BAB XVIII Bersama Raja

0 0 0
                                    

Dua hari berlalu semenjak Terfa dan Putri At mendatangi pasar untuk mencari informasi perihal kondisi  istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari berlalu semenjak Terfa dan Putri At mendatangi pasar untuk mencari informasi perihal kondisi  istana. Saat ini, tepat tengah malam, tidur Terfa terganggu oleh suara ketukan tak sabaran dari arah pintu depan.

Terfa yang memang sensitif pada suara akhirnya terbangun. Dia melirik petunjuk waktu yang ternyata masih menunjukan pukul satu malam. Terfa pun akhirnya bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke arah pintu depan.

"Yang mulia" Kaget Terfa saat mendapati Raja Izzel berdiri di luar sana.

Terfa buru- buru membukakan pintu untuk mempersilahkan Raja Izzel masuk. Hawa dingin langsung menerpa tubuh Terfa saat membuka pintu.

"Selamat datang yang mulia, silahkan masuk. Udara di luar semakin terasa dingin." Salam Terfa pada sang raja.

Raja Izzel kemudian masuk dan langsung menyerahkan mantelnya pada Terfa. Adapun Terfa dengan cekatan meraih mantel yang diserahkan sang raja dan menggantung mantel tersebut di salah satu gantungan ruang tamu.

"Apa ada makanan atau minuman khusus yang anda inginkan?" Tanya Terfa lagi

Raja Izzel nampak mendudukan dirinya di kursi tamu.

"Aku ingin minuman hangat" Jawab Raja Izzel

Terfa mengangguk patuh dan dengan cekatan segera menyiapkan minuman hangat untuk sang raja. Setelah selesai, dia langsung menyajikanya di hadapan sang raja.

"Aku mengganggumu" Ujar Raja datar yang entah itu sebagai permintaan maaf atau sebuah pemberitahuan saja.

Terfa yang mendegarnya tentu merasa bingung menafsirkan.

"Saya memang tadi sudah tertidur, namun bukan masalah besar yang mulia" Jawab Terfa jujur.

Raja kemudian mengangguk dan menatap Terfa dengan intens.

"Kembalilah beristirahat." Titah Raja pada akhirnya.

Sejujurmya Terfa agak bingung harus merespon seperti apa. Perkataan Raja Izzel yang hanya sepatah atau dua patah kata seringkali terkesan ambigu.

"Sebaiknya anda saja yang beristirahat, yang mulia." Sahut Terfa.

"Kamar disini hanya dua yang mulia. Satu sudah digunakan oleh Putri At dan lebih baik anda menggunakan yang satunya. Saya akan merapihkannya lebih dulu." Sambung Terfa yang menjelaskan kondisinya.

Raja Izzel tersenyum, "Kalau begitu temani aku disini" Ujarnya.

'Eh, kenapa jadi menemani raja?' Batin Terfa terkejut.

Apalah daya pelayan sepertinya, Terfa akhirnya mengangguk dan izin duduk berhadapan degan raja. Suasana hening sejenak sampai akhirnya raja yang kembali membuka suara.

"Semua telah berjasil diatasi" Tutur Raja yang terdengar seperti sebuah pemberitahuan di telingan Terfa.

Terfa tersenyum, "Dua hari lalu, saya dan Putri At melakukan perjalanan ke pasar dan mendengar kabar tentang anda dalam menumpas masalah istana." Sahut Terfa.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Raja pada Terfa.

Terfa mengerutkan keningnya, "Apakah anda menanyakan pandangan saya atau pandangan masyarakat?" Tanya Terfa yang mecoba mengklarifikasi.

"Keduanya" Jawab Raja.

"Rakyat banyak memuji kebijakan anda. Sayapun begitu. Saya harap anda bisa menjaga konsistensi tersebut." Jelas Terfa apa adanya.

Raja Izzel menganggukkan kepalanya, "Aku akan berusaha semampuku" Tutur Terfa.

Sebuah ingatan tiba- tiba terlintas di kepala Terfa, "Ah, tadi rakyat juga membahas soal-" Ucapannya memelan karena Terfa teringat sesuatu.

Dia khawatir di cap lancang oleh raja. Semenjak kejadian cambukan jendral itu, Terfa menjadi lebih hati- hati karena khawatir tak sopan.

Raja izzel sepertinya paham apa yang ada pikiran Terfa, "Kau tak perlu ragu. Tak ada yang berani mencambukmu lagi." Ungkap raja

Terfa mengangguk kaku. Dia tak menyangka bahwa Raja Izzel bisa menebak ketakutannya.

"Jadi apa yang mereka katakan lagi?" Tanya Raja Izzel

"Em.. mereka membahas soal calon ratu." Jawab Terfa ragu

Sebuah senyum paling lebar pertama kalinya Terfa lihat dari seorang Raja Izzel. Entah kenapa jantungnya berdegup kencang.

'Ternyata senyum orang yang jarang senyum terlihat lebih manis saat benar- benar tersenyum.' Batin Terfa takjub.

"Aku tak menyangka diantara semua dimensi kehidupan ternyata mereka cukup tertarik dengan kisah percintaannku" Ujar Raja Izzel santai

'Jangankan mereka, aku saja sejujurnya penasaran!' Batin Terfa melakukan pengakuan

Terfa mengangguk, "Tentu saja karena itu nantinya akan mempengaruhi kehidupan mereka semua. Saya dan rakyat lain tentunya menantikan calon ratu yang adil dan bijaksana" Tutur Terfa

"Aku yakin dia yang terbaik" Sahut raja dengan binar berbeda.

Terfa merasa takjub saat melihat ekspresi raja begitu antusias saat mebahas calon ratu. Perempuan itu sepertinya adalah wanita yang spesial. Terfa sebagai warga yang baik tentu akan sangat menantikan kehadirannya ditenga- tengah mereka.

"Saya juga yakin bahwa anda takan salah memilih." Ujar Terfa.

"Sejujurnya saya penasaran dengan calon ratu, namun saya khawatir terlalu lancang menanyakannya." Sambung Terfa diakhiri senyum tak enak.

"Bulan depan" Ucap Raja

'Apanya yang bulan depan?' Batin Terfa keheranan.

"Aku akan mengenalkanmu padanya." sambung Raja Izzel.

Mata Terfa berbinar, "Benarkah? Astaga saya merasa begitu terhormat bisa mengenalnya." Jerit Terfa kegirangan.

Dia bahkan melupakan tatakrama yang harusnya dilakukan seorang pelayan di hadapan raja. Beruntungnya Raja Izzel tak mempermasalahkan tindakan spontan Terfa.

"Apa kau memiliki kekasih?" Tanya raja yang begitu acak

Terfa tersentak laget, "Eh?" Ucapnya saat merasa tak percaya ketika raja menanyakan perihal kekasihnya.

"Kau tak perlu menjawabnya jika keberatan" Sambung Raja Izzel

'Mungkin ini saatnya aku mengungkapkan semuanya. Semoga Raja Izzel bisa membantuku.' Batin Terfa penuh harap.

"Sebenarnya saya pernah menjalin kedekatan dengan seseorang, namun saya ragu jika dikatakan kekasih." Sahut Terfa

Raja Izzel menaikan sebelah alisnya, "Perasaanmu tak terbalas?" Tanya Raja Izzel

Terfa langsung menggeleng cepat, putri dari Pijakan Filo itu jelas tak sepakat jika perasaannya dikatakan tak terbalas.

"Tentu saja terbalas. Dia juga pernah mengatakan bahwa dia menyukai saya, namun kami tak bisa menjamin hal yang lebih dari seorang putri dan pengawal pribadinya" Jelas Terfa

Raja Izzel mengangguk- anggukan kepalanya.

"Boleh saya minta tolong pada anda yang mulia?" Tanya Terfa memberanikan diri.

Rjaa izzel mengernyitkan keningnya, "Apa?" Tanya raja.

"Laki- laki yang saya maksud ini adalah korban dari keserakahan kakek buyut saya di pijakan filo. Dia adalah rakyat Pijakan Rizo yang diseret paksa memasuki Pijakan Filo. Kemudian saudara saya berhasil membantunya kembali kesini." Jelas Terfa sembari mengamati ekpsresi raja.

"Terus terang saja, saya ingin kembali bertemu dengannya. Jika anda bersedia, bolehkah saya meminta tolong untuk mencarikan orang yang saya maksud?" Tanya Terfa.

Dia sebenarnya tahu bahwa Raja Izzel juga merupakan Pasukan Rose yang bisa selamat. Namun terfa sama sekali tak ingin menyinggung itu.

"Aku paham!" Ujar Raja Izzel.

"Saat kembali ke istana nanti, sampaikan maslahmu pada Efran. Dia yang akan membantumu" Sambung Raja Izzel

Terfa berbinar senang, "Terima kasih yang mulia" Tutur Terfa.

Raja Izzel mengangguk, "Tidurlah, ini sudah hampir pagi" Titah raja pada akhirnya.

Terfa menggeleng tegas dan kembali meminta agar raja yang beristirahat. Alhasil pada akhirnya Raja Izzel mengalah dan beristirahat di kamar. Adapun Terfa memilih tidur di sofa ruang tegah.

***
Akhirya bisa publish lagi😊 Selamat melanjutkan membaca

RizoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang