"Elu..??"
"Apa?" tanya dia dengan watadosnya. Gue otomatis langsung kesal.
"Lah, kenapa elu ada disini?" gue nanya dia balik. Dia hanya mengerutkan keningnya.
"Lah, gue kesini ya buat belanja. Masa belanja harus minta izin lo?" tanya sosok itu yang ternyata tak lain dan tak bukan adalah Rivaldo.
"Huft.." Gue hanya bisa mengerucutkan bibir. 'Kenapa malah ketemu dia disini? Sial banget gue!!'
Lalu gue nyuri pandang ke Rivaldo. Hari ini dia tampak lain. Mungkin karena dia mengenakan hoodie hitam yang sesuai dengan warna rambutnya, dan tidak menggunakan kacamata sehingga gue dapat melihatnya dengan jelas. Dan gue akui, dia emang terlihat........keren.'Wait, what??! Gue, bilang dia keren??! OMG Helloooo!! Otak gue pasti udah rusak!' Tapi gue gak bisa melepaskan pandangan gue dari dia. Sampai suatu suara menyadarkan gue...
"Apa lo liat-liat?" tanyanya ketus. Sontak gue kesal.
"Siapa yang liat-liat lo?? Jangan ge-er deh! Udah, gue perlu minyak sayurnya!" Gue merebut minyak sayurnya lalu berjalan ke arah kasir.
"Wo...Woi! Gue juga perlu kali! Cih!"
Gue tertawa puas dalam hati. Rasain lo! Akhirnya gue bisa membuatnya marah. Ekspresinya marah itu lucu juga. Eh, mikir apa sih gue? Amit-amit bilang dia lucu -_-
"Semuanya 105.500 rupiah." kata si kasir. Gue membayar 105.000, tapi gue baru nyadar kalau gue gak ada uang kecil.
"Maaf, tunggu sebentar, mbak." Gue ngerogoh saku gue sampai paling ujung, tapi tetap gak dapat.
"Ini, mbak. Saya yang bayarin." kata sebuah suara sambil meletakkan uang 500 rupiah itu.
"Terima ka--" Belum sempat gue ngomong terima kasih, ternyata yang bayarin gue itu Rivaldo -_-. Setelah mendapat belanjaan gue, langsung gue melangkahkan kaki keluar dari supermarket. Namun, baru beberapa langkah gue berjalan, gue kembali ditarik oleh sebuah tangan yang kuat.
"Hei, setidaknya bilang terima kasih dulu, napa? Gak ada sopannya sedikitpun!" kata Rivaldo.
"Terima kasih." ucap gue tanpa melihat wajahnya, lalu menepis tangannya dan cepat-cepat berjalan pergi.
Deg! Deg! Deg! 'Kenapa sih jantung gue berisik sekali hari ini?'
Saat gue ngerasa udah lolos dari Rivaldo, gue mulai berjalan santai ke rumah. 'Yak, beberapa blok lagi dan gue bakalan sampai!'
Tiba-tiba.......
Gue dihadang sama beberapa preman jalanan. Salah satunya yang sepertinya leadernya berkata kepada gue.
"Hei, anak kecil. Sebaiknya lu berikan uang lu pada kita atau lu pengen terluka. Kami belum makan selama seharian ini." kata leadernya.
"Kalau belum makan, ya, cari pekerjaan dong! Jangan memalak orang lain!" jawab gue tidak gentar.
"Heh, berani banget si bocah ini sama gue, Boss terkuat di kota ini! Ayo, cepat serahkan uang lo!" Dia mulai menarik kerah gue.
"Puiih!!" Gue memuntahkan air liur tepat di depan mukanya dan dia kelihatan terkejut sehingga melepaskan kerah gue.
"Gaarggh..!! Berani banget lu! Habisi dia dan ambil uangnya!" perintahnya pada anak buahnya.
Gue langsung menendang salah satu kaki anak buahnya. Dia terlihat kesakitan. 'Jumlah mereka 5 orang. Apa gue bisa melawan mereka? Ah, biarpun harus babak belur, gue gak boleh kalah disini!'
Jadi gue mulai mencoba segala cara untuk membebaskan diri. Menendang, meninju, bahkan melempar sepatu mahal gue ke arah mereka. Saat gue udah hampir meloloskan diri dari mereka, kaki gue ditarik sehingga gue terjatuh mencium tanah.
"Hahaha! Lu gak akan bisa lolos!" teriak seorang anak buahnya. Gue mulai mengeluarkan keringat dingin.
'Damn! Habislah gue!' Jujur, gue mulai panik."Boss! Anak ini tidak punya apa-apa selain belanjaannya!" lapor salah seorang anak buahnya.
"Hmm...Kalau begitu, kita gunakan dia untuk hal lain." kata boss itu sambil smirk. Gue mulai punya firasat aneh.
"A-apa yang akan kalian lakukan?" tanya gue dengan ketakutan.
"Hoo...Kami akan membuatmu merasa sangat nikmat, anak muda." Lalu dia menyuruh anak buahnya untuk menahan tangan dan kaki gue. Lalu dia sendiri mulai merobek baju gue.
"He-Hei!! I-ini tidak lucu! Apa yang akan kalian lakukan??!" teriakku.
"Muahaha!! Tadi sok berani, sekarang apa? Lu mau nangis?? Menangis dan berteriaklah! Tidak akan ada yang mendengar lu disini!" katanya, lalu mulai menjilat puting gue. Fue langsung merinding.
'Menjijikkan! Dia nyentuh gue sembarangan! Gue harus meloloskan diri, tapi anak buahnya begitu kuat! Gue gak bisa lolos!!'
Yang lain ikut membantu. Anak buahnya yang memegang tangan kiri gue menjilati daun telinga kiri gue, dan anak buahnya yang sedang memegang tangan kanan gue ikut menjilati puting kanan gue.
"Tidak! Tidak! Ini sungguh menjijikkan! Tolong! Siapapun, selamatkan gue!" Gue berteriak sekencang mungkin, tapi tidak berguna karena boss preman itu menutupi mulut gue.
Hampir saja tangannya yang menjijikkan itu membuka celana gue, ketika tiba-tiba sebuah tinju melayang di muka boss itu. Sontak si boss itu pingsan di tempat.
"A-Apa??!!" teriak anak buah boss itu. Gue terbebas dari genggaman mereka dan melihat siapakah gerangan yang menolong gue. Gue syok saat mengetahui kalau sosok penyelamat gue adalah.....
"Rendah sekali diri kalian! Bukan hanya memalak orang, kalian juga berniat untuk memperkosa anak ini? Kalian bahkan lebih rendah dari binatang!!" 'RIVALDO!'
"HEI! APA YANG LU LAKUKAN KEPADA BOSS KAMI??!! SERANG DIA!" perintah salah seorang anak buahnya, dan mereka langsung mengeroyok Rivaldo.
Rivaldo membanting kedua orang itu ke belakang, lalu memakai mereka sebagai tameng dan menyerang kedua yang lain, menjatuhkan mereka dan memiting mereka sampai mereka sesak napas dan pingsan. Tapi masih ada 1 orang lagi, dan dia datang dari belakang Rivaldo sambil membawa pisau.
"A-Awas!!" teriak gue, yang langsung disadari Rivaldo. Tapi telat, orang itu berhasil menggores kulit Rivaldo, yang langsung dipelintir tangannya oleh Rivaldo sehingga dia menjatuhkan pisaunya, dan kemudian menendang perutnya sampai dia tak mampu berdiri, lalu Rivaldo mendaratkan tinjunya yang langsung membuat dia K.O.
'He...Hebat!' Rivaldo berhasil melawannya seorang diri. Rivaldo tampak terengah-engah mengambil napas. Gue hanya bisa terduduk di situ. Dia lalu berjalan ke arah gue.
"Hei..Lu gapapa?" tanyanya dengan wajah khawatir.
"Gu-gue gapapa. Cuma agak terguncang. Hahaha....." Gue tertawa lemah lalu mencoba berdiri. Tapi kaki gue terlalu lemah dan bergetar sehingga ketika gue mencoba berdiri, gue kembali terjatuh.
"Pfft..!" Rivaldo menahan tertawanya. Gue kesal sekali dan memarahinya.
"Hei, jangan cuma tertawa! Bantu gue berdiri!"
"Iya, iya." katanya masih sambil menahan tawanya, lalu menjulurkan tangannya untuk membantu gue berdiri. Sukses berdiri, gue menyadari ada luka di pipinya.
"Ah, lukanya...."
"Ini cuma luka kecil. Bentar juga sembuh." katanya menenangkan gue. Gue terdiam beberapa saat. Tiba-tiba terlintas ide yang bahkan membuat gue terkejut sendiri.
"Hei....Mau ke rumah gue?"
To be Continued....
Ciao!! Waa, maaf nih Lily bikin gantung. Supaya para pembaca lebih penasaran LOL *ditimpuk readers*
Anyway, Lily akan terus mengupdate supaya para pembaca gak semakin penasaran. Sampai bertemu di chapter selanjutnya ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Model [SLOW UPDATE]
FanfictionWendy Slyvan, seorang model dan sangat menyukai fashion. Oleh karena itu ia selalu tampak berkharisma. Rivaldo Wijaya adalah seorang gamer dan otaku yang tidak pernah mempedulikan penampilannya. Mereka berdua bertemu dan selalu bercekcok. Wendy ingi...