Chapter 17

3.1K 163 10
                                    

Rivaldo's POV

Rian Barkins. Gue rasa dia bakal jadi saingan berat gue sekarang. Gue berjalan ke toilet buat sekedar cuci muka.

"Hm...Sepertinya akan menarik. Gue penasaran, siapa yang nanti bakal dipilih Wendy." Tak lama setelah gue selesai mencuci muka, lagi - lagi "makhluk" itu datang.

"Apa lagi sekarang?" Gue memandangnya dengan tatapan tidak suka. Dan dia juga ngeliat gue dengan tatapan yang sama.

"Lo jangan dekatin Wendy lagi! Gue gak suka kalau ada manusia sampah kayak lo yang dekat - dekat sama Wendy."

"Hm? Emang kenapa? Mentang - mentang lo sepupu dia, lo bisa larang gue supaya jangan dekatin Wendy?" Rian kelihatan makin kesal.

"Iya! Karena gue sepupunya, gue gak suka liat cowok - cowok kayak lalat gitu beterbangan di sekeliling dia!" Gue tersenyum simpul.

"Terus? Kalau emang Wendy gak mau jauh dari gue? Gimana? Lo mau apa?"

"Gue bakal ngelakuin segala cara biar gak ada satupun lalat yang berani dekat - dekat dengan Wendy lagi." Rian menjawab dengan sedikit emosi tapi dengan raut muka yang tenang. Seolah - olah seperti macan yang sedang menunggu untuk menerkam kapan saja.

"Ok. Gue terima tantangan lo. Gue juga gak bakal menyerah dengan perasaan gue, dan gue yakin Wendy juga bakal menerima perasaan gue."

"Hah! Songong banget lo. Emangnya orang kayak lo bisa apa? Lo cuma----"

Teng Tong Teng Tong! Ah, timingnya pas banget!

"Ok, gue jalan dulu. Gue mesti ganti baju dulu. Bye, Rian~" Dengan sedikit mengejek, gue menyebut nama Rian.

"Hmph! Terserah lu aja!" Dia mendengus kasar, dan berlalu pergi dari toilet.

'Hm..Menarik. Tentu saja gue gak ada niat buat nyerah tentang Wendy. Tapi kalau Wendy emang gak suka gue...' Tiba - tiba pikiran itu terlintas begitu saja. Benar, kalau Wendy gak suka gue, gue bisa apa?

"Tsk!" Gue mengacak rambut gue dengan frustasi. Gak! Gue harus mikir positif! Pasti ada jalan dimana kami bisa bersama, walaupun banyak yang menentang. Makanya sebelum itu gue belum boleh menyerah!

PLAK! Gue menepuk pipi dengan keras. "Tunjukkan padanya semangat seorang otaku dan gamer!" Gue memotivasi diri gue sendiri, dan dengan mantap kembali ke kelas setelah selesai ganti baju.

*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~

Wendy's POV

Gue binguuuunngg! Guuyyss pleaasseee deh hidup gue itu gak pernah rempong! Populer? Iya. Pintar? Lumayan. Keren? Iya juga. Pacar? Belum punya sih. Tapi gue gak nyangka hidup gue bakal berubah sampai segitunya.

"Weeennn!!! Lu lagi senggang gak? Bantu gue donngg~~" Duh, manusia satu ini lagi. ("-_-)

"Gak, Gina. Gue lagi gak bisa diganggu sekarang. Mending lu nanya siapa aja asal jangan gue."

"Dih, padahal ini penting loh. Acara camping kita kan, udah dekat. Lu mau setenda ama siapa? Masa iya lu gue pasangin sama cewek?"

"Gina....Lu bukannya bikin lega, malah bikin otak gue makin kerja keras aja. Gue gak peduli deh mau setenda ama siapa, pokoknya gue lagi gak mood buat urusin yang gituan. Dah syuuhh syuuuhh!!" Gue kibasin tangan gue, nyuruh Gina pergi. Gina malah mengerucutkan bibirnya.

"Benar loh ya? Gue pasangin lo ama siapa aja, terserah gue kan? Ok sip~" Lalu dia pergi. Gue menangkupkan kepala gue yang pusing di meja dan menarik napas dalam - dalam.

"......Gue perlu refreshing."

++_++_++_++_++_++_++_++_++_++_++_++

"Dan.....Kenapa gue berakhir kesini?" Gue rencananya jalan - jalan aja kemana gitu, yang penting otak gue bisa segar kembali. Eh, kaki gue malah membawa gue ke taman, tempat pertama kali gue ketemu Rivaldo. Yeah, dan jujur saja, first impression gue ke Rivaldo waktu itu emang buruk banget.

Gue duduk di salah satu bangku taman, dan menikmati sejuknya udara.

"Ah...sensasi ini..." Teringat saat - saat dimana gue pertama kali kesini. Gue yang dulunya masih polos dan imut, sekarang sudah semakin dewasa dan ganteng. Eh, gue makin narsis aja. (-_-") Ketularan Gina nih.

Gue mengelus meja taman yang terbuat dari marmer itu. Dinginnya marmer di teriknya panas matahari itu membuat gue agak rileks sedikit. Yah gapapalah, masih ada angin sepoi - sepoi, jadi gak begitu panas.

"Um....Gue..." Jujur saja, sampai sekarang gue masih belum tau gimana menolak Rivaldo. Gue gak bisa nyari timing yang tepat buat menolak dia. Dan yang paling bikin gue kebingungan sampai pusing tujuh keliling adalah, gue masih bingung tentang perasaan gue ke dia. Secara gue adalah laki-laki dan dia juga sama. Tapi gue gak benci dia.

"Wen?" Gue mendongak kepada orang yang manggil gue. Oh, Rian ternyata.

"Yeah, kenapa Rian?"

"What's wrong with you? You look so down! Cheer up, bro~"

"Nah, I don't think that I look down, do I? It's my own problem, so stick out your nose from it."

"Hey, hey. Don't be like that~ Just tell me and I'll help you."

'Gue gak mungkin minta bantuan lo, kan. Secara gak langsung lo lah penyebab gue kebingungan seperti sekarang ini.'

"Nah, it's fine. Seriously, why are you here? I thought you're hanging out with your friend?"

"Nah, class is boring and my friends are so noisy. They keep going 'kyaa kyaa' for no reason." Gue hanya bisa sweatdrop.

"It means that you're popular right? Good for you."

"I don't want to be popular. I just need you." Rian menarik dagu gue dan mendekatkan wajahnya.

"I only desire you, Wendy." Dan seketika muka gue merah padam.

"Wh-What?! Don't joke with me! I'm being serious here!"

"I'm not joking. Do I look like I'm joking?" Yah, emang sih muka dia lagi serius. Dia emang susah banget serius, jadi gue jarang banget liat muka dia yang serius.

"I....I HAVE TO GO BACK TO CLASS!" Gue mengelak dan langsung ngacir secepat mungkin ke kelas. Sesampainya di kelas, jantung gue masih berdetak kencang.

"Apa....Sekarang apa lagi masalah yang ada di hidup gue?" Kayaknya semakin gue mengenal Rivaldo, semakin banyak masalah yang berdatangan.

"Ah, Wendy. Gue nyariin lo dari tadi." Rivaldo yang tiba - tiba muncul di belakang gue, refleks gue langsung terkejut dan membuat gue gak seimbang.

"Ah!" Dengan sigap, Rivaldo langsung menarik tangan gue dan menahan punggung gue. Berasa deja vu.

"Hahaha. Gue ingat kalau lu pernah juga jatuh dengan model kayak gini. Apa jatuh model gini lagi tren yah?"

"A-Apaan sih? Sotoy banget lu. Lepasin!" Malunyaaa, ternyata dia ingaaatt!! ○(////-////)○

"Okay, okay gue lepas. Santai aja kali. Kayak lu masih perjaka aja. Ups, atau emang masih iya?"

"Berisik! Kayak lu bukan perjaka aja."

"Oh, btw camping kita sekelompok. Besok kita pergi bareng Andi sama Huda buat nyari tenda."

Wait, what?

"Hah? Sejak kapan kita sekelompok? Perasaan gue belum nentuin kelompok deh. Jangan sembarangan deh!"

"Tuh, Gina bilang lo gak ada kelompok. Ya udah gue masukin aja. Mumpung udah gue kumpul, jadi udah gak bisa diubah lagi."

Mampus gue! Cobaan apa lagi yang hendak Engkau berikan padaku, ya Lord??!!

To be Continued...

Yo yo, Lily's here! Hahaha udah berbulan-bulan gak update nih cerita ini. Maafkan Lily yang sedang sibuk kerja sama kuliah karena jadwal yang supeeerr padat, jadi gak bisa cepat update. Terima kasih kepada pembaca yang masih setia menunggu dan membaca cerita ini, Lily bahagia sekali!! ( ; v ; )/

Update selanjutnya juga mungkin "agak" telat lagi. Karena Lily sudah tidak sanggup lagi update tengah malam karena Lily kurang istirahat dan akhir-akhir juga bergadang terus buat kerja tugas. Mudah-mudahan bisa cepat updatenya, cuma tidak tahu kapan bisa update. Stay tune, minna~ (*μ*)○

See you next chapter!!

My Handsome Model [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang