Rania menatap nanar pintu rumahnya, hatinya sakit untuk kesekian kalinya.
"Tanpa kamu sadari, kamu udah memilih Ja, dan aku bukan pilihan kamu"
Setelah mengatakan itu Rania berlari ke kamarnya, dengan mata berair.
Rakry melihat semuanya, bukan hanya hati adiknya saja yang sakit, tapi sebagai abang yang menjaga adiknya. Ia tidak rela adiknya dibuat sedih, apalagi dengan orang yang sudah ia percaya.
Rakry mengetikkan nama seseorang dihandphonenya, lalu menempolkan ponsel tersebut ke telinga.
"Halo Alvin" Sapa Rakry, ia harus membuat keputusan "Gue butuh bantuan lo"
°•°•°•°•°•°
Ting tong ting tong
Rakry turun dari kamarnya, ia membuka pintu, dan terpampanglah sosok yang ingin ia hajar.
"Bang Rani ada?" tanya Raja, tergesa-gesa.
"Ada lagi nangis" ucap Rakry, terlihat santai, tapi jika melihat dari tangannya yang mengepal tentu saja tidak.
Raja menatap Rakry terkejut "Bang, gue mau ngomong sama Rania" pintanya, Rakry tersenyum sinis "Mau nyakitin lagi?" tanya Rakry.
Raja menggeleng "Sumpah bang, gue enggak ada niatan buat nyakitin Rania, Tap-"
"Cukup!" sela Rakry "Lo tau kalo gue percaya banget sama lo Ja, lo sia-siain, kepercayaan gue, lebih baik lo balik, gue enggak mau adek gue deket sama lo lagi"
Raja menahan pintu "Bang gue janji, enggak bakal nyakitin Rania lagi" pinta Raja.
Rakry membuka pintu kembali "Ada jaminan apa lo bisa bahagiain Adek gue? Harga diri Lo? Bahkan Harga diri lo lebih tinggi dari kebahagiaan adek gue" jelas Rakry marah.
"Cinta! Gue cinta Rania, Rania juga cinta gue bang, kita enggak bisa dipisahin" sela Raja, menggebu.
"Cinta?" Rakry terkekeh "Kalo lo cinta, lo enggak bakal mutusin adek gue dan lari ke cewek lain, sedangkan adek gue minta lo tetep stay"
Raja menatap Rakry lirih "Rumit bang! Tapi gue janji bakal jelasin ke Rania pada akhirnya"
Rakry menggeleng "Gue tau kenapa lo mutusin adek gue, dan dari sini lo harus tau batasan lo" Jelas Rakry.
Raja menatap Rakry terkejut, tapi langsung ia tepis, ia bergerak maju "Bang Gue mau-"
Bugh!
Rakry memukul pipi kanan Raja, membuat luka yang tadi sudah Rania obati kembali berdarah.
Bugh !
Rakry menendang perut Raja, membuat darah keluar dari mulutnya.
Rakry menarik kerah baju Raja "Sampe gue liat lo deket sama adek gue, gue bakal ngasih lo lebih dari ini" ancam Rakry, ia menjatuhkan Raja ke tanah.
Ia mengambil ponsel yang berapa dikantong, menelpon adik dari temannya.
"Aldi, jemput temen lo dirumah gue"
"..."
"Dia sekarat"
°•°•°•°•°
Udah update yaa...
Makasihh temen-temen yang nunggu cerita 'Mantan' aku seneng banget.
Aku kira cerita ini ngebosenin.
Maaf ya beberapa bulan ini, sibuk banget, aku belajar harus berulang-ulang karna entah kenapa enggak ada yang masuk keotak.
Yalah, disekolah aja kadang-kadang enggak masuk, apalagi daring.
Ini aja aku baru buka wattpad pas Gmeet sama guru, karna ada waktunya sekarang, udh lumayan free juga soalnya abis PTS.
Mudah-mudahan aku bakal update seperti biasa lagi...
Makasihh temen-temen.
Jangan lupa Vote dan komen buat tiga updatean ini.
Salam cantik
Dila bae
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan
Teen FictionDahulukan follow sebelum baca:) * ° "Putus yuk?" Rania menatap cowok yang sialnya tampan itu , seakan ucapannya itu tidak menyakiti hatinya. "Lo ngajakin putus, atau ngajakin main petak umpet?" balas Rania, dengan dahi mengernyit bingung sekaligus...