Bagian 06

731 64 17
                                    

                                  ***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                                  ***

Azka kembali ke sekolah setelah libur selama 2 hari, pagi ini Naren menyempatkan diri untuk mengantar Azka, sedangkan Sena, mana mau ia di antar oleh orang lain. Sena lebih suka berangkat sendiri dengan motor gedenya.

Mobil milik Naren terparkir di dekat gerbang sekolah Azka, Azka pun merapikan rambutnya sejenak di kaca dashboard sebelum turun dari mobil kakaknya.

"Pulangnya naik taxi aja kalo gak mau sama Sena, Dek! Nanti Kakak tambahin uang buat ongkos taxinya, Kakak bakal transfer."

Mendengar itu, kedua mata Azka berbinar cerah, lumayan ia bisa dapat tambahan uang dari kakak pertamanya ini.

"Kakak kayaknya bakal lembur malam ini, kalo kamu sama Sena mau makan, nanti beli di luar aja atau pesen online."

"Iya, Kak. Kalau gitu aku keluar dulu,ya Kak. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Azka kemudian berjalan santai menuju kelasnya, namun saat memasuki kelas, entah perasaannya saja atau bagaimana. Azka merasa semua teman sekelasnya seolah tengah memperhatikannya. Azka memilih acuh dan duduk di bangkunya tanpa menghiraukan teman-teman sekelasnya yang tengah bisik-bisik dan seolah membicarakannya.

Namun beberapa ucapan mereka berhasil Azka dengar dan membuat emosinya naik seketika.

"Gue gak nyangka Azka adeknya Kak Arsena, ketua tim basket sekolah kita yang ganteng banget itu."

"Iya.. beda banget, njirr!! Emang sih Azka juga ganteng, tapi sifatnya beda banget."

"Kayak bumi dan langit, Kak Sena tuh udah ganteng, orangnya baik, murah senyum, ramah banget sama siapapun juga. Lah ini, si Azka, judes, pendiem, sombong pula!"

"Si kutu buku itu adeknya Kak Sena?"

"Iya.. kemaren Kak Sena yang anterin surat izinnya ke kelas dan bilang dia kakaknya Azka."

"Kok beda banget ya? haha!!"

Azka mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya, ia kesal mendengar ocehan-ocehan mereka.

Inilah yang membuatnya malas jika banyak orang yang tahu bahwa ia adalah adik dari seorang Arsena Daniswara, Azka pasti akan di banding-bandingkan dengan kakaknya itu. Azka pernah mengalaminya, dulu saat ia dan Sena duduk di bangku SMP meski tak lama karena Sena lebih dulu lulus tapi tetap saja rasanya masih sama, hatinya tetap saja sakit. Orang-orang seolah menganggap Azka tak pantas menjadi adiknya Sena.

Azka sendiri tak pernah menceritakan apapun pada Sena, ia biasa menyembunyikannya seorang diri, toh. Azka juga cukup sadar diri, Kakaknya memang sempurna dan di idolakan di sekolah ini, beda sekali dengan Azka yang kehadirannya seolah tak di anggap di sekolah ini.

Azka memasang earphone di kedua telinganya, memilih menutup telinga dari ocehan-ocehan mereka yang masih bisa Azka dengar.

"Sialan! kalo ngomongin orang tuh ya diem-diem gitu, ini malah depan orangnya langsung."

SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang