Rania mengeratkan pegangannya di pinggang Bagas, membuat Bagas menengok ke arah spion melihat wajah Rania khawatir. Rania memenjamkan matanya, hatinya sesak sekali lagi hatinya kembali dihancurkan. Di depan matanya ia melihat orang yang ia cintai memeluk perempuan lain, bukan sekali dua kali ia melihat mereka berdua seperti ini.
Bagas kembali menatap Rania lewat spionnya "Lo mau samperin Ran?" tanya Bagas, Rania menggeleng lemah "Jalan aja, Gas" jawab Rania.
Ketika motor itu berjalan, mata Rania dan Raja bertemu yang seketika Raja melepas pelukannya, terlihat dari mukanya ia sangat terkejut, tetapi dengan cepat Rania mengalihkan matanya. Ia harus menetapkan hatinya, tidak ia berjanji kepada hatinya sendiri jika ia harus tegas, tidak adalagi yang namanya Raja.
Sampai mereka dirumah Rania, Rania dengan cepat turun dari motor Bagas, lalu ia merapikan rambutnya "Besok-besok gw bawa helm dua deh" kata Bagas buka suara. Rania mendengus kecil "Gausah Gas, besok-besok gw masih bareng Sekar kok, atau nanti gw minta jemput abang gw" Kata Rania.
"Abang lo kemana sekarang?" tanya Bagas, Rania menatap halaman rumahnya, melihat mobil abangnya tidak ada "Kayaknya lagi diluar, lagi sibuk Skripsi dia" jawab Rania.
Bagas ber-oh ria, Rania mengangguk "Yaudah gw balik dulu ya Gas, Elo hati-hati di jalan ya, makasih banget udah kasih gw tumpangan" kata Rania. Sebelum Rania berbalik, Bagas meraih tangannya membuat Rania menatap Bagas bertanya.
"Lo bisa cerita ke gw, kalo butuh temen cerita Ran, gw siap nampung cerita lo" kata Bagas, membuat Rania buru-buru melepas tangan Bagas "Makasih ya Gas, lo hati-hati" kata Rania buru-buru, setelah itu masuk kedalam rumahnya.
***
Bagas menatap halaman rumah rania lama sudah hampir lima menit ia disana setelah Rania masuk kedalam rumahnya, sampai terdengar suara motor mendekat. Bagas melihat motor yang berhenti dirumah Rania, sampai si pemilik motor melepas helmnya lalu merapikan rambutnya, terlihatlah Alvin turun dari motor menatap Bagas heran.
"Lo siapa?" Tanya Alvin heran.
Tetapi Bagas tidak menjawab ia malah menaiki motornya, dan pergi menjauh dari rumah Rania, membuat Alvin kembali menatap heran.
"Sinting"
Alvin berjalan masuk kedalam rumah Rania, langsung di sungguhi dengan pemandangan Rania sedang tengkurap di sofa ruang tamu. Dengan iseng ia menduduki badan Rania, membuat sang empunya mengeluh.
"WEH BANGUNG" kata Alvin.
"ihhhh Berat!" keluh Rania, tetapi yang membuat dia heran adalah suara Rania yang serak, membuat Alvin menoleh cepat, ia berjongkok didepan Rania, mengelus rambutnya "Hey, kenapa Ran?" tanya Alvin khawatir.
Mendengar suara Alvin ia mengangkat kepalanya, terlihatlah muka merah Rania dengan kedua matanya mengeluarkan air mata diiringi ingus yang sudah entah kemana, membuat Alvin sedikit mengernyit, dengan sigap mengambil tissu diatas meja, mengelap air mata sekaligus ingus Rania.
Alvin mengiring Rania untuk duduk, dan memeluk tubuh Rania "Nangis dulu ya, abisin nanti kalo udah puas baru cerita" kata Alvin menenangkan.
***
Sudah tiga puluh menit Rania menagis, akhirnya tangisan itu berhenti juga, dengan setia Alvin masih mengelus rambut Rania. Sembari sesegukan ia mengelap ingusnya di baju Alvin, membuat Alvin menatap Rania jijik.
"Udah mau cerita?" tanya Alvin, Rania hanya menggeleng sebenarnya ia mau cerita tapi ini menyangkut Raja, Rania takut jika ia bercerita tentang Raja, Alvin akan sangat marah dan bisa menimbulkan perang dunia ketiga.
"Mau cerita apa gw cari tau sendiri?" tanya Alvin lagi, tetapi Rania hanya diam tetap tidak mau menjawab, membuat Alvin geram akhirnya ia berdiri "Oke gw cari tau sendiri, pasti Raja kan?" sebelum ia berjalan Rania menahan tangannya.
"Oke gw cerita!"
Alvin kembali ke tempat semula, ia menatap Rania orang yang ia sayangi sepenuh hati dari ia kecil, tetapi bajingan bernama Raja itu malah merebutnya, mengingat itu membuat ia ingin menonjok wajah tampan lelaki itu, hingga nyaris seperti waktu Raja menembak Rania yang sialnya malah diterima, lalu dengan amarah Alvin memukuli Raja sampai Raja dirawat dirumah sakit selama seminggu.
"Gw tadi ngeliat Raja pelukan sama Lisa" kata Rania, membuat Alvin memenjamkan matanya geram.
"Emang harus dikasih pelajaran tuh anak!" Alvin berdiri membuat Rania menahannya panik "Alvin! Gausah aneh-aneh, heran deh apa-apa berantem" kata Rania.
"Terus lu berekspetasi apa sih Ran?" tanya Alvin heran "Gw meluk dia, terus sambil ngomong Good Job Brow! gitu?" kesal Alvin, dia gemas sekali dengan Rania yang selalu membela bajingan itu.
Seperti waktu itu, disaat Raja masuk rumah sakit setelah menembak Rania, Rania juga menangis seperti ini hingga tiga hari ia mendiami Alvin, membuat Alvin menurunkan ego lalu meminta maaf ke Raja, lalu membuat Raja tersenyum miring dengan mimik muka "Menangkan gw?" yang hampir saja kembali ia memukul Raja tetapi ditahan oleh papahnya.
"Kenapa sih lo gamau sama gw aja, seratus persen gw akan selalu bahagiain elo Ran!" kata Alvin, membuat Rania menatap Alvin kesal "Udah berapa kali gw bilang, gabisa!" Jelas Rania.
"Gw suka sama lo sebelum lo ketemu Raja, Gw suka sama lo dari kecil, gw sayang sama lo, cinta sama lo, enggak ada cowok tulus ke elo selain gw Rania!" Alvin tetap tidak terima, kenapa sih Rania selalu saja menolaknya.
"Kita sepupu!" Pungkas Rania kesal, membuat Alvin terdiam sesaat "Emang kenapa kalo sepupu, kita enggak serahim! orang Arab aja bisa nikah sama sepupunya sendiri!" kesal Alvin.
"Kita bukan orang Arab, bego!" ia menjitak kepala Alvin keras, membuat sang empu menggaduh. Alvin mengelus kepalanya "Kenapa enggak dicoba dulu sih? lagian enggak ada yang ngelarang, lo nya aja yang lebay!"
Rania berdecak "Elo enggak beneran cinta sama gw Alvin, elo sayang sama gw sebagai ssepupu, sahabat! kayak gw sayang sama lo!" kata Rania, Alvin menatap Rania kesal "Kenapa elo jadi sok tahu urusan hati gw sih Ran!"
Alvin berdiri dan berjalan kedapur, lelah ia meladeni Rania yang sangat keras kepala, membuat kepalanya ingin meledak, lebih baik ia mencari minum dingin untuk mendinginkan kepalanya. Setelah ia menegak air, Alvin kembali menyiapkan satu gelas untuk Rania, lihat dia sangat perhatian sekali kan untuk orang yang selalu menolaknya.
Alvin langsung memberi minum yang ada di tangannya ke cewek yang berada dihadapannya ini, langsung diambil oleh Rania lalu menegaknya.
"Gue udah memutuskan pilihan!" kata Rania membuka suara, membuat Alvin menatap Rania serius.
"Gw bakal menjauh dari Raja"
Alvin tersenyum.
***
Yeayyyy UPDATE LAGIIIII !!!!
Haloww guyss, aku sebenernya pengen banget update setiap hari, tapi aku enggak semangat, karena gaada yang semangatin wkwkwkkwkwkwk.
ayoo jangan lupa votement, biar aku semangat update dan cepet juga updatenyaaa❤️
Salam Cantix
Dila Bae
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan
Teen FictionDahulukan follow sebelum baca:) * ° "Putus yuk?" Rania menatap cowok yang sialnya tampan itu , seakan ucapannya itu tidak menyakiti hatinya. "Lo ngajakin putus, atau ngajakin main petak umpet?" balas Rania, dengan dahi mengernyit bingung sekaligus...