Terkadang Azka selalu berpikir, mengapa harus dirinya yang mengalami semua ini? mengapa di antara sekian banyak manusia harus Azka yang mengidap penyakit mematikan ini?
Di usia Azka bukankah seharusnya ia tengah menikmati hidupnya dengan bermain dan merajut impian layaknya remaja pada umumnya, namun mengapa Azka malah harus berakhir dalam kondisi seperti ini.
Sedari kecil Azka memiliki impian, bakatnya menggambar itu ia dapatkan dari sang bunda yang memang jago melukis, Azka ingin menjadi seorang pelukis, impian yang sederhana dan selama ini beruntungnya keluarganya juga tak menentang mimpinya, namun jika di hadapkan dalam situasi seperti ini masih pantaskah Azka untuk memimpikan masa depannya? karena saat ini saja rasanya Azka begitu takut untuk menghadapi setiap detik dalam hidupnya. Azka selalu takut dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada tubuhnya.
Hari ini adalah jadwal kemotherapi pertama Azka, setelah menjalani beberapa pemeriksaan akhirnya kini Azka tengah berada di ruang khusus untuk menjalani pengobatan itu, seluruh tubuh Azka berkeringat dingin, Azka tak dapat menyembunyikan rasa gugupnya meski kini ia di dampingi oleh Zayyan maupun Naren.
"Ka, kamu udah siap?" tanya Radit yang hanya di balas anggukan pelan oleh Azka.
"Dek, jangan takut ya! ada Ayah sama Kakak." ucap Zayyan dan Azka hanya membalas dengan senyuman demi menyembunyikan rasa gugupnya saat ini.
Radit pun mulai menyuntikan obat kemotherapi itu lewat infus yang terhubung pada lengan Azka.
"Ka.. kalo nanti kamu mual sama pengen muntah keluarin aja ya, jangan di tahan! Om Zayyan, Naren, aku permisi dulu, nanti kalian bisa kasih Azka obat yang tadi aku kasih untuk ngurangin nyeri sama mualnya, kalo ada apa-apa kalian panggil aku aja, dua jam lagi Azka bisa di pindahin ke ruangannya, nanti aku kembali dua jam lagi" ujar Radit setelah membereskan peralatannya.
"Makasih, Dit." ucap Zayyan lalu setelahnya Radit dan suster yang mendampinginya keluar dari ruangan itu dan benar saja, beberapa saat setelah obat itu mulai mengalir dalam tubuh Azka, Azka merasa tubuhnya mulai terasa aneh, lama kelamaan seluruh tubuhnya terasa begitu sakit dan nyeri, Azka mengeratkan genggaman tangannya pada Zayyan, Zayyan nampak memandangi putra bungsunya itu yang nampak kesakitan dengan berkaca-kaca, tak jauh berbeda dengan Naren yang tadinya berusaha untuk tetap kuat namun pertahanannya runtuh begitu saja saat melihat adiknya mulai kesakitan.
"Argghh!! s-sakit... A-ayah sakit, sakit.. arrghh!!"
Azka menangis terisak, rasanya benar-benar sakit seolah seluruh tubuh Azka tengah di tusuk ribuan pisau tajam saat ini, Azka benar-benar tak kuasa dengan rasa sakit yang ia rasakan.
"A-yah... mual." lirih Azka dan tak lama perut Azka seolah tengah di aduk begitu kuat dari dalam, perutnya begitu mual saat ini hingga ia memuntahkan cairan berwarna kehijauan dari dalam perutnya yang bahkan mengotori baju yang di kenakan Zayyan dan Naren, Azka semakin menangis kencang melihat pakaian ayahn dan kakaknya yang kotor karena ulahnya namun Zayyan tersenyum berusaha menenangkan sembari merengkuh tubuh putra bungsunya yang kini bersandar penuh di dadanya sementara Naren nampak memegangi baskom alumunium tempat muntahan Azka tanpa rasa jijik sedikitpun.
"B-baju Kakak sama Ayah kotor.." lirih Azka.
"Udah, gak papa, Adek muntahin aja semuanya, hm! gak usah di tahan." ucap Zayyan dan belum sempat Azka kembali berucap kata Azka malah kembali muntah, Azka benar-benar kewalahan, perutnya benar-benar mual saat ini namun seolah tak ada lagi yang bisa Azka muntahkan, seluruh tubuh Azka juga sakit, kini baju yang Azka kenakan juga basah karena keringatnya sendiri.
"Uhukk!! uhukk!!" Azka terbatuk dan dengan telaten Naren mengurut leher Azka, Azka kembali muntah untuk ketiga kalinya dan yang Azka keluarkan hanyalah cairan saat ini. Setelah merasa tak ada yang bisa di muntahkan lagi, Azka bersandar lemas di tubuh Zayyan, seluruh tenaganya seolah terkuras habis saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS
FanfictionTali persaudaraan itu terikat dan saling menyatukan satu sama lain, meski sempat terpisah jarak, meski dengan sifat yang berbeda, namun saudara tetaplah saudara yang akan saling menjaga dan saling menyayangi satu sama lain. Tentang ketiga bersaudara...