Bab IX Sadar Diri

6 1 0
                                    

"Sialan! Sebenarnya siapa kau hah?!" Bentak seorang perampok yang sedang menahan Putri At. Dia sepertinya pemimpin dari para perempok ini.

Terfa menyeringai, "Aku bisa menjadi malaikat maut kalian jika kalian bertindak lebih dari ini." Ujar Terfa tanpa gentar.

"Ahahaha kau terlalu jumawa nona!" Tawa para perempok kembali menggema.

Terfa masih terlihat tak gentar, dia bahkan mulai kembali mengulurkan lengannya dan membuat sulurnya melilit dua perampok sekaligus.

"Hei apa yang kau lakukan pada anak buahku? Lepaskan!" Sentak si pemimpin perampokan.

"Ahahaha" Kali ini tawa Terfa yang terdengar menggema. Bukan terkesan bahagia, tawanya entah mengapa memberikan efek yang mengerikan.

'Brak' Terfa kembali membanting dua orang tersebut hingga tak sadarkan diri.

Meski begitu, Terfa tetap memastikan bahwa mereka hanya pingsan, bukan mati. Sekejam apapun dirinya, Terfa tak ingin membunuh orang lain kecuali dalam kondisi yang sangat mengancamnnya.

Sejauh ini Terfa yakin bawah mereka ini hanya mengincar harta, bukan nyawa. Terfa tentu harus menyesuaikan kekuatannya dalam bertarung.

"Bukankah dari awal aku sudah bilang kalau lebih baik kalian menyerah? Apa masih ada yang mau maju lagi?" Tantang Terfa.

Para perampok seketika mundur beberapa langkah. Mereka sangat terkejut dengan kekuatan yang dimiliki perempuan di hadapannya.

Seingat para perampok, tak ada orang yang bisa mengeluarkan sulur daun seperti prempuan itu. Para keturunan inti kerajaan memang memiliki ketuatan yang agak mirip, namun sulur itu berupa akar, bukan daun.

Sejauh ini juga para perampok yakin bahwa hanya Raja Izzel yang dapat mengendalikan kekuatan tersebut.
Putri At dan Pangeran Ef belum bisa membangkitkan kekuatan mereka meski sudah menginjak usia dewasa awal.

Kekuatan lain juga memang ada di pijakan rizo, namun setahu mereka hanya kekuatan penyembuhan dan segel.

"Tuan bagaimana ini?" Bisik seorang peranpok pada sang ketua.

"Biar aku yang melawannya. Kita masih harus berusaha mengambil harta mereka" Ujar si ketua perampok.

Dia kemudiam melepaskan Putri At dengan kasar dan bersiap menyerang Terfa

"Gunakan pedangmu jika kau berani!" Tantang ketua perampok.

Terfa kembali tersenyum sinis. Dia kemudian tak lagi mengaktifkan tanda daun di punggung tangannya.

Gadis dari Pijakan Filo itu meraih pedang yang tergeletak tak jauh darinya. Pedang itu sepertinya milik salah seorang prajurit.

"Terfa, berhati-hatilah!" Seru Putri At mengingatkan. Dia telah berhasil melepaskan kain yang menutup mulutnya.

Adik Raja Izzel itu sungguh merasa takjub saat melihat kemampuan Terfa dalam bertarung dan bagaimana dia bisa terlihat tetap tenang. Meski begitu tetap saja Putri At mengkhawatirkan Terfa terluka karena menolongnya.

Terfa yang mendengar teriakan sang putri hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum menenangkan.

Duel pun terjadi dan berlangsung cukup sengit. Terfa beberapa kali mengumpat dalam hatinya karena permainan pedangnya memang tak terlalu baik.

Sedari dulu Terfa merasa bahwa kemampuan berpedangnya sangat payah jika dibandingkan pada kemampuan menggunakan senjata yang lain. Hal itu membuat pengawal pribadinya dulu juga sering menggerutu karena Terfa lambat mengerti dalam menguasai teknik berpedang. Terfa merasa bahwa dirinya sangat lebih baik dalam hal memanah dibanding berpedang.

RizoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang