Chapter 15

3.7K 246 29
                                    

Nyahooo~~!! Lily kembali dengan update baru yang supeeerr lama. Maafkan Lily baru bisa update sekarang, bahkan Lily juga udah jarang pegang hp gegara sibuk. Sambil membuat cerita ini, Lily sering mendengar lagu di atas, jadi Lily ingin berbagi lagu ini dengan kalian. Judulnya Lily gak tau pasti, tapi Lily sukaaaa banget! Alhasil, lagu ini berhasil membuat Lily semangat, dan tak lupa juga para followers dan readers yang terus mendorong Lily untuk berkembang. Cerita ini Lily dedikasikan kepada semua readers dan followers Lily yang baik hati dan sudah membantu Lily dengan baik! Enjoy!!

P.S. Ceritanya sudah Lily review dan sudah diperbaiki juga kata - kata yang salah dan Lily juga buat agar lebih enak dibaca. Biar ada perubahan, delete story-nya dari library kalian, lalu masukkan lagi. Ok! (^w^)

-------------------------------------------------------

Rivaldo's POV

"Wendy, gue suka lu. Jadilah pacar gue." Akhirnya gue nyatakan juga perasaan gue padanya. Wendy kelihatan syok mendengar pernyataan yang keluar dari bibir gue.

"Ah..Itu...Ng.." Wendy keliatan gugup untuk menjawab dan gue rasa mungkin sekarang dia sedang perang batin. Yah, wajar sih. Mana ada teman cowok yang nembak temannya sendiri? Pengecualian untuk gue loh ya.

"Gue gak maksa lo buat jawab sekarang." kata gue akhirnya karena Wendy benar - benar kehilangan kata untuk menjawab. Dia mendongakkan kepalanya, tercengang mendengar pernyataan gue.

"Gue cuma pengen lo tau aja, kalau gue suka sama lo. Gue gak butuh jawaban sekarang, karna lo pasti lagi bingung. Gue pengen lo mikir dulu baik - baik." sambung gue.

"Tapi.....tidakkah ini aneh?" tanyanya lirih. "Kita berdua sama - sama cowok. On top of that, hubungan gay itu dilarang, baik oleh agama maupun negara kita. Plus, gue ini straight, walaupun gue belum tertarik dengan cewek!"

"Makanya, gue mau lo mikir dulu. Gue gak nyuruh lo untuk jadi gay. Hell, gue juga bukan gay dan gue normal. Hanya dengan lo aja, gue jadi gay."

"Tapi ini salah! Lo gak ngerti ya?!" bantah Wendy dengan sedikit berteriak. "Gue...Gue gak bisa nerima lo. Sorry!" Lalu Wendy berlari meninggalkan gue.

'Justru lo yang gak ngerti, Wen.' Gue mendesah pelan. Lalu berjalan pergi dari koridor tersebut. Untuk sekarang, gue pikir gak perlu mengejar Wendy. Pikirannya lagi kacau sekarang. Tiba - tiba hp gue bunyi. Gue mengambil hp, dan menekan tombol "Answer".

"Presiden, bisa datang ke kantor sekarang? Ada sesuatu yang harus didiskusikan mengenai peluncuran game terbaru perusahaan kita."

"......Aku segera kesana." Ternyata hanya panggilan kerjaan. Gue tutup teleponnya, dan melanjutkan berjalan meninggalkan koridor tersebut.

*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~~*~~*

Wendy's POV

'Ini tidak mungkin, kan? Kan? Kan??!! Gue gak gila, kan? Rivaldo nembak gue!! Dan gue ini COWOK men, COWOK!! Apakah dia udah sebegitu butanya sampai suka ama gue?' Gue berhenti berlari untuk mengambil nafas. Kelihatannya dia gak mengejar gue. Huft, untunglah.

Di saat seperti ini, siapa yang tidak galau ditembak cowok seperti Rivaldo? Ok kalau misalkan gue cewek, gak bakal tuh galau, bahkan mungkin udah klepek - klepek atau loncat - loncat kayak kera kegirangan. Lah, masalahnya gue itu cowok?! Sebenarnya apa sih yang dipikirkan Rivaldo?

"Aaagghh galaaauuu!!" Biar aja dikira orang gila. Masa bodoh dengan mereka yang lagi liat gue saat ini. Gak tau apa kalau orang lagi galau plus stress dan plus - plus lainnya.

"Apa sebaiknya gue pulang aja? Ugh, tapi gimana besok gue ngadepin diaaaa??!! (T^T) Plis, siapapun, Tuhan, Buddha, Allah, yang bisa menolong gue keluar dari dilema ini, gue bakal segera tobat deh!" Alhasil, karena teriak - teriak di mall kayak orang gak waras, akhirnya gue diusir oleh satpam.

My Handsome Model [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang