BAB XXI Menemui Pangeran Efran

1 0 0
                                    

"Jadi, bantuan apa yang kau inginkan Terfa?" tanya Pangeran Efran

Saat ini Terfa sedang berdiri menghadap Pangeran Efran. Tepatnya setelah sebelumnya dia menceritakan masalahnya pada raja dan beliau memerintahkan Terfa menemui Pangeran Efran.

"Apakah raja belum bercerita pada anda, pangeran?" tanya balik Terfa

Dia merasa sepertinya tak mungkin jila raja belum menyampaikan apapun.

Pangeran Efran tertawa "Ya, kakakku memang sudah bercerita tentang Rose, pengawal pribadimu sebelumnya."

"Lantas?"

"Tentu saja aku butuh informasi lebih detail. Kau perlu menceritakan ciri-ciri fisik atau mungkin kepribadiannya" Jelas Pangeran Efran dengan nada yang terdengar kesal

Terfa mengangguk "Dari segi fisik dia sama saja dengan pengawal kebanyakan. Hanya saja kurasa bola matanya agak aneh. Terkadang berwarna biru tipis dan sesekali aku melihatnya berwarna hitam legam". Jelas Terfa

Pangeran Efran mengangguk.

"Em.. menggenai kepribadiannya kurasa dia tak banyak bicara, menyebalkan, namun lembut dan tak pernah kasar pada perempuan" Sambungnya

Pangeran efran mengangguk lagi, "Baiklah, semoga aku bisa membantumu"

"Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu anda pangeran?" Tanya Terfa berinisiatif

Pangeran Efran nampak berfikir sejenak.

"Kurasa tak ada" jawabnya

"Baiklah, jika begitu saya pamit. Terima kasih atas kebaikan anda." Ujar Terfa

Dia kemudian berjalan meninggalkan ruang kerja Pangeran Efran.

Adapun disisi lain sang pangeran tersenyum lebar.

"Kau puas mendengar betapa dia ingin mencarimu Rose?" Ujarnya sembari berpangku tangan di meja kerjanya.

Dari sebuah pintu yang menyerupai lemari muncul seseorang dengan wajah datarnya.

"Tutup mulutmu pangeran!"

Pangeran Efran tergelak "Rose, rose!" Ucapnya lagi dengan nada mengejek

Laki laki berbaju pengawal itupun akhirnya melenggang pergi meninggalkan Pangeran Efran.

Adapun Pangeran Efran tersenyum, "Cinta ternyata membuat seseorang menjadi semenggelikan itu."

***
Disisi lain sekeluarnya Terfa dari ruangan Pangeran Efran, dia bergegas menuju halaman belakang. Hari ini para pelayan senior bertugas untuk memberikan pelatihan pada para pelayan baru.

"Terfa" Teriak Lesa sembari melambaikan tangan.

Segaris seyum terbit dari bibir Terfa. Dia kemudian membalas lambaian tangan Lesa dan menghampirinya.

"Astaga, aku baru melihatmu lagi" Keluh Lesa sembari mengapit lengan terfa yang baru saja tiba.

Disana bukan hanya ada Lesa, Nik dan beberapa pelayan lainpun ada disana.

"Ya, akupun merindukan kalian" Balas Terfa

Nik kemudian angkat suara, "Nyonya Tik benar-benar merebutmu dari dapur"

Terfa terkekeh. Belakangan dia memang sudah tak lagi sibuk mengurus dapur istana utama. Tepat setelah acara pencarian pelayan untuk calon ratu, terfa dipindahtugaskan ke istana calon ratu.

Mengisi posisi barunya, Terfa ditemani oleh Olaf dan Grey yang sebelumnya entah bertugas dibagian apa. Namun, berdasarkan informasi dari Nik, Olaf dan Grey sebelumnya adalah anggota satuan rahasia yang bertugas langsung dibawah perintah raja.

"Bagaimana dengan tugas barumu, Terfa?" Tanya Nik

Terfa tersenyum, "Jujur saja, itu terasa lebih membosankan" Jawab Terfa dengan suara yang dipelankan.

Nik, Lesa dan tiga orang lain dalam kumpulan itupun tertawa.

"Kau ini memang agak aneh. Pelayan disini justru ingin menjadi sepertimu karena yang kami dengar tugas di istana calon permaisuri tak banyak" Komentar Kias.

Terfa terkekeh, "Kau benar Kias, aku harusnya leih bersyukur".

"Namun jujur saja, menghabiskan banyak waktu hanya untuk bersantai membuatku lebih mudah mengantuk" Sambung Terfa

Mereka kembali tergelak. Perbincangan pun diisi dengan saling bertukar cerita tentang kegiatan masing-masing.

Beberapa menit kemudian Nyonya Tik selaku kepala pelayan datang dari arah barat. Beliau didampingi para tangan kanannya.

Tak jauh dari rombongan Nyonya Tik nampak para pelayan baru yang setahu Terfa jumlahnya mencapai 40 orang.

Acara inti pun dimulai. Berkat kerjasama semuanya, acara berlangsung dengan lancar.

Selepas acara, Terfa berencana untuk bergabung dengan teman-temannya, namun Grey dan Olaf datang dengan wajah datar mereka.

"Ayo kembali" Ajak Olaf

Suasana yang tadinya ceria menjadi hening.

"Aku rencananya akan bersama teman temanku dulu. Kalian bisa pulang duluan" Jelas terfa

Grey menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa! Putri At sudah menunggumu"

Terfa hanya bisa menghela napas pasrah. Dia kemudian pamit dan mengikuti langkah Grey serta Olaf yang tergesa

'Sepenting apa memang urusan bersana putri At?' Gumam batin Terfa

***
Alhamdulillah bisa nulis lagi setelah sebelumnya masih susah bagi waktu antara nulis, kerjaa, sam ngurus si kembar.

Selamat membaca😊

RizoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang