Chapter 5

5.8K 385 18
                                    

Wendy's POV

'Mengapa jantung gue selalu berdetak cepat setiap kali gue bersamanya?'

"Hei, boleh pinjam handuk? Gue mau mandi dulu." sahut Rivaldo.

"Huh?! Oh, be-bentar! Gue ambil dulu yang baru!" Gue jawab dengan nada gugup.

'Ke-kenapa? Padahal dia hanya minta handuk, tapi tangan gue sampai gemetaran...'

Gue dapat merasakan kalau Rivaldo menatap gue. Jari gue semakin gemetaran.

"Hei, lu kenapa?" tanya Rivaldo memegang bahu gue.

"Ah..!!" Tangan gue langsung melepas handuk yang sedang kupegang, dan wajah gue merah padam. Gue hanya bisa menundukkan kepala gue.

"Wendy..?" panggil Rivaldo, lalu mengangkat dagu gue. Dia menatap gue dalam, sangat dalam. Wajah gue semakin merah, jantung gue serasa hampir meledak saking kencangnya, dan gue takut kalau dia mendengarnya.

Rivaldo's POV

Gue ngeliat wajah Wendy yang memerah saat gue mengangkat dagunya.

'Manis sekali...Rasanya pengen kumakan...'

Gue mendekatkan wajah gue dengan wajahnya. Dia nampak terkejut, spontan dia menutup matanya.

Saat bibir kami hanya tersisa beberapa senti, gue melihat kalau matanya mengeluarkan cairan.

'Damn! Dia nangis?!' Gue langsung menghentikan pergerakan gue, dan gue baru sadar kalau dia gemetar.

Wendy's POV

Wajah gue semakin dekat dengan Rivaldo. Bibir kami hanya berjarak beberapa inci. Gue spontan langsung menutup mata.

'Takut! Gue takut! Bagaimana ini? Apakah dia akan me-menciumku?'
Tanpa kusadari air mata memenuhi pelupuk mata gue dan gue menangis. Dia kelihatannya syok, dapat gue rasakan dari pergerakannya.

Yang tak gue duga adalah adegan selanjutnya. Pipi gue ditarik panjang-panjang.

"Woops! Cuma bercanda kok! Serius amat mukanya sampai nangis gitu." Begitu kata Rivaldo.

"Ouch....Aduh!! Sakit, lepasin!" Gue marah dan memukul-mukul lengannya. Dia melepaskan pipi gue, dan gue menggosok-gosok pipi mulus gue yang habis ditariknya. 'Ugh, tenaganya kuat banget gila! Sakit banget huhu T_T'

"Sorry, kayaknya berlebihan tariknya." katanya penuh penyesalan, walaupun menurut gue wajahnya tidak menunjukkan tanda menyesal sedikitpun. -_-

"Minta maaf, tapi muka lu kayak begitu. Kelihatan gak serius banget!" Gue menyindirnya.

"Emang muka gue harus kayak gimana? Muka memelas dengan puppy eyes gitu, terus mengucapkan kalimat "sorry" dengan intonasi sok imut? Sorry, gue gak bisa." katanya datar. Asli, mukanya yang datar itu pengen kucabik-cabik rasanya.

"Terserah deh! Pokoknya lu mandi dulu sono! Huss huss!" usir gue.

"Galak banget sih. Ya udah,gue mandi dulu. Masa mandi aja harus dipaksa?"

"Kan,bukan gue yang maksa!" Asli, nih cowok nyebelin pake banget jadi orang. -_-

"Mana baju gantinya?" tanyanya.

"Pakai baju lu aja yang tadi."

"Kan, udah kotor gara-gara tadi. Masa lu tega sih biarin gue telanjang dada? Entar gue masuk angin gimana?" Pertanyaannya benar-benar membuat gue kesal.

"Ya udah, lu masuk aja dulu sana! Ntar gue ambilin. Cepat!"

"Iye, iye. Berisik amat sih."

"Lu tuh yang berisik! Mau mandi aja banyak bacot." balas gue.

My Handsome Model [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang