⟨08.⟩ Temporary guess

2.3K 114 10
                                    

꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷
Happy Reading


Taeyong duduk di diam di kursinya, hanya berusaha untuk menelan makanan yang rasanya sangat sulit ia telan, ingatan malam tadi dimana dia mencium bau persanggamaan juga bagaimana sekarang kembali melihat ruam merah di leher adiknya itu benar benar membuatnya curiga.

Bukannya dia bermaksud menuduh suaminya atau bahkan adiknya bermain di belakangnya, tapi bukankah orang lain juga akan berpikir seperti dia jika menemukan hal seperti ini secara bersamaan.

Ia pandang suami dan adiknya bergantian, tidak ada yang aneh dalam interaksi mereka bahkan itu terlampau sama seperti hari hari biasanya, hanya pembicaraan singkat yang tak berarti apapun, tapi tetap saja dirinya tak bisa untuk membuang curiga yang bersarang dalam dadanya.

"Hari ini aku akan lembur,"

"Malam ini aku juga akan menginap di rumah temanku, jadi kunci saja pintunya."

Ini adalah hal biasa yang selalu ia dengar, tapi entah bagaimana kali ini ia malah mencurigai keduanya, berpikir jika bagaimana keduanya bertemu di tempat lain dan bercinta disana.

Ah kepalanya pusing hanya untuk memikirkan itu, maka malam harinya dia memutuskan untuk mengikuti kemanapun perginya sang adik, di sepanjang perjalanan ia hanya membayangkan tentang kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi nantinya.

Bak seorang mata mata ia dengan perlahan mengikuti langkah adiknya yang mulai memasuki kawasan hotel berbintang, ia berhenti disana tepat saat pintu lift tertutup dan mulai naik ke lantai atas, lantas setelah beberapa saat ia ikut naik ke lantai dimana lift itu berhenti.

Dengan susah payah ia menelan ludahnya tak kala melihat sang adik yang memasuki sebuah kamar, disana ia bisa melihat tangan seorang pria yang menarik tubuh adiknya masuk hingga pintu itu akhirnya tertutup.

Ia lantas segera menelepon suaminya dan yang ia dengar hanyalah suara operator setelahnya, ia menggigit kuku tangannya merasa cemas tentang itu, membayangkan jika suami dan adiknya bercumbu di dalam sana.

Perlahan ia langkahkan kakinya mendekat, lalu berhenti sejenak tak kala dirinya kembali memikirkan tentang apakah ia harus menangkap basah mereka di dalam sana atau menunggu di luar hingga keduanya keluar bersama dengan sendirinya.

Ah pikiran kotor itu sudah memenuhi kepalanya sekarang, maka tanpa pikir panjang ia segera menekan tombol bel dengan tak sabaran.

Hingga pintu itu terbuka, bahkan tak membiarkan adiknya menyelesaikan kalimatnya ia segera menubruk tubuh itu dan masuk ke dalam, mencari suaminya yang mungkin ada di dalam sana.

"Kak kau gila?!,"

Masih dengan nafas yang memburu ia memutar tubuhnya menghadap sang adik, dan dia bisa melihat dengan jelas leher dan dada adiknya sudah terdapat lebih banyak ruam merah lagi, juga bagaimana pakaian yang tengah Jaemin gunakan sekarang, itu benar benar membuatnya kacau.

"Sayang, siapa yang datang?."

Suara itu mengalihkan atensinya, suara yang benar benar sangat asing di telinganya. Ia memutar tubuhnya lagi, dan ia bisa melihat seorang pria berpawakan tinggi dengan handuk melilit di pinggang nya berdiri disana menatapnya dalam kebingungan.

Wajahnya memanas, ia sungguh malu setengah mati, juga merasa bersalah atas kecurigaan nya yang tak berdasar, lantas ia segera pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun, membuat sang adik menatapnya keheranan.

"Sayang?,"

"Ah itu kakakku, sudahlah abaikan saja, ayo ke dalam aku sudah tidak tahan lagi—"
















"...Mingyu~aa."

-ˋˏ✄┈┈┈┈

Jaemin baru pulang ke rumah esok harinya setelah ia menyelesaikan jam kuliahnya, itu sudah sangat sore bahkan matahari sudah hampir tenggelam sepenuhnya disana.

Dan selama itu pula sang kakak tak menghubungi nya, membuatnya semakin bingung atas maksud kedatangan sang kakak yang tiba tiba.

Bahkan milik Mingyu hampir masuk sepenuhnya jika sang kakak tak menggangu mereka dengan suara bel yang sangat ribut.

Jaemin melangkahkan kakinya masuk lebih dalam ke rumah besar itu segera naik ke lantai atas menuju kamarnya untuk beristirahat, lantas langkah nya terhenti setelah ia melihat sang kakak yang tengah duduk di atas ranjang miliknya tanpa mau bersitatap.

Jaemin mendengus, melewati sang kakak begitu saja dengan tangan yang tengah melempar tas dan jaketnya asal.

Setelah langkahnya hendak memasuki kamar mandi suara sang kakak mengalihkan perhatian nya.

"Maaf, kakak minta maaf."

Jaemin tak mengerti inti masalahnya tapi dia tetap diam untuk mendengarkan lebih banyak.

"Kakak tidak bermaksud hendak curiga padamu, hanya saja kakak takut."

Oh Jaemin paham sekarang, jadi kakaknya itu berpikir jika ia pergi bersama dengan kakak iparnya semalam, oleh karena itu tiba tiba saja kakaknya berada disana dan tiba tiba masuk dengan langkah tak kalah ribut dari bel yang di tekan asal asalan.

"Jadi kau menuduhku begitu?," Ada jeda disana.

"Tidur bersama suami kakakku sendiri?," Jaemin terkekeh.

"Dengar, aku memang pecandu seks tapi bukan berarti aku mau tidur dengan suami kakakku sendiri."

Jaemin menatap sang kakak yang menatapnya sedih, ia bisa merasakan bagaimana kakaknya merasa amat menyesal telah curiga padanya.

"Jika tak ada yang ingin kakak sampaikan lagi keluarlah, aku ingin mandi dan segera istirahat."

Setelahnya Jaemin segera menutup pintu kamar mandinya dengan keras, membuat dentuman itu menggema di penjuru ruang kamar itu juga hingga ke relung hati sang kakak.

Jemari Taeyong saling bertaut, sangat merasa bersalah akan tindakannya yang gegabah semalam, dia bahkan tak bermaksud begitu hanya saja dia mengikuti feeling nya.

Hingga tak memikirkan bagaimana perasaan adiknya jika sewaktu-waktu apa yang telah ia pikirkan semuanya salah besar.

Jadi Taeyong harus bagaimana?.

TBC.

꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷

Kalau nggak komen please pencet tombol vote nya ya

Cuma pake satu jari aja kok😭



Playing With Fire | 2Jae | Jaehyun & Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang