggar larangan.

“Eh, maaf yang mulia. Tapi saya menjamin bahwa kita akan baik- baik saja.” Respon Terfa

‘Ik ik ik ik’

Suara Ignis terdengar semakin mendekat, benar saja tak lama kemudian mereka berkumpul menghadang jalan. Mata merah mereka terlihat begitu menyala.
Terdapat sekitar delapan Ignis di depan sana.

“Hai!” Sapa Terfa dengan riang

Para Ignis kemudian mendekat ke arah Terfa, bahkan beberapa melompat untuk bisa masuk ke pelukan Terfa.

Pangeran Ef masih menganga tak percaya melihat kejadian aneh di depannya ini.

“Kau terlihat bodoh dengan sangat alami saat memasang ekspresi wajah seperti itu.” Ejek Putri At pada saudara kembar yang lahir hanya beberapa menit lebih dulu darinya.

“Sialan!” Umpat Pangeran Ef

“Kenapa kau tak terkejut melihat Terfa bersama para Ignis?” Tanya Pageran Ef pada adiknya

Putri At menggendikan bahunya, “Kenapa harus terkejut? Aku memang sudah tahu.” Jawab Santai Putri At

“Eh?” Kaget Pangeran Ef

Putri At kemudian berbisik pada saudara kembarnya itu. Entah apa yang mereka bisikan namun setelahnya senyum Pangeran Ef nampak begitu merekah.

“Aku bersyukur selama disini kau tak sebodoh biasanya.” Ujar Pangeran Ef yang membuat Putri At memberengut.

Adapun Terfa masih asik mengelus para Ignis secara bergantian. Hewan kecil bermata merah itu juga tak ragu mendekat ke arah sang raja.

“Em anda nampak tak takut juga pada mereka yang mulia.” Komentar Terfa

Entah kenapa Terfa merasa bahwa Raja Izzel juga tak takut pada para Ignis. Begitupun dengan para Ignis yang juga seolah tak ragu mendekati Raja Izzel.

“Aku lebih dulu mengenal mereka dibandingkan kau.” Sahut Raja

Seketika Terfa tersadar bahwa Raja pasti mengetahui banyak hal. Belum lagi hutan ini memiliki banyak keteraitan ramalan dengan pemimpin  rizo ini.

“Ah maafkan saya yang mulia. Saya melupakan hal itu.” Jawab Terfa sopan

“Tak masalah.” Sahut Raja Izzel.
Terfa kemudian mengelus beberapa Ignis dan berniat untuk pamit pada mereka.

“Kami pergi ya, kalian jaga diri dengan baik.” Pamit Terfa sekaligus memberikan nasihat bagi Para Ignis.

Hal yang membuat Terfa suka pada para Ignis adalah hewan itu yang memberikan respon padanya saat berbicara. Meskipun hanya anggukan atau gelengan, namun mereka seperti memahami apa yang Terfa ucapkan.

Terfa kemudian mengulurkan kembali lengannya untuk mengelus Ignis yang paling besar. Dia menyimpulkan bahwa Ignis satu ini adalah pemimpin di Hutan Agon ini. Naasnya tangan Terfa justru digigit.

“Aw!” Jerit Terfa saat merasakan nyeri di tangannya. Dia juga Refleks menarik tangannya yang memang terlihat sedikit berdarah.

“Astaga! Apa kau baik- baik saja?” Heboh Putri At yang segera mengecek luka Terfa
Terfa tersenyum, “Tak apa Putri, hal ini memang biasa dilakukan hewan kecil. Mungkin dia sedikit keberatan berpisah dengan saya.” Sahut Terfa

Ignis paling besar itupun kemudian menangguk dan menggesek gesekan tubuhnya ke kaki Terfa. Hewan kecil itu seolah merasa bersalah dan meminta maaf.

“Syukulah.. Kau bisa gunakan ini untuk membalut lukamu.” Ucap Putri At sembari menyerahkan saputangan miliknya.

Terfa pun menerimanya dengan senang hati.

“Ayo kita harus segera melanjutkan perjalanan.” Ujar Pangeran Ef mengingatkan.

Terfa dan Putri At mengangguk. Adapun Raja masih tetap di posisinya.

“Kalian berjalanlah lebih dulu. Aku akan segera menyusul.” Titah Raja Izzel.

Sebenarnya Terfa ingin membuka suara dan bertanya ‘kenapa?’, namun dia tak berani. Dia akhirnya hanya bisa mengangguk dan melanjutkan perjalanan lebih dulu bersama Pangeran Ef dan Putri At.

Setelah melihat yang lain mulai menjauh, Raja Izzel nampak berjongkok di hadapan Ignis paling besar.

“Lakukanlah.” Ucapya sembari mengulurkan tangan kanannya
Ignis itu mengangguk dan kemudian mengigigit jari telunjuk Raja Izzel, persis saat dia menggigit jemari Terfa.

Darah segar pun nampak keluar dari jari raja yang terluka. membuat sang Raja segera membalutnya dengan sapu tangan yang dia bawa.

“Aku pergi.” Pamit Raja

‘Ik ik ik ik’ Suara nyaring para Ignis kembali berahutan, seolah menjawab pamitnya sang raja.

RizoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang