⟨16.⟩ Pregnant

2.2K 101 7
                                    

꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷
Happy Reading

Beberapa waktu terakhir ini Jaemin menjalani hidupnya penuh dalam sebuah kebimbangan. Rasa bersalah serta rasa tak nyaman itu tiba tiba saja memenuhi dirinya.

Untuk orang seperti dirinya, terlebih ia adalah orang suka bermain main tanpa memikirkan perasaan orang lain, ini adalah suatu yang baru ia rasakan.

Jaehyun memang mengurusnya dengan baik, karena itu yang seharusnya dia lakukan terhadapnya, bagaimana janin di dalam perutnya adalah anaknya.

Ia sebenarnya sedikit ragu tentang itu, bagaimana pun bukan hanya Jaehyun yang melakukannya, ada satu orang lagi dan dia tengah berada di China sekarang.

Jaemin menoleh ke samping saat dirasa sebuah pergerakan disana, dimana sang kakak meletakkan segelas susu serta mangkuk berisi bubur di dalamnya.

"Makan itu sebelum dingin." Kakaknya berbicara tanpa mau menatapnya, dan berlalu begitu saja dari sana.

Perihal kakaknya, ia tidak habis pikir tentang itu. Setelah pengakuan tiba tibanya saat itu, hubungan antara ia dan kakaknya memang renggang.

Tak ada percakapan atau interaksi apapun yang berlangsung selama itu juga. Tetapi saat mual menyerangnya terus terusan, entah dorongan apa sang kakak merawatnya dengan baik, meskipun hanya kalimat singkat yang di dengar setiap kakaknya bersandang ke dalam kamarnya tapi itu tak menutupi fakta bahwa sang kakak sedang mengkhawatirkan dirinya.

Karena itu pula penyebab rasa bersalah itu muncul, bagaimana sang kakak tetap mau merawatnya dengan baik meski tau bahwa ia telah mengandung hasil perselingkuhannya dengan suami kakaknya.

Apa kakaknya memang sebaik itu hingga mau merawat orang tak tau diri seperti dirinya?.

Jaemin berpikir rasa tak nyaman itu di sebabkan oleh kehamilannya, yang ia baca orang hamil memang cenderung sensitif dan perasa.

Ia menelan makanannya susah payah, rasa tak nyaman itu bersarang pada perutnya, juga penciumannya yang terlalu sensitif akan bau menguar dari makanan yang dibawakan kakak ipar untuknya.

"Pelan pelan saja Na, kau harus makan demi kesehatan baby kita."

Baby kita katanya, Jaemin mengulum bibirnya, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum karena ungkapan itu.

Jaemin masih setia mengunyah makanan di mulutnya, meski kepayahan ia tetap memaksa itu masuk ke dalam perutnya. Mulutnya memang bekerja cukup keras disana tetapi pandangan tetap tak lepas dari pergerakan kakak iparnya yang tengah menyendok makanan yang akan segera di sodorkan di dalam mulutnya.

"Apa kakak ipar menyesal?," Ucapannya tiba tiba, sebab ia sedikit melihat kekosongan di mata kakak iparnya.

"Ya?,"

"Semuanya...yang tengah terjadi sekarang, apa—kakak ipar menyesali nya?,"

Jaehyun tersenyum tipis, tangannya dibawa untuk mengusap surai gelap milik adiknya, ada rasa bersalah disana—entah itu untuk istrinya atau adik iparnya.

"Tidak Na, untuk apa menyesali sesuatu yang telah di perbuat secara sadar? Aku tidak pernah menyesali apapun, terutama untuk bayi kita—kau tau aku menginginkan seorang anak selama ini, dan Taeyong tidak bisa memberikan itu untuk ku."

Jaehyun menarik nafas dalam dalam, "Apapun yang terjadi, bagaimana pun keputusan kakakmu nantinya, aku akan tetap mempertahankanmu juga bayi kita."

Memang terdengar egois, tapi itulah kenyataannya. Jaehyun menginginkan seorang anak dari istrinya, tapi sang istri menolak dengan alasan dia belum siap, hingga rumah tangga mereka berlangsung cukup lama dan Jaehyun mengenyampingkan keinginannya.

Walaupun ia tidak bermaksud menghamili adik iparnya, perselingkuhan yang terjadi sekarang juga adanya janin di dalam perut adik iparnya adalah pelampiasan untuk itu semua.

Dan Jaehyun tak menyesali perbuatannya.

-ˋˏ✄┈┈┈┈

Jaehyun memasuki kamarnya dan dapat melihat sang istri duduk di atas ranjang dengan ponsel dalam genggamannya.

Ia hanya berjalan melewatinya, melepas dasi juga jas nya pada keranjang kotor tak jauh dari tempatnya berdiri.

Hening, itulah yang selalu menyelimuti ruangan ini, semenjak hari itu, hari dimana Jaemin memberitahu tentang kehamilannya, di hari itu juga keduanya bertengkar cukup hebat disana.

Ego yang sama sama keras itulah yang membuatnya seperti sekarang.

Jaehyun hendak melangkah kakinya ke dalam kamar mandi sebelum satu kalimat dari istrinya menghentikan langkahnya.

"Apa menyenangkan?," Ucapnya.

Jaehyun memutar tubuhnya, disana ia mendapati istrinya masih berkutat pada ponselnya.

"Ku bilang apa semenyenangkan itu?," Kedua mata itu menatapnya tajam, meski Jaehyun masih dapat melihat bagaimana kedua bola mata itu sedikit bergetar.

"Apa?,"

"Apa semenyenangkan itu menghianati istrimu dan memiliki seorang anak dari hasil perbuatan bejat mu itu? Terlebih—KAU MELAKUKANNYA BERSAMA ADIKKU!!!,"

"Kau—,"

"Ya aku memang tidak dapat memberikan mu anak Tuan Jung Jaehyun yang terhormat, sedangkan adikku bisa ya aku mengerti!." Air mata itu jatuh disana dan Taeyong segera menghapusnya.

"Tapi kau tidak tahu kan alasannya? Apa kau pernah bertanya sekali saja tentang bagaimana perasaan ku, apa aku baik baik saja, lalu apa yang sedang aku inginkan atau hal lain yang seharusnya di lakukan suami untuk menyenangkan istrinya, pernahkah?."

Taeyong meremas dadanya, tiba tiba nyeri ia rasakan disana. Ia menarik nafas dan menghembuskan nya berulang ulang, mencoba menetralkan debaran jantungnya yang menyesakkan.

Di pandangnya sekali lagi suaminya yang masih tak bergeming di sana, dengan sedikit keberanian ia menatap kedua netra itu semakin dalam.

"Kau tau alasan kenapa aku tidak ingin memiliki anak? Itu...itu...aku..." Taeyong menggenggam ponselnya kuat, melampiaskan rasa sakitnya dengan itu.



"Itu karena aku mandul."

Dan Taeyong memukul telak sang suami dengan ucapannya.


TBC.

꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷

Playing With Fire | 2Jae | Jaehyun & Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang