Nyahoo~ Sedikit salam dari Lily~ (^0^)/ Sebenarnya Lily enggan melanjutkan cerita ini. Di dalam pikiran Lily selalu muncul kalimat seperti "Apakah ceritaku bagus?" atau "Apa ini layak dibaca?" dan ujung-ujung jadi down sendiri (TwT)
But, Lily paling anti sama sesuatu yang setengah-setengah, jadi Lily mencoba untuk melanjutkan cerita ini. Maaf apabila ada jalan ceritanya yang dipaksakan. (; v ;)/
Happy Reading~
*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*
Wendy's POV
Tell me this isn't real! Saat ini, gue berada di mobil Rivaldo dan mencari tenda bersama Rivaldo, Andi, dan Huda. Mereka lagi diskusi mau beli berapa tenda sebelum turun dari mobil.
"Lu yakin tendanya cuma mau beli 1 doang? Kayaknya gak cukup deh." Andi tiba-tiba menepuk tenda di sampingnya dan memegangnya.
"Hmm.." Huda tampaknya sedang berpikir. "Tenda ini cukup besar kok buat kita berempat. Lagipula ngapain juga beli banyak-banyak? Ngabisin duit dan juga tempat." Huda, teman gue yang realistis dan materialis banget. Sedangkan Andi tipe yang boros tapi peduli dan selalu memikirkan teman-temannya.
"Hmm..Tapi harganya tidak beda jauh, jadi gue saranin beli aja dua." Yap, giliran Rivaldo yang berkomentar.
"Eh, emang nih tenda mau ditaruh dimana? Rumah gue udah gak bisa nampung apa-apa lagi." Huda memicingkan matanya tidak setuju.
"Tendanya bisa ditaruh di tempat gue kok. Rumah gue masih cukup luas buat naruh tenda." Andi mencoba menyakinkan Huda.
"Kalau lu gimana, Wen? Dari tadi cuma lo yang gak berkomentar." Huda dan Andi berpaling ke arah gue.
"Gue? Yah, gue mah terserah kalian aja."
"Hm! Ini nih, gue paling anti sama jawaban kayak gitu. Lama-lama makin feminin aja lu, Wen." Huda merenggut kesal. Gue otomatis ikut kesal dong. "Gue netral aja kalau gitu."
"Riv, lo gimana? Maunya tendanya dua apa satu aja?" Andi bertanya ke Rivaldo. Rivaldo pun cuma menjawab,
"Gue terserah kalian aja deh."
"OTAK KALIAN SAMA-SAMA GAK BERES! GUE CAPEK NGADEPIN KALIAN! YA UDAH, GUE BELI DUA AJA!" Andi berteriak marah.
"WOI, GAK BISA GITU DONG! LU JANGAN MIKIRNYA GITU. WOOOII TUNGGU!" Huda mengejar Andi yang sudah berlari ke abang penjual tendanya.
"Pfft." Rivaldo terkekeh kecil, lalu natap gue. "Hm, not bad juga."
"Apanya yang not bad?" Gue memandang Rivaldo.
"Yah, jalan-jalan kayak gini gak buruk juga. Rasanya udah lama gue gak jalan bareng teman kayak gini." Rivaldo menyandarkan punggungnya di mobilnya. (A/N: FYI, Mereka beli tenda di abang-abang jalanan.)
Gue ikut nyandarin badan di mobil Rivaldo. Setelah itu hening. Kami tidak bicara apa-apa lagi karena gue juga gak pingin ngobrol. Tapi gue tidak merasa kaku, malah gue suka ketenangan ini.
Lalu tak lama kemudian, Andi kembali ke mobil dengan puas. Nampaknya Andi yang menang melawan Huda.
"Ok. Karena tendanya ada 2, kita pilih pasangan yah." Andi semangat banget, mungkin karena berhasil menang melawan Huda. Maklum, anak realistis emang susah dilawan.
"Tentuinnya pake suit?" Rivaldo bertanya polos.
"Wah, boleh juga." Andi menjawab juga dengan polosnya. Gue nepuk jidat gue. 'Jaman gini masih pake suit.'
Tak lama, Huda pun kembali ke arah kami, dan wajahnya tidak dapat dijelaskan. Maksudnya tidak dapat dijelaskan, yah karena wajahnya itu perpaduan antara marah, kesal, emosi, geram, dan rasa ingin membunuhnya keluar gitu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Model [SLOW UPDATE]
FanficWendy Slyvan, seorang model dan sangat menyukai fashion. Oleh karena itu ia selalu tampak berkharisma. Rivaldo Wijaya adalah seorang gamer dan otaku yang tidak pernah mempedulikan penampilannya. Mereka berdua bertemu dan selalu bercekcok. Wendy ingi...